Kyai Tholchah bernama lengkap Prof. Dr. KH. Muhammad Tholchah Hasan adalah menteri agama era Presiden ke-4 KH. Abdurrahman Wahid, karib dipanggil Gus Dur. Beliau dalam banyak kesempatan menyebut Gus Dur selain atasan, juga merupakan guru bagi beliau. Kyai Tholchah ini sosok yang unik dan luar biasa. Untuk sekelas mantan menteri, rumah pribadinya di Malang jauh dari kesan mewah.
Rumah sederhana nan asri di sebelah Rumah Sakit Muslimat itu beliau tinggali hingga beliau wafat. Rasa hormat beliau dapatkan, bukan dari kemewahan. Namun lebih pada kealiman, sikap bersahaja dan komitmen serta konsistensi perjuangan yang beliau miliki.
Walau terkenal disiplin, Kyai Tholchah juga terkenal sebagai dosen yang humoris. Salah satu riwayatnya tentang guyon Gus Dur pernah beliau sampaikan. Guyon ini setelah beliau “kalah argumen” dengan salah satu mahasiswa Madura. Untuk kisah ini akan saya tulis kapan-kapan. Beliau mengkisahkan bahwa suatu saat Gus Dur kunjungan ke Madura.
Suatu saat Gus Dur berkunjung ke Madura. Sampai Madura beliau disuguhi sekian macam penyambutan. Sebelum beliau masuk ke ruangan salah satu Bupati di Madura, beliau dikenalkan dengan sesosok anak muda yang dalam perkenalan itu disebut sebagau juara lomba Matematika se-Madura. Oleh Gus Dur anak muda itu ditanya, “Sampean pinter Matematika yah, hebat itu. Orang Madura harus pinter, biar bisa angkat harga diri orang Madura.”
Sang anak muda yang terkagum dengan Gus Dur, hanya bisa mengangguk. Tiba-tiba Gus Dur memberi tugas dadakan, “Kalau begitu, coba buktikan. Itu ada tiang bendera, ukur panjangnya.” Dalam matematika hal itu tentu biasa, mengukur benda dengan bayangan, pencerminan dan sejenisnya.
Selesai pertemuan Gus Dur masih penasaran dengan sang anak muda. Beliau kemudian mengajak para pengawal, pejabat dan semua hadiri untuk ke lapangan. Tentu hendak mengecek hasil perhitungan sang anak muda. Sampai di depan, Gus Dur kembali kaget.
Bagaimana tidak? Beberapa Paspampres, tentara dan pejabat dengan susah payah ikut menurunkan tiang bendera. Sang anak muda pun dipanggil. “Katanya sampean pinter matematika, kok ngukurnya pakai diturunkan tiang benderanya?,” tanya Gus Dur.
“Mohon maaf Gus, jenengan khan minta diukurkan panjang. Kalau tiangnya tetap berdiri, itu namanya tinggi.”
Gus Dur segera menyahut, “Sampean ancen asli Madura.” Sambil semua terkekeh.
Untuk Gus Dur dan Kyai Tholchah, alfatihah