Sedang Membaca
Mengenal Kitab Pesantren (33): Fathul Izar, Kitab Pendidikan Seks Tingkat Lanjut
M. Tholhah Alfayad
Penulis Kolom

Lahir 15 Agustus 1996. Pendidikan: alumni Madrasah Hidayatul Mubtadiin, Lirboyo, Kediri. Sedang menempuh S1 Jurusan Ushuluddin Univ. Al Azhar al Syarif, Kairo, Mesir. Asal Pesantren An Nur I, Bululawang, Malang, Jawa Timur.

Mengenal Kitab Pesantren (33): Fathul Izar, Kitab Pendidikan Seks Tingkat Lanjut

Kitab Fathul Izar

Ada hal unik yang selalu membuat kami semangat mendengarkan penjelasan guru setiap pengajian di pesantren yaitu ketika guru kami membahas mengenai pernikahan dan masalah seputar seks di tengah pengajian. Tentu saat itu adalah momen dimana kami segenap santri mbeling dan guru kami saling beradu joke-joke­ segar dan kebetulan guru kami juga saat itu masih jomblo. Saya yang setiap pengajian selalu ndlosor di pojok ruangan akan bangun dengan sigap bersiap gojloki guru ketika mulai membahas masalah perempuan ataupun pernikahan.

Setiap guru kami berhenti menjelaskan selalu terdengar suara kami bersahutan “Wayaeee…wayaeee…(sudah waktunya)”. Sontak, humor yang gayeng meluncur satu persatu dan waktu pun terasa lebih cepat dari biasanya. Maklum, suasana humor di pesantren tak akan pernah cukup untuk diceritakan.

Dari segenap kitab karya ulama nusantara, ada sebuah kitab yang sangat ringkas dan tipis yang cocok untuk dijadikan pedoman memilih trik yang jitu dalam berhubungan seks. Nama kitab itu adalah Fathul Izar fi Kasyf al-Asrar li Awqat al-Harts wa Khilqat al-Abkar yang bermakna “Pembuka sarung di dalam masalah seputar waktu terbaik menanam benih dan bentuk keperawanan”. Hasil buah karya dari kyai Abdullah Fauzi ini cukup menarik karena ditulis untuk kebutuhan kita dalam memilih waktu yang tepat dan posisi yang tepat untuk melakukan hubungan badan.

Sebagaimana kitab-kitab sejenisnya, sang penulis memulai pendahuluan dalam kitabnya dengan ulasan mengenai kesunnahan menikah berdasarkan tuntunan Al-Qur’an dan Hadits. Kemudian, sang penulis menjelaskan sebab turunnya surat Al-Baqarah ayat 223

نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ وَقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ مُلَاقُوهُ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ (223)

Istri-istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu itu kapan saja dan dengan cara yang kamu sukai. Dan utamakanlah (yang baik) untuk dirimu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu (kelak) akan menemui-Nya. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang yang beriman” (Qs. Al-Baqarah ayat 223)

Baca juga:  Tips Nyaleg ala Kitab Alfiyah Ibnu Malik

Penulis menjelaskan bahwa sebab turunnya ayat ini adalah perkataan orang-orang beriman kepada tetangga mereka yang beragama yahudi di kota Madinah “Sungguh kami menggauli istri-istri dengan berbagai gaya mulai dari berdiri, duduk, hingga telentang dan kami juga mendatangi istri-istri kami terkadang dari depan terkadang dari belakang”. Maka, para pemeluk agama Yahudi pun mengolok-olok mereka.

Sungguh kalian berhubungan seks layaknya hewan berbeda dengan kami yang hanya melakukan hubungan seks dengan satu gaya saja karena kitab suci taurat telah berpesan bahwa melakukan hubungan seks selain dengan posisi telentang adalah kotor dihadapan Allah”.

Tak lama kemudian, turunlah ayat tersebut sebagai penegasan bahwa orang-orang beriman diperbolehkan menggunakan berbagai gaya ataupu style apapun dalam berhubungan seks asalkan tidak memasukkan zakar pada lubang dubur. Penting dicatat bahwa menurut para ulama ada malam-malam tertentu yang baik untuk berhubungan seks dan ada malam-malam yang harus dihindari, yaitu :

Malam Jumat, barang siapa yang sering berhubungan seks di malam jumat niscaya akan menghasilkan anak yang hafal Al-Qur’an.

Malam Sabtu, barang siapa yang sering berhubungan seks di malam sabtu niscaya akan menghasilkan anak yang memiliki kelainan mental ataupun gila.

Malam Minggu, barang siapa yang sering berhubungan seks di malam minggu niscaya akan menghasilkan anak yang suka mencuri ataupun suka berbuat zalim.

Malam Senin, barang siapa yang sering berhubungan seks di malam senin niscaya akan menghasilkan anak yang memiliki masa depan fakir, miskin serta ridho dengan rezeki yang sedikit.

Baca juga:  Mengkaji Fikih Ekologi Karya Syekh Kholil Muhyiddin

Malam Selasa, barang siapa yang sering berhubungan seks di malam selasa niscaya akan menghasilkan anak yang berbakti kepada orang tuanya.

Malam Rabu, barang siapa yang sering berhubungan seks di malam rabu niscaya akan menghasilkan anak yang cerdas, memiliki pengetahuan yang luas, serta mudah bersyukur.

Malam Kamis, barang siapa yang sering berhubungan seks di malam kamis niscaya akan menghasilkan anak yang berhati baik dan ikhlas

Malam Hari Raya, barang siapa yang sering berhubungan seks di malam hari raya niscaya akan menghasilkan anak yang memiliki enam jari di setiap tangan dan kakinya.

Sedangkan, dalam berhubungan seks sebaiknya memulai dengan foreplay berupa memegang tangan istrinya, meremas buah dadanya, kemudian mencium kedua pipinya dan diakhiri dengan membaca basmalah ketika memasukan zakar ke dalam vagina. Sedangkan posisi ternikmat dalam seks menurut para ulama adalah istri bersiap dalam posisi telentang kemudian suami menindihnya dari atas dan memulai sesi foreplay dari mulai memeluk hangat hingga mencium segenap bagian yang menggairahkan dari badan istri. Hingga, pada saatnya nanti istri mulai terangsang sempurna maka wajib bagi suami untuk memulai ‘bercocok tanam’ pada vagina istri dengan tempo perlahan-perlahan agar istri dapat menikmati ‘pemainan’ suami.

Dan disunnahkah memulai foreplay dengan mencium dada istri seraya berdoa “Wa Alqaitu ‘Alaika Mahabbah Minni (dan aku tanamkan kepadamu cinta dariku)”. Kemudian, memasukkan zakar ke dalam vagina seraya membaca surat al-ikhlas, takbir, dan tahlil serta membaca doa “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Agung, ya Allah jadikanlah untuk kami keturunan yang baik serta lindungilah kami dan segenap rezeki kami dari gangguan setan”.

Baca juga:  Nusantara itu Berlian

Tips memilih keturunan laki-laki dan perempuan

Tips agar mendapatkan anak laki-laki menurut para ulama adalah dengan mengambil posisi di sebelah kanan ketika hendak ejakulasi kemudian tidur disebelah kanan istri usai berhubungan seks. Kemudian, kelak ketika istri telah menunjukkan tanda-tanda kehamilan maka suami dianjurkan mengusap perut istri seraya berdoa “Bismillah, Ya Allah aku berjanji untuk memberi nama anakku dengan nama Muhammad, maka takdirkanlah anak yang dikandung ini berkelamin laki-laki”.

Setelah melakukan hubungan seks, suami dan istri dianjurkan untuk membersihkan kemaluan keduanya dengan kain ataupun tissu yang bersih. Dan dianjurkan untuk tidak memakai kain atau tissu yang sama dalam membersihkan kemaluan keduanya karena hal tersebut dapat menimbulkan kebencian diantara keduanya.

Sedangkan, menurut para ulama ada sepuluh ciri-ciri perempuan yang harus dihindari untuk dinikah yaitu; posturnya terlalu pendek ataupun terlalu tinggi, rambutnya tipis, terlalu cerewet, mandul, berwatak keras kepala, bersikap boros dan suka menghamburkan harta, suka mencuri, suka berhias ketika keluar rumah, dan bekas diceraikan orang lain.

Memang masih banyak hal yang tentu tak cukup bila kita jabarkan seluruhnya. Akan tetapi, hal terpenting dalam berhubungan seks adalah niat yang tulus untuk menghasilkan keturunan yang baik yang dapat dibanggakan umat islam. Hikmah dari seluruh uraian para ulama mengenai panduan berhubungan seks adalah adanya rasa kasih sayang serta kepedulian suami agar sang istri dapat menikmati setiap detik dalam hubungan badan yang nantinya akan menimbulkan jalinan kasih yang harmonis.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
5
Ingin Tahu
16
Senang
12
Terhibur
6
Terinspirasi
21
Terkejut
7
Scroll To Top