Sedang Membaca
Sisi Lain Friedrich Nietzsche: Pengagum Rahasia Nabi Muhammad SAW

Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Kalijaga, Asal Banjarmasin Kalimantan Selatan Domisili di Sleman, Yogyakarta.

Sisi Lain Friedrich Nietzsche: Pengagum Rahasia Nabi Muhammad SAW

Friedrich Nietzsche

Siapa yang tidak mengenal Friedrich Nietzsche? Seorang filsuf asal Jerman yang dikenal lantang mengkritik pemikiran-pemikiran tentang agama, moralitas, kebudayaan, bahkan beberapa pemikiran filsuf-filsuf lain yang tidak sejalan dengan pemikirannya.

Nietzsche yang pemikiran filsafatnya identik dengan filsafat perspektivisme atau cara memandang kebenaran ini terkenal dengan pendapat “Tuhan telah mati”. Konsistensinya dalam mengkritik kebijakan-kebijakan puritanisme agama di Eropa dan menganggap agama hanya mengajarkan tindakan destruktif kepada penganutnya menjadikannya sebagai seseorang yang dikenal sebagai “Pembunuh Tuhan”.

Namun siapa sangka, pandangan-pandangan buruknya terhadap ajaran agama ternyata tidak begitu berlaku bagi agama Islam. Hal ini dikarenakan Nietzsche ternyata sangat mengagumi sosok Nabi Muhammad SAW. yang ia katakannya sebagai sosok pembaharu sempurna dengan segala macam kharisma yang beliau miliki.

Ian Almond, seorang orientalis asal Inggris menjelaskan dalam bukunya yang berjudul “Nietzsche Berdamai  Dengan Islam”. Ia mengatakan bahwa Nietzsche Islam adalah sebuah an affirmative semitic religion yang mengajarkan tentang nilai-nilai kehidupan dengan tegas. Agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Agama yang mengajarkan manusia untuk percaya dengan kemampuannya sendiri.

Apresiasi Nietzsche terhadap Islam terutama dikarenakan agama ini (Islam) mengelukan jihad  sebagai perjuangan untuk mempertahankan keyakinan. Hal ini sangat sejalan dengan pemikiran Nietzsche tentang  nasihatnya  yang  menyarankan agar setiap umat manusia harus menjadi seorang Ubermensch atau manusia yang memiliki kemauan atas keunggulan dan kehendaknya sendiri dan tidak terjajah. Dalam islam, konsep ini kita kenal dengan sebutan Insan Kamil.

Ia beranggapan bahwa setiap manusia harus melepaskan hambatan berupa nilai-nilai moral yang mengikatnya. Ia menganggap ilmu, bahkan juga filsafat, menjadi penghambat utama dalam tahapan perkembangan “wajar” manusia. Maka ketika belenggu itu bisa dilepaskan, manusia akan menjadi sosok final manusia yang sempurna. Sindhunata menyebutnya sebagai adi manusia. Dan Nietzsche pun menemukan itu semua dalam ajaran Islam. Walau pada kenyataannya, ia menganggap Islam sama seperti agama pada umumnya karena ia sangat konsisten dengan pendapatnya yang mengatakan bahwa semua agama adalah alat untuk melakukan manipulasi dan mengendalikan pikiran manusia.

Baca juga:  Sastrawan Santri: Sosok Budayawan yang Lahir dari Rahim Pesantren

Nietzsche mengatakan kekagumannya akan sosok Nabi Muhammad SAW. sudah terjadi sejak masa mudanya. Hal ini terdapat pada sebuah surat yang ia kirimkan kepada sang adik, Elisabeth Nietzsche, 11 Juni 1865. Nietzsche muda tak hanya bicara soal penolakannya bersekolah di seminari gereja. Ia juga bicara tentang juru selamat manusia ia katakan bukanlah Yesus, tapi Muhammad namanya.

Benar saja, Nietzsche pada waktu itu salah dalam menuliskan ejaan pada nama tersebut, ia menulisnya dengan kata Mahomet. Namun sangat jelas, sosok yang ia tuju pada surat tersebut adalah Sang Nabi dari gurun kering di tanah Arab, sosok banginda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Ia juga mengatakan walaupun ia bukan seorang penganut agama yang dibawa oleh Nabi  Muhammad Saw. ia mengakui bahwa dirinya adalah seorang penganut ”Mohammadenisme”.

Nietzsche beranggapan bahwa Nabi Muhammad adalah  seorang Plato dari Jazirah Arab, karena menurutnya   konsep reformasi pada ajaran Rasulullah bawa sejalan dengan konsep pemikiran yang ia canangkan selama ini. Sosok Muhammad dalam pandangannya adalah seseorang pembaharu yang mengajarkan bagaimana seharusnya seorang manusia memandang kepada manusia lain, dan seorang manusia harus menghargai hak dan kebebasan  yang setiap individu miliki. Ia yang sangat vokal menentang konsep keagamaan di Eropa yang menurutnya pada waktu itu sangat otoriter dan krisis identitas. Ia juga menganggap bahwa Islam adalah sekutu dalam mendobrak kemunafikan otoritas keagamaan di Eropa.

Baca juga:  Ziarah Wali Maroko (2): Qadhi Iyyadh, Kitab As-Syifa dan Pemberontakan Sebta

Dalam sebuah kutipan surat yang Nietzsche kirimkan kepada temannya Heinrich Köselitz, ia menulis “Tanyakan   kepada sobat lama Gersdoff, maukah ia pergi bersamaku ke Tunisia selama satu atau dua tahun? Aku ingin hidup  untuk beberapa waktu bersama orang-orang Muslim, di suatu tempat di mana mereka mempraktikkan keimanan mereka dengan salih. Dengan begini, mataku dan cara pandangku terhadap semua hal berbau Eropa bakal semakin tajam”. Kekaguman Nietzsche terhadap reformasi dan konsep yang dibawa oleh Islam tercatat dalam sebuah buku  yang berjudul “Nietzsche and Islam” karya Roy Jackson.

Kemudian ada pula Siegfried Mandel, seorang penulis asal Jerman menyimpulkan dalam bukunya yang berjudul “Nietzsche and The Jews” bahwa Nietzsche memberikan simpati yang besar kepada Muhammad SAW sebagai pembawa semangat dan teladan kehidupan. Ia sangat yakin bahwa sang filsuf itu akan lebih memilih Arab  ketimbang Yahudi, dan akan lebih memilih Muhammad SAW dibanding Yesus.

Kekaguman Nietzsche terhadap Islam dan Nabi Muhammad SAW. ternyata juga menurun kepada dua orang  pengikutnya yaitu Michel Foucault dan Jacques Derrida. Mereka berdua yang merupakan sosok ahli waris pemikiran filsuf agung itu juga secara terang-terangan mengutarakan kekagumannya akan ajaran Islam.

Begitulah sosok Nabi agung  kita,  sosok yang dikatakan didalam Al-Qur’an surah Al-Ahzab ayat 21 telah Allah jadikan sebagai uswatun hasanah ini ternyata bukan hanya menjadi panutan bagi umat Islam saja. Kecerdasan dan teladan yang beliau miliki ternyata mampu meluluhkan hati siapapun yang menganggap dirinya berseberangan dengan beliau, termasuk Nietzsche yang kebanyakan orang bilang bahwa hatinya sekeras baja dan pemikirannya sekeras batu. Wallahu A’lam

Baca juga:  Komentar Al-Bahi hingga Al-Buthi tentang Peradaban Islam

Allahumma Shalli ‘ala Sayyidina Muhammad

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
2
Ingin Tahu
4
Senang
0
Terhibur
1
Terinspirasi
2
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top