Satu buku beraksara Jawa yang isinya persis sama dengan kitab Maj’muatus Syari’ah al Kafiyah lil Awam karya KH Sholeh Darat, baru saja ditemukan. Penemunya adalah seorang keluarga dzurriyyah (keturunan) KH Sholeh Darat, Ustaz Agus Tiyanto (45).
Agus Tiyanto, pendiri sekaligus pembina Komunitas Pecinta Kyai Sholeh Darat (KOPISODA), ini tidak sengaja menemukannya. Guru madrasah di Klaten ini punya kebiasaan berbelanja kitab kuno atau buku bekas di pasar buku di kota Solo, Yogyakarta, dan Semarang. Jadi masuk akal jika ia menemukan buku lawas dan penting, secara tidak terduga.
Pada Selasa (16/7/2019) Agus ke pasar buku Shoping di Yogyakarta. Dia sengaja mempir ke lapak milik temannya yang biasa berjualan buku lawas. Oleh si teman yang tidak mau ditulis namanya, Agus Tiyanto disodori sebuah kitab kuno yang sudah tampak lusuh. Warna kertasnya tidak lagi kuning atau kecoklatan, melainkan sudah abu-abu mendekati hitam. Namun, tulisannya masih jelas terbaca.
Kitab kuno tersebut beraksara Jawa, namun ada banyak sisipan kata beraksara Arab di dalamnya. Agus membolak-balik kitab tersebut. Dia mengaku kurang bisa membaca aksara Jawa, namun tertarik dengan buku tersebut. Dia yakin kitab itu berisi ajaran para ulama yang penting untuk menambah pengetahuan agama.
“Saya mendapat kitab ini di Shoping Center Yogyakarta. Saya disodori teman saya, seorang penjual buku di lapak khusus buku tersebut. Lalu saya bawa pulang karena tertarik, meski saya tidak bisa membacanya,” katanya, sambil menunjukkan kitab itu. Saya kebetulan adalah Sekretaris KOPISODA, jadi dalam keseharian memang dekat dengan Agus.
Agus mencoba membaca aksara kitab tersebut. Dia fokus memperhatian kata-kata beraksara Arab yang ada di hampir setiap halamannya. Langsung ingatannya tertuju pada isi kitab karya kakek buyut istrinya, yaitu kitab Majmu’atus Syar’iah yang ditulis oeh KH Sholeh Darat Semarang pada sekitar tahun 1880.
Istri Agus, Evi Isnadiyah memang cicitnya Mbah Kiai Sholeh Darat. Agus yang biasa mengaji (membacakan) kitab Majmu’atus Syari’ah di pengajain rutin di masjid, tentu mengingat baik setiap kata yang ada di kitab bertuliskan Arab Pegon (Arab Jawii/Jawan) tersebut.
Agus pun menjejerkan dua kitab tersebut. Halaman demi halaman dia bandingkan. Ternyata semua kutipan Arab di kitab kuno beraksara Jawa tersebut persis seperti di kitab Majmu’atus Syari’ah. Maka dia menduga kuat buku Jawa tersebut adalah Maj’muatus Syari’ah versi aksara Jawa.
“Saya berhipotesa, buku beraksara Jawa ini adalah kitab Majmu’atus Syari’ah. Namun apakah Mbah Sholeh sendiri yang menulis aksara Jawa, perlu diteliti oleh ahli di bidangnya,” tutur Agus, mengajak saya berdiskusi lebih dalam, dan saya pun manggut-manggut bersemangat.
Saya mencoba membantu membaca isi kitab itu, tetapi karena posisi kami waktu itu berjauhan, maka saya minta Agus mengirimkan foto-fotonya. Agus masih ragu-ragu atas hasil bacaannya karena merasa bukan ahli sastra Jawa. Diskusi menjadi seru ketika kami membagi “temuan” itu bersama teman-teman di grup WhatsApp KOPISODA.
Selama dua tiga hari, Selasa sampai Kamis dini hari (18/7), para angota grup KOPISODA mendiskusikan isi kitab Jawa tersebut. KOPISODA memang berisi para pecinta ulama, kolektor kitab, penggemar naskah, dan pegiat ilmu.
Bendahara KOPISODA, Raden Yudi Prasetyawan yang lancar membaca aksara Jawa, mendukung hipotesis tersebut. Namun dia tidak berani memastikan, karena tidak ada keterangan di cover buku bahwa itu karya Mbah Sholeh Darat. Anggota KOPISODA lain, Raden Wiwit Rahmad yang juga lancar membaca aksara Jawa, menyatakan sama dengan Yudi.
Dari hasil musyawarah di grup KOPISODA, disepakati bahwa itu adalah kitab Maj’muatus Syari’ah dalam aksara Jawa. Kami juga bersepakat untuk meneliti, apakah itu anggitan Mbah Sholeh Darat sendiri, atau karya orang lain.
Apabila itu karya orang lain, wajar, karena mbah Sholeh identik sebagai ulama yang mengarang kitab beraksara pegon, yakni huruf Arab tetapi berbahasa Jawa. Namun apabila buku itu karya Mbah Sholeh sendiri, berarti kitab ini menjadi penemuan yang luar biasa. Sebab bisa menimbulkan dugaan bahwa KH Sholeh Darat juga mahir menulis aksara Jawa. Tentu hal itu langsung menambah semangat baru untuk mencari kitab-kitab lain karya beliau yang beraksara Jawa.
“Malam hari saya membuka satu per satu halaman buku kuno ini. Saya coba amati, ternyata banyak penulisan Arab pegon dalamnya. Termasuk penulisan bab, fasal, memakai Arab Pegon. Dan ternyata mirip atau bahkan persis yang ada di kitab pegon Majmu’atus Syari’ah,” tutur Agus.
Berikut hasil pengamatan atas kitab beraksara Jawa ini:
Di halaman akhir, bab khotimatul kitab (pungkasan), terdapat nama Syaikhuna Al alamah Sayyid As Syarif Ahmad bin Zaini Dahlan.
Di halaman isi terdapat pembahasan sifat madzmumah dan mahmudah. Ada bab i’tikaf, aqiqoh, adhhiyah, ath’imah, dzabaikh, hudud, roj’ah, fil mu’tadat, iddah, haqqi zaujii al zaujah. Setiap bab susunan urutan babnya sama persis di kitab Majmu’atus Syari,ah yang beraksara Arab pegon.
Di halaman sampul tertulis (kalau diindonesiakan) “dicetak di Surakarta tahun 1897”. Tahun tersebut adalah tahun KH Soleh Darat masih hidup, karena wafatnya tahun 1903.
Tanggapan dan Hipotesis
Merasa ingin mendikusikan lebih lanjut temuan kitab tesebut, Agus Tiyanto mengunggah foto-foto kitab itu di akun fesbuknya. Dengan diberi keterangan hipotesisnya tersebut, seorang tokoh filologi dari Univeritas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Ahmad Baso memberi tanggapan atas postingan di Facebook tersebut.
Ahmad Baso berkomentar, kitab tesebut belum bisa disimpulkan sebagai karya KH Sholeh Darat, karena di halaman cover tidak menyebutkan bahwa muallif (pengarangnya) adalah KH Soleh Darat. Penulis produktif yang banyak mengupas Islam Nusantara ini mengingatkan agar berhati-hati untuk menyatakan kitab itu karya Sholeh Darat.
Pada halaman sampul tertulis, “Kitab punika pethikan saking Minhad, Syarah Khatib Sarbini, Durarul Bahiyah, ing masalah Ushuludin serta Syarah Ahya Ulumuddin. Anyariyosaken bab sarat rukuning Islam gangsal prakawis, ingkang kage bongsa Jawi ing tanah Jawa. Kahecap wonten ing pangecapanipun tuwan Albert Rusche ing Surakarta”.
Menurut Agus, nama Albert Rusche kemungkinan besar adalah orang yang mencetak kitab tersebut. Kalimat “Kitab punika pethikan saking Minhad, Syarah Khatib Sarbani, Darul Bahiyah, ing masalah Ushuludin serta Syarah Ahya Ulumuddink” itu juga terdapat di halaman akhir kitab Majmu’atus Syari’ah versi pegon.
Di kitab pegon itu Mbah Sholeh Darat menulis, “Iki kitab terjemah ingsun Majmu’at al Kafiyah Lil Awam Al Jawiiyah istinbath saking Syarah Minhaj Li Syeikh Islam lan Syarah Khotib Syarbaini lan Darorul Bahiyah Li Sayid Bakri ing dalem mas’alah Ushuludin lan saking ihya Ulumuddin..” Sama persis tiada beda.
Dilanjutkan Agus, bahwa walaupun di cover tidak tercantum nama Kyai Soleh Darat, tapi isi kitab mulai pengantar, bab, fasal, dan kalimat penutup sama persis dengan kitab Majmu’atus Syari’ah karya Kyai Soleh Darat. Bahkan bisa jadi ada penyebutan nama KH Sholeh Darat di dalam kitab tersebut, namun belum berhasil dibaca, mengingat keterbatasan kemampuan membaca aksara Jawa.
Dalam status Facebook hari Rabu (17/7) Ahmad Baso sepertinya mengoreksi komentarnya atas kitab temuan Agus Tiyanto tersebut. Ia mengunggah sebuah foto sampul buku berjudul Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 1, diterbitkan oleh Museum Sonobudoyo Yogyakarta, yang disunting oleh Dr. T.E. Behrend.
Baso memberi keterangan, “Dalam buku ini disebut ada naskah Jawa hanacaraka berjudul kitab Mbah Sholeh Darat Semarang, seperti Kifayatul Atqiya, Syarah Hikam, dan kitab Mi’raj, yang disalin ke aksara Jawa dari huruf pegon oleh murid-murid atau pecinta beliau (yang tinggal) di sekitar Yogya. Yang tinggal di Yogya, Solo, Semarang, ayo segera dapatkan naskah Mbah Sholeh di sana dalam versi hanacaraka. Barakah.”
Wal hasil, kitab beraksara Jawa temuan Agus Tiyanto yang isinya mirip atau persis dengan kitab pegon Majmu’atus Syari’ah, itu memang kitab yang sama dalam versi aksara Jawa. Sangat patut diduga, ada seorang murid atau pecinta Mbah Sholeh Darat yang menyalin isi kitab Maj’muatus Syari’ah dengan Hanacaraka.
Perlu Penelitian Khusus
Menurut Agus, dibutuhkan penelitian khusus mengenai pola kalimat, susunan kata, hingga gaya bahasa terhadap semua kitab karya Kyai Soleh Darat, agar bisa membandingkannya dengan kitab-kitab kuno lain yang sudah hilang atau sobek sampulnya. Banyak kitab-kitab yang tidak secara nyata menerangkan ditulis oleh KH Sholeh Darat. Dibutuhkan semacam penelitian dengan pendekatan ilmu sastra.
Penelitian itu menjadi perlu karena beberapa tetua Jawa maupun ulama sepuh pernah menyatakan bahwa KH Sholeh Darat mengarang banyak kitab. Ada yang bilang mencapai 40 judul. Adapun sekarang ini, KOPISODA baru menemukan 15 kitab, yang saya sejak tahun 2012. Saya mulanya mendapat 5 kitab, lalu 12 kitab, hingga sekarang 15 kitab. Saya yakin masih ada kitab-kitab lain yang nantinya ditemukan.
Memang ada beberapa kitab yang ditengarai karya Kyai Soleh Darat. Yang pernah disebutkan oleh seorang cucu Mbah Kyai Soleh Darat, (alm) Ali Cholil, adalah kitab Mujarrobat dan Manaqib Syeikh Abdul Qodir Al Jailani (keduanya pegon). Dua kitab itu tanpa ada nama pengarang. Informasi lain, Kyai Soleh dari Bonang Demak, meriwayatkan bahwa Mbah Sholeh Darat juga menulis kitab Dalail Khoirot.
“Mengingat ulama itu pasti punya sifat tawadu’, dan Mbah Sholeh Darat adalah tokoh sufi di zamannya, bisa jadi ada kitab-kitab karangan beliau yang tidak dituliskan bahwa beliau adalah muallifnya. Maka saya menggagas perlunya penelitian maupun seminar untuk membedah seluruh kitab Kyai Soleh Darat,” kata Agus.
Kaum santri, kita semua, perlu memupuk semangat menjaga warisan ulama nusantara. Bagi orang Jawa, perlu melestarikan kemampuan membaca aksara Jawa, agar bisa meneguk hikmah ilmu dari karya kyai terdahulu. Perlu juga mengembalikan tradisi menulis pegon atau Jawi, di masyarakat kita, agar khazanah adiluhung nenek moyang ini tidak punah.
Wallahu A’lam bis Showab.