Sedang Membaca
Antara Sains dan Iman
M Qoshid Al Hadi
Penulis Kolom

Saya M. Qoshid Al Hadi, pegiat literasi dan dosen di Perguruan Tinggi Swasta Islam Jawa Timur. Pendidikan terkakhir: S-2 Fak. Syariah dan Hukum Islam UIN Sunan Kalijaga. Domisili: Banaran, Sragen, Jawa Tengah

Antara Sains dan Iman

Anak kecil mudah terpesona dengan alam. Fenomenanya selalu membawa tanya yang sulit dijawab. Matahari, bulan dan bintang seolah teman dekatnya hingga ia sering dilukiskan di atas buku-buku gambar, bahkan dinding rumah. Pertanyaan tentang waktu, kadang tak luput untuk ditanyakan.

Di negara yang berada di 95 sampai 141 derajat bujur timur ini memiliki tiga pembagian waktu. Mereka yang tinggal di Indonesia bagian tengah dan timur terbiasa menambahkan jam mereka saat televisi dinyalakan.

Acara pukul 17.00 WIB itu artinya akan ditambahkan satu jam untuk Indonesia tengah, dan dua jam jika ia tinggal di bagian timur agar bisa bersama-sama menonton. Apa yang menyebabkan perbedaan waktu diantara mereka? Mungkinkah waktu itu disamakan? Pertanyaan mulai mengandung usul.

Hari ini, pertanyaan tentang waktu masih berkembang bercampur dengan ide. Melalui buku A Brief History of Time, Stephen Hawking mencoba meringkas perjalanan sejarah waktu dari zaman Yunani Kuno hingga abad ke-21. Hawking mengolah jawaban terkait fenomena semesta alam menjadi menarik dan menggunggah siapapun yang membacanya.

Usai mengkhatamkan buku itu, pertanyaan tentang kemungkinan lorong waktu, bagaimana waktu bisa berjalan mundur, hingga dimensi lain dalam alam semesta, menjadi misteri yang seolah sebentar lagi akan dijawab oleh sains.

Baca juga:  Ketika Bahasa Dipaksa Beragama

Pagi ini, berita tentang beredarnya foto black hole mulai ramai diperbincangkan netizen. Foto itu mengukuhkan teori para ilmuwan ratusan tahun lalu. Black hole hanya segelintir kasus sejarah sains yang bermula dari pengembagan model matematika yang dihitung secara rinci sebelum ada bukti pengamatan. Ihwalnya bermula dari dua teori tentang cahaya yang berbeda, dan hari ini kita tahu bahwa cahaya adalah penggabungan dari dua teori itu.

Cahaya terdiri dari zarah (partikel) dan gelombang. Kemudian cahaya yang terdiri dari zarah akan memiliki gravitasi, artinya semakin besar bintang maka kian besar pula gravitasinya dan membuat suluruh cahaya yang ada disekitarnya akan terisap kembali. Menurut teori relativitas, tak ada yang mengalahkan laju dari cahaya. Jadi jika cahaya terisap, maka apapun tak akan bisa lolos. Inilah yang dinamakan lubang hitam atau black hole. Dan isitilah inipun baru muncul di abad ke-20.

Apa arti black hole bagi seorang muslim?

Alquran yang dipedomi oleh umat muslim tentu berisikan petunjuk. Ada banyak ilmuwan muslim yang mengkaitkan fenomena black hole dengan satu surah dalam Alquran, yaitu at takwir yang artinya menggulung.

Jika membacanya, at takwir memberikan ciri-ciri yang mirip dengan black hole. Namun, Alquran tidak menyediakan jawaban “ya” atau “tidak”. Alquran tidak pula memberikan jawaban telanjang bak sinar matahari. Alquran berisikan prinsip moral dan etik, alegori dan metafora yang dapat dijadikan petunjuk untuk sebuah solusi yang tepat.

Baca juga:  Tantangan Regenerasi Guru TPA

Ziaudin Sardar dalam bukunya “Mengaji Quran di Zaman Edan”, menganalogikakan sekiranya Alquran menjawab secara gamblang, maka umat Islam akan selalu berada di puncak peradaban, tidak seperti sekarang yang terpuruk dan terhina. Semua persoalan akan dijawabnya, sehingga tak ada lagi sekte-sekte yang berselisih paham.

Dalam bukunya itu Sardar mengajak umat muslim kembali mengkaji Alquran , keterbatasan bahasa bukan lagi masalah. Karena ia diturunkan untuk seluruh umat manusia yang tak dibatasi oleh waktu maupun tempat (budaya). Semua orang memiliki kesempatan untuk memaknai Alquran yang dibacanya, Sardar mengatakan jangan sampai karena takut salah dan menyimpang akhirnya membuat umat terperosok dalam lubang kebodohan dan tertinggal.

Bagi saya, kehadiran foto black hole, meneguhkan iman dalam diri. Beriman tak lagi cukup dengan hati, karena godaan duniawi sudah banyak membelokkan hati nurani. Hari ini penemuan sains, melalui pengamatan dan perhitungan yang mendetail mengantarkan kita ke satu jalan lain untuk memadukan hati dan akal dalam beriman.

Bagaimana para saintis menggambarkan keagungan galaksi M87 yang ditengahnya diyakini adalah black hole dengan massa dua miliar kali lipat massa matahari. Sebuah benda yang sangat besar, mendidik manusia berucap takbir, Allahu Akbar. Penemuan itu mengingatkan diri manusia yang sering lupa dan lalai, bahkan meruntuhkan egonya yang besar, tak ada lagi alasan untuk menyombongkan diri. Karena hanya Dia-lah yang Maha pencipta dan Maha Besar.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (1)

Komentari

Scroll To Top