M. Tholhah Alfayad
Penulis Kolom

Lahir 15 Agustus 1996. Pendidikan: alumni Madrasah Hidayatul Mubtadiin, Lirboyo, Kediri. Sedang menempuh S1 Jurusan Ushuluddin Univ. Al Azhar al Syarif, Kairo, Mesir. Asal Pesantren An Nur I, Bululawang, Malang, Jawa Timur.

Tafsir Surah al-Fatihah (6): Mengupas Makna Hamdalah dan Keutamaannya

Thalhah Alfayyad

Dalam tulisan kali ini kita akan menyelami makna kalimat hamdalah. Kalimat hamdalah adalah kata benda dari lafadz “Alhamdulillah”. Kalimat Hamdalah bermakna seluruh pujian hanya untuk Allah. Pada dasarnya, kita membaca hamdalah sebagai wujud syukur kita atas nikmat yang Allah berikan secara langsung ataupun secara tidak langsung kepada kita.

Misal, Allah memberikan orang tua kita kesehatan dan panjang umur. Meskipun nikmat ini tidak berdampak langsung kepada kita. Akan tetapi, dengan berkat nikmat kesehatan orang tua kita maka kita mendapatkan kasih sayang dan perhatian mereka.

Kita akan membahas lautan makna dari kalimat hamdalah. Mengapa hal ini penting? Karena membaca kalimat hamdalah adalah kunci dalam meraih keberkahan dalam setiap perbuatan kita. Sebagaimana dalam hadis disebutkan

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ كُلُّ أَمْرٍ ذِى بَالٍ لاَ يُبْدَأُ فِيهِ بِالْحَمْدِ أَقْطَعُ.

Diriwayatkan dari shahabat Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda “Setiap perkara baik yang tidak dimulai dengan hamdalah maka terputus (berkahnya)” (HR.Ibnu Majah)

Kalimat hamdalah kelihatannya sangat ringan di lidah kita, akan tetapi ketika kita membacanya dengan penuh syukur, maka, kalimat hamdalah tersebut akan sangat bernilai di hadapan Allah melebihi nilai dunia dan seisinya. Sebagaimana dalam hadis disebutkan

قال رسول الله لو أن الدنيا كلها بحذافيرها بيد رجل من أمتى ثم قال الحمد لله لكانت الحمد لله أفضل من ذلك كله

Rasulullah bersabda “Seandainya dunia seluruhnya beserta pelosoknya berada dalam genggaman seseorang dari umatku, kemudian dia mengucapkan “Alhamdulillah” niscaya kalimat hamdalah tersebut lebih utama dari dunia dan seluruh isinya” (Ktab al-Jami’ ash-Shaghir karya Syeikh Jalaluddin as-Suyuthi hal.620 cetakan Dar Kutub al-Ilmiyyah tahun 2002).

Baca juga:  Tafsir Surah al-Fatihah (5): Hikmah Perintah Membaca Basmalah Setiap Memulai Pekerjaan

Menurut Abu Abdullah, maksud hadis ini adalah seandainya seseorang telah diberikan dunia dan seluruh isinya, kemudian dia diberikan kesempatan untuk membaca kalimat hamdalah, maka, kalimat hamdalah tersebut lebih bermanfaat baginya daripada dunia dan seisinya. Karena pada dasarnya dunia dan seisinya akan musnah sedangkan kalimat hamdalah yang dia ucapkan akan tercatat menjadi pahala yang kekal di surga nanti. (Kitab tafsir Jami’ li Ahkam al-Qur’an karya al-Qurthubi hal.116 vol.1 cetakan Dar ar-Rayyan li Turats Kairo 2001).

Rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah harus kita wujudkan dengan sering membaca kalimat “Alhamdulillah”. Karena, kita dihitung sebagai hamba yang bersyukur manakala kita sering membaca hamdalah. Sebagaimana dalam hadis dijelaskan

عن عبد الله بن عمرو قال رسول الله صلى الله عليه وسلم  الحمد رأس الشكر ، ما شكر الله عبد لا يحمده

Diriwayatkan dari shahabat Abdullah bin Amr bahwa Rasulullah bersabda “Kalimat hamdalah adalah pokok dari rasa syukur, seorang hamba tidak (disebut) bersyukur kepada Allah selama dia tidak memuji Allah” (HR.Baihaqi).

Selain itu, kalimat hamdalah adalah pemberat amal baik kita kelak di hari akhirat. Sebagaimana dalam hadis dijelaskan

عن أبي مالك الأشعري قال رسول الله صلى الله عليه و سلم الطهور شطر الإيمان والحمد لله تملأ الميزان وسبحان الله والحمد لله تملآن ما بين السماوات والأرض….

Baca juga:  Berkata Kotor dan Menyakitkan Menurut Al-Qur'an

Diriwayatkan dari Abu Malik al-Asy’ari bahwa Rasulullah bersabda “Bersuci adalah sebagian dari iman, kalimat alhamdulillah dapat memenuhi timbangan amal baik, kalimat subhanallah walhamdulillah dapat memenuhi ruang diantara langit dan bumi” (HR.Muslim)

Dalam al-Qur’an, akar kata Hamida selain bermakna sesuatu yang terpuji juga bermakna sesuatu yang diridhoi Allah. Sebagaimana dalam al-Qur’an disebutkan:

وَمِنَ ٱلَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِۦ نَافِلَةً لَّكَ عَسَىٰٓ أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا

Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang diridhoi”. (Qs. Al-Isra ayat 79).

Oleh karena itu, esensi dari kalimat hamdalah adalah kita memuji kepada Allah atas seluruh karunia-Nya serta kita juga ridho atas seluruh pemberian-Nya.  Karena pada dasarnya, Allah telah memberikan kita nikmat serta kesempatan dan pertolongan untuk bersyukur atas nikmatnya.

Menurut Syaqiq bin Ibrahim, seorang tokoh sufi “Ada tiga syarat sebuah kalimat hamdalah diterima oleh Allah yaitu engkau harus mengenal Allah yang telah memberikanmu nikmat, engkau harus ridho dengan pemberian-Nya, engkau harus menjauhi bermaksiat kepada-Nya”. (Kitab tafsir Jami’ li Ahkam al-Qur’an karya al-Qurthubi hal.117 vol.1 cetakan Dar ar-Rayyan li Turats Kairo 2001).

Selanjutnya, kita juga dianjurkan untuk membaca hamdalah secara lengkap yaitu dengan membaca “Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamiin”. Lafadz “Rabb” bermakna pemilik yang berhak mengatur barang miliknya. Sebagaimana ucapan seorang budak bernama shafwan kepada Abu Sufyan di masa jahiliah

Baca juga:  Munasabah Surah: Al-‘Alaq dan Al-Ikhlas

لأن يربني رجل من قريش أحب إلي من أن يربني رجل من هوازن

“Lebih baik aku dimiliki oleh seorang laki-laki dari suku Quraisy daripada harus dimiliki oleh seorang laki-laki dari suku Hawazin” (kitab tafsir al-Kasyaf ‘An Haqaiq at-Tanzil karya Abu Qasim az-Zamakhsyari vol.1 hal.10 cetakan Dar al-Kitab al-‘Arabi Beirut 2007).

Selanjutnya, lafadz “al-‘Alamiin” adalah bentuk jamak dari lafadz ‘Alam. Syeikh Ibnu Katsir mengatakan “’Alam adalah seluruh makhluk Allah yang memiliki akal mencakup malaikat, manusia, setan dan jin”. Sedangkan menurut sebagian ulama yang lain, “al-‘Alamiin” adalah seluruh makhluk Allah yang berupa manusia dan jin saja. (Tafsir al-Qur’an al-A’dzim karya Ibnu Katsir hal.45 vol.1 cetakan Darul Kutub al-Ilmiyyah Beirut tahun 2010).

Hal ini berdasarkan ayat al-Qur’an:

تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَىٰ عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا

“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (jin dan manusia)” (Qs. Al-Furqan ayat 1).

Walhasil, hikmah yang kita ambil dari kalimat hamdalah adalah semangat untuk selalu rendah hati dan selalu bersyukur. Karena, setiap kita dipuji akan suatu hal sebenarnya mereka sedang memuji karunia Allah yang dititipkan kepada kita. Hal ini dikarenakan segala pujian hakikatnya hanya milik Allah dan segalanya bersumber dari Allah. Sedangkan, kita sebagai manusia hanya makhluk yang dititipi suatu nikmat yang nantinya akan diambil kembali oleh Allah. Wallahhu a’lam.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
2
Ingin Tahu
1
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
2
Terkejut
0
Scroll To Top