Tiap akhir tahun, saat perayaan natal dan tahun baru, selalu saja kita diributkan dengan isu-isu toleransi dengan nonmuslim. Tak jarang perdebatan mengenai hukum ucapan selamat Natal dan tahun baru kepada nonmuslim selalu muncul ke permukaan. Toleransi yang selalu digaungkan di negeri ini selalu saja menemui kerikil-kerikil rintangan.
Dalam tulisan ini saya tertarik mengulas analisa para ulama tentang sebuah hadis yang dituduh anti toleransi oleh para pemikir Barat. Hadis itu adalah
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ لاَ تَبْدَءُوا الْيَهُودَ وَلاَ النَّصَارَى بِالسَّلاَمِ فَإِذَا لَقِيتُمْ أَحَدَهُمْ فِى طَرِيقٍ فَاضْطَرُّوهُ إِلَى أَضْيَقِهِ.
Rasulullah Saw bersabda, “Jangan kalian memulai mengucapkan salam kepada orang Yahudi maupun orang Nashrani, apabila kalian menemui salah satu di antara mereka di jalan maka desaklah (pepetlah) mereka hingga ke pinggir jalan”.
Hadis ini tercantum dalam kitab hadis Shahih Muslim (No.2167), Sunan Abu Dawud (No.5205), Sunan Turmudzi (No.1602), Sunan Ahmad (No.7682), Sunan Ibnu Hibban (No.500), Sunan Baihaqi (No.18793), Sunan Bazzar (No.9053), Sunan Abdurrazak (No.9837), Sunan Thabrani (No.705), Sunan Thahawi (No.7252), dan Sunan Abu Dawud ath-Thayalisi (No.2546).
Secara riwayat, tentu hadis ini memiliki derajat Shahih Mutawattir (sangat dipercaya kebenarannya, wajib diterima). Selain itu, hadis ini juga diriwayatkan oleh sahabat Ibnu Umar, Anas bin Malik, dan Abu Bashrah al-Ghifari. Namun, tentu dalam memahami hadis ini, kita tidak boleh hanya terpaku dengan derajat kesahihahannya saja, sehingga kita terburu-buru menyimpulkan bahwa Islam mendukung upaya anti terhadap pemeluk agama lain.
Mari kita baca dengan jernih
Larangan yang terdapat dalam hadis ini ditetapkan di masa perang di mana kaum Yahudi dan Nashrani berkerjasama untuk mengusir umat Islam dari kota Madinah. Kepada kaum Yahudi dan Nashrani yang tidak mau berdamai inilah Al-Qur’an melarang kita untuk menunjukkan kasih sayang kepada mereka.
إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (9)
“Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu dalam urusan agama dan mengusir kamu dari kampung halamanmu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, mereka itulah orang-orang yang zhalim” (Qs. Al-Mumtahanah : 9)
Hal ini dibuktikan juga dengan sebuah hadis yang ditetapkan ketika baginda Nabi untuk menyerbu kaum Yahudi di pemukiman bani Quraidzah di masa perang.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إنكم لاقون اليهود غدا فلا تبدءوهم بالسلام.
Rasulullah saw bersabda, “Kalian akan bertemu dengan orang-orang Yahudi besok, maka jangan kalian memulai mengucapkan salam kepada mereka.” (HR. Baihaqi)
Di sisi lain, ada banyak hadis yang menjelaskan bahwa baginda Nabi mengucapkan salam kepada nonmuslim yang berakad damai dengan umat Islam, di antaranya adalah
حدثنا أسامة بن زيد أن النبي صلى الله عليه وسلم مر على مجلس فيه أخلاط من المسلمين والمشركين عبدة الأوثان واليهود فسلم عليهم النبي صلى الله عليه وسلم.
Diceritakan dari sahabat Usamah bin Zaid bahwasannya Rasulullah saw melewati sebuah majlis di mana duduk di dalamnya orang-orang muslim, orang-orang musyrik penyembah berhala, serta orang-orang yahudi maka Rasulullah saw mengucapkan salam kepada mereka. (HR. Bukhari)
Ajaran untuk mengucapkan salam kepada nonmuslim yang berakad damai pun juga diajarkan oleh para pembesar sahabat.
عن ابن عجلان قال إن عبد الله بن مسعود أبا الدرداء وفضالة بن عبيد كانوا يبدؤون أهل الشرك بالسلام
Diceritakan dari Ibnu ‘Ujlan, beliau berkata, “Sungguh sahabat Abdullah bin Mas’ud, Abu Darda’ dan Fadhalah bin ‘Ubaid selalu memulai mengucapkan salam kepada orang-orang musyrik.” (HR. Ibnu Abi Syaibah)
عن كريب قال إن ابن عباس كتب إلى ذمي فبدأه بالسلام فقيل له أتبدأ بالسلام؟ فقال إن الله هو السلام
Diceritakan dari Kuraib, beliau berkata, “Sungguh sahabat Ibnu Abbas menulis sebuah pesan kepada seorang kafir zdimmi, maka beliau memulainya dengan ucapan salam. Kemudian ditanyakan kepadanya “Apakah engkau memulai mengucapkan salam kepadanya?”. Maka, Ibnu Abbas menjawab “Sungguh Allah adalah dzat yang bergelar As-Salam”. (HR.Musaddad)
Ajakan untuk merajut kasih sayang kepada nonmuslim yang berakad damai juga telah diajarkan oleh Al-Qur’an
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (8)
“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil” (Qs. Al-Mumtahanah : 8)
Walhasil dianjurkan untuk mengucapkan salam kepada siapapun yang ditemui baik kepada mereka yang ia kenal maupun tidak dikenal tanpa memandang latar belakang agama.
عن عبد الله بن عمرو رضي الله عنهما أن رجلا سأل النبي صلى الله عليه و سلم أي الإسلام خير ؟ قال تطعم الطعام وتقرأ السلام على من عرفت ومن لم تعرف.
Diceritakan dari Abdullah bin ‘Amr ra bahwasannya seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Saw “)Amal kebaikan) Islam yang manakah yang paling baik?”. Rasulullah bersabda “Berikanlah makanan dan ucapkanlah salam kepada orang yang engkau kenal maupun kepada orang yang tidak engkau kenal” (HR.Bukhari)
Seandainya kesunnahan memulai mengucapkan salam hanya ditunjukkan kepada sesama muslim saja, niscaya Nabi Muhammad tidak akan pernah mengizinkan kita mengucapkan salam kepada orang yang tidak kita kenal. Karena, mungkin saja orang yang tidak kita kenal adalah orang-orang non-muslim. Oleh karena itu, para ulama sepakat bahwa kesunnahan mengucapkan salam di dalam hadis ini ditunjuukkan kepada siapa pun yang kita temui tanpa memandang dari agama apa mereka berasal.