Setiap manusia akan mendapat balasan yang sesuai dengan amal yang diperbuat. Hal ini berdasarkan hakikat manusia yaitu majzi mendapat balasan atas pilihan-pilihan dalam hidupnya. Faman ya’mal mitsqala dzarratin khairan yarah, wa man ya’mal mitsqala dzarratin syarran yarah, semua ada balasannya.
Amal baik ataupun buruk bisa jadi pembuka atau kunci bagi takdir seseorang. Siapa sangka amal baik adalah wasilah bagi terkabulnya doa. Dibalik lantunan rayuan dan munajat atas segala permasalahan hidup, terdapat wasilah atau tali ikatan yang memudahkan agar doa sampai kepada Allah SWT, wasilah tersebut dapat berupa amal-amal baik.
Allah mengungkapkan sifat baik manusia dalam surah Al-Lail ayat 5: “Maka siapa yang memberi dan bertakwa. Maka Kami sungguh akan memudahkan baginya segala kemudahan.” Dengan sikap suka tolong-menolong dan bertakwa terhadap Allah, manusia akan memperoleh kemudahan atas setiap usahanya dalam kebaikan serta mendapat balasan yang lebih baik.
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadist tentang tiga orang yang terjebak dalam gua. Suatu ketika ada tiga laki-laki yang sedang berjalan-jalan. Karena cuaca tetiba hujan, ketiganya memutuskan untuk berteduh di sebuah gua. Tak disangka, longsor datang dan batu-batu berhamburan menutup mulut gua yang mengakibatkan ketiga pemuda tersebut tak bisa keluar. Di gua yang gelap, tak ada yang bisa mereka lakukan kecuali berdoa.
Setiap mereka berdoa dengan menceritakan amal baik masing-masing yang pernah dilakukan dengan ikhlas. Lelaki pertama berdoa “Ya Allah, bukakanlah pintu gua ini, saya ingin keluar dari gua ini. Saya adalah penggembala kambing, setiap hari saya memerah susu dan hasil perahan tersebut saya berikan kepada kedua orang tua saya dan anak-anak saya yang masih kecil. Susu tersebut saya berikan kepada orangtua saya terlebih dahulu sebelum anak-anak saya. Wahai Allah, saya melakukan semua itu karenaMu, ikhlas, saya mengerti pahala memuliakan orangtua. Jika Engkau berkenan, bukakanlah pintu gua ini” Setelah doa, gua tersebut perlahan terbuka sedikit. Tapi, mereka masih belum bisa keluar.
Kemudian, lelaki kedua bergantian berdoa “Ya Allah saya pernah jatuh cinta pada anak paman saya. Namun, ia memberikan syarat uang seratus dinar ketika saya dekati dan mengajaknya berhubungan badan. Saya pun berusaha mendapatkan uang tersebut. Setelah memberikan uang seratus dinar, kami masuk ke dalam kamar untuk melakukan perbuatan itu. Tetiba gadis itu bertanya “Apakah kamu tidak takut kepada Allah?” Seketika saya tersadar dan membatalkan niat tersebut. Ya Allah, saya merelakan uang seratus dinar demi mengingatMu. Jika apa yang saya lakukan Engkau meridhaiNya, Wahai Allah tolong bukakan batu di mulut gua ini.” Tak lama kemudian batu tersebut semakin bergeser.
Akhirnya, lelaki ketiga giliran berdoa “Ya Allah, saya punya banyak pegawai. Suatu ketika saya pernah terlewat menggaji satu orang pegawai. Saat itu, pegawai-pegawai saya semuanya pulang kampung. Uang itu pun saya simpan. Karena menganggur, uangnya saya belikan sapi untuk sebuah peternakan. Peternakan itu berkembang pesat. Di lain waktu pegawai itu datang untuk mengambil gajinya yang belum saya bayar, saya pun memberikan peternakan sapi itu kepadanya. Jika apa yang saya lakukan Engkau ridhai, tolong bukakan pintu gua di depanku ini.” Seketika batu di depan mulut gua bergeser dan ketiga pemuda itu dapat keluar dari gua dengan selamat.
Cerita di atas merupakan salah satu contoh dari terkabulnya doa karena wasilah amal baik. Keikhlasan ketiganya dalam berbuat telah menggerakkan Allah untuk mengabulkan doanya. Sebetulnya, tanpa menyebut amal-amal baik yang pernah kita perbuat pun Allah sudah tahu. Namun, alangkah baiknya kita tetap berdoa dan meminta apa yang menjadi kesulitan dalam hidup.
Lantas, bagaimana jika sudah melakukan amal-amal baik namun doa kita tetap belum dikabulkan? Sebagai hamba dan manusia alangkah baiknya tetap berprasangka baik. Allah akan mengabulkan semua doa hambaNya, namun dalam pengabulan doa ada sebuah pertimbangan yang tentu tidak bisa kita pahami. Nabi Zakaria AS yang meminta dihadirkan seorang anak. Diusianya yang kesembilan puluh Allah baru mengabulkan doanya. Beliau tidak putus asa dan terus berdoa. Bahkan, setingkat nabi yang dimuliakan, doanya baru dikabulkan setelah waktu yang lama.
Masihkah kita marah sebab doa belum terkabulkan? Seberapa banyak amal kebaikan yang dengan ikhlas telah kita lakukan? Maka, lakukan kebaikan sebanyak-banyaknya, siapa sangka justru amal tersebut yang menjadi penolong saat kesulitan dan menjadi wasilah terkabulnya doa.