Ilmuwan Islam perumus musik selanjutnya adalah al-Syaikh al-Ra’is Abu Ali al-Husayn ibnu ‘Abdillah ibnu Sina (Avicenna). Ia terkenal sebagai seorang dokter dan nenek moyangnya pengobatan modern. Sama seperti para ilmuwan Islam abad pertengahan lainnya, Ibn Sina juga ahli dalam berbagai bidang ilmu.
Dalam buku Essai de Bibliografi Avicenna yang diterbitkan Dominican Institut for Oriental Studies menyebutkan karya Ibnu Sina berjumlah 276 buah. Karya-karya Ibnu Sina itu terbagi dalam 15 bidang keilmuan; filsafat umum, logika, sastra, syair, ilmu alam, psikologi, kedokteran, kimia, matematika dan musik, metafisika, tafsir quran, tasawuf, etika politik dan profetik, serta surat-surat pribadi.
Dalam buku induk medis yang ia karang Al-Syifa, Ibnu Sina membahas satu bab tentang musik “Jawami Ilm al-Musiqi”.
Sebenarnya terdapat lima karya tentang musik yang ditulis Ibnu Sina; Al-Najat, Danishnama-yi ‘Ala’i, al-Madkhal ila Sana’a al-Musiqi, dan Al-Lawahiq. Namun satu bab tulisan dalam buku Al-Syifa mengindikasikan bahwa Ibnu Sina menggunakan musik sebagai terapi medisnya.
Ibnu Sina dilahirkan di Bukhara (980 M) yang kala itu merupakan ibu kota Daulah Samaniyah, negara protektorat dari Daulah Abbasiyah. Ia dilahirkan dari keluarga yang bermazhab Syiah. Di usia 10 tahun Ibnu Sina telah menghafalkan Al-Qur’an dan belajar filsafat, ilmu-ilmu agama Islam, astronomi, matematika, metafisika, dan logika.
Ibnu Sina belajar kedokteran pada seorang Nasrani Isa ibnu Yahya (Daudy 1992). Ketika usia 16 tahun dirinya telah menjadi seorang dokter yang mampu menangani berbagai kasus dengan eksperimen mandirinya, termasuk menyembuhkan sultan Bukhara, Nuh ibnu Mansur. Berkat jasanya tersebut, Ibnu Sina diberikan izin oleh sang sultan untuk membaca beribu-ribu koleksi buku dari perpustakaan istana. Dengan daya ingatnya yang kuat, Ibnu Sina mampu mengusai isi buku-buku itu meskipun kala itu baru menginjak 18 tahun.
Ibnu Sina mendaku diri sebagai murid setia al-Farabi. Kisah tentang pendakuan al-Farabi sebagai guru Ibnu Sina ini sangat menarik karena sebelum membaca Agrad Kitab ma Waraa al-Thabiah li Aristu-nya Al-Farabi, Ibnu Sina tidak juga kunjung paham meskipun ia telah membaca metafisikanya Aristoteles sebanyak 40 kali.
Pemikiran Ibnu Sina setelah itu banyak dipengaruhi oleh al-Farabi. Dalam filsafat, teori emanasi khas milik al-Farabi dilanjutkan Ibnu Sina dengan sedikit diferensiasi. Begitu pula dengan musik, Ibnu Sina senada dengan aliran mazhab Al-Farabi dan kemudian ia mengembangkannya.
Karena satu frame pemikiran dengan al-Farabi, perumusan teori musik Ibnu Sina pun tak luput dari pengaruh pemikiran Yunani seperti Phytagoras, Ptolemeus, dan Euclid tentang formulasi matematika. Ibnu Sina mengkategorikan matematika sebagai salah satu dari empat cabang ilmu; geometri, astronomi, aritmatika, dan musik.
Dalam bab Jawami Ilm al-Musiqi di kitab al-Syifa, Ibnu Sina mengajak pembaca untuk mendiskusikan penyebab fisik dari perbedaan nada serta mendefinisikan tentang konsep dasar nada, interval, genus, dan grup. Bagian interval nada dipecahkan Ibnu Sina dengan rasio matematika kemudian diberikan peringkat oktaf sesuai relativitasnya.
Dalam upaya pengembangan aliran musik Farabian, Ibnu Sina memberikan penjelasan lebih teoroganisir daripada al-Farabi. Ia membahas fisika produksi suara dalam tulisannya Risala fi Makharij al-Huruf. Lebih jauh, dalam kitab Qanun fi Tibb, ia menerangkan analogi antara denyut nadi dengan komposisi musik sebagai sebuah ritme yang punya relasi interval.
Esai Menarik lainnya:
- Pengaruh Ibnu Sina dalam Persalinan Modern
- Ngaji Rumi: Fenomen Black Swan dan Seni Bertawakal
- Nizami Ganjavi, Sosok di Balik Kisah Laila-Majnun
Fungsi musik dari aliran Farabian juga diterapkan Ibnu Sina sebagai terapi pengobatan. Ibnu Sina terkenal dengan teori psikosomatisnya:
“…salah satu perawatan terbaik dan paling efektif adalah memperkuat mental dan spiritual pasien, memberinya lebih banyak keberanian untuk melawan penyakit, menciptakan lingkungan yang penuh kasih dan menyenangkan bagi pasien, memainkan musik terbaik untuknya, serta mengelilinginya dengan orang-orang yang dia cintai.”
Menurut Ibnu Sina, “suara” itu penting bagi keberadaan manusia. Suara yang diatur dalam tatanan musik tertentu mempunyai efek mendalam bagi jiwa. Ia percaya bahwa nada bisa menentukan mood seseorang. Ia juga percaya bahwa komposisi musik bukan ditentukan oleh indra pendengar, melainkan indra perasa atau persepsi manusia. Karena alasan ini, nada dengan komposisi yang pas, selaras, harmonis dan tersusun rapi sesuai ritme dan ukuran dapat mengekspresikan suasana jiwa.
Terapi medis menggunakan musik ini sering digunakan Ibnu Sina untuk mengobati pasien di banyak rumah sakit waktu itu. Suatu kali ia terlibat dalam penyembuhan gangguan mental dengan musik di sebuah rumah sakit yang didirikan oleh seorang keturunan Turki, Seljuk. Akhirnya penggunaan metode dan farmakologis dalam penyembuhan gangguan psikologis yang digunakan Ibnu Sina ini mempunyai pengaruh hingga ke periode Usmani. Para dokter Usmani menggunakan dan mengembangkan metode ini hingga abad ke-18.
Seorang dokter Turki abad ke-18 Hekimbasi Gevrekzade Hasan Efendi sangat tertarik dengan buku-buku Ibnu Sina. Dia adalah murid dari Totkatli Mustafa Efendi yang menerjemahkan karya Ibnu Sina, al-Qanun fi al-Tibb. Hekimbasi sendiri dalam karyanya Emraz-i Ruhaniyeyi Negama-i Musikiye menguraikan nada maqam Ibnu Sina yang efektif dalam terapi pengobatan masa kanak-kanak. Maqam Iraqi mempunyai efek pada pengobatan meningitis. Maqam Isfahan dapat menjernihkan pikiran dan melindungi dari demam.
Maqam Zirefkend efektif mengobati stroke dan sakit punggung. Maqam Rehavi ampuh mengobati sakit kepala, mimisan, dan kelumpuhan. Makam Buzurk mengobati otak kram serta menghilangkan kelelahan. Maqam zirgule efektif mengobati penyakit jantung dan otak, meningitis, dan demam hati. Maqam hijaz efektif mengobati penyakit saluran kemih.
Maqam Buselik efektif mengobati nyeri pinggul, kepala, serta penyakit mata. Maqam ussak efektif mengobati nyeri kaki dan insomnia. Maqam huseyn efektif mengobati penyakit hati dan jantung. Makam neva efektif untuk merawat anak-anak yang telah mencapai pubertas, nyeri pinggul serta membawa kegembiraan hati.
Kontribusi musik sang bapak kedokteran Ibn Sina mempunyai pengaruh sangat besar bagi praktik dunia medis. Karena keahliannya pada beragam ilmu seperti filsafat, matematika, musik pun ia teorikan dan ia ramu secara indah. Dan dengan keprofesionalannya dalam bidang kedokteran, ilmu musik juga ia kolaborasikan sehingga menjadi salah satu metode penyembuhan. Tak heran jika nama Ibnu Sina terkenal di Timur maupun Barat karena dedikasinya pada pengetahuan yang ia lakukan secara konsisten.