Makinuddin Samin
Penulis Kolom

Sastrawan. Novelnya yang sudah terbit antara lain, Ranggalawe dan Ahangkara. Aktivis Lesbumi Cirebon.

Obituari: Jalaluddin Rakhmad dan Kritik Hadis

Screenshot 20210216 162253~2

Kang Jalal (Jalaluddin Rahmat) ini pemikir pertama yang memperkenalkanku dengan istilah “kritik hadis”, khususnya kritik matan (isi). Seingatku yang aku baca saat itu buku “Islam Alternatif” karya beliau.

Bagiku ide kritik matan hadis itu sesuatu yang luar biasa, berani, dan cerdas. Saat itu aku yang baru duduk di kelas 11 atau 12 Madrasah Aliyah di lingkungan pesantren di Jawa Timur dibuatnya terlongo-longo dengan tema kritik hadis, sebab yang aku tahu adalah kritik terhadap para periwayat hadist (rijal al-hadits), bukan kritik matan.

Kang Jalal memberikan contoh soal kritik hadis ini salah satunya tentang asbab al-wurud (sebab kejadian) hadis yang berbunyi “antum a’lamu bi umuri dunyakum”. Kalimat ini diucapkan oleh Nabi ketika para sahabat Ansor (asli Madinah) memprotes karena pohon kurma mereka tak berbuah lantara mengikuti perkataan Nabi.

Beberapa bulan sebelumnya para sahabat “mengawinkan” pohon kurmanya, Nabi melewati orang-orang itu dan bertanya “apa yang sedang mereka lakukan?”

Para sahabat yang menyertainya menjawab “mereka sedang mengawinkan kurma.” Lantas Nabi bersabda kurang lebih berbunyi “Aku melihat bahwa perbuatan mereka tak ada gunanya.” Para sahabat Ansor lantas membatalkan acara mengawinkan kurma itu, beberapa bulan berikutnya pohon-pohon kurma mereka tak berbuah atau berbuah tapi sangat sedikit.

Baca juga:  Teladan Gus Dur dan Pesan Kemanusiaan dari Perempuan Penjual Wayang

Mereka memprotes kejadian itu kepada Nabi. Mereka menganggap akibat ucapan Nabi, panen kurma menjadi sedikit atau tidak panen. Lantas Nabi mengucapkan kalimat “antum a’lamu bi umuri dunyakum”, kamu lebih tahu tentang urusan duniamu.

Bagi Kang Jalal, asbabul wurud itu tak masuk akal. Bagaimana bisa Nabi tidak tahu soal mengawinkan kurma agar berbuah maksimal? Meskipun tak mengetahui secara teknis, setidaknya sebagai orang yang hidup di Madinah, beliau pasti pernah mendengar soal mengawinkan kurma. Bedasarkan telaah terhadap asbabul wwuruditu, Kang Jalal kemudian meragukan matan hadisnya.

Sejak membaca tentang kritik hadis itu kegemaranku membaca sejarah hadis dimulai; tentang kodifikasi hadis, tentang hadis-hadis Israiliat (kisah para nabi sebelum Nabi Muhammad) hingga jejak dan reputasi para sahabat yang meriwayatkan hadis.

Misalnya tetang sahabat Nabi yang bernama Abu Hurairah, yang meriwayatkan hadist 5374, sebanyak 446 hadist diambil oleh Imam Bukhari. Padahal sahabat ini hanya bertemu dengan Nabi Kurang dari dua tahun. Dia datang kepada Nabi pada Safar tahun ke-7 Hijriyah (Juni 628 M) dan pada Dzulqaida tahun ke-8 (Maret 630 M) dia diperintahkan Nabi menyertai sahabat al-A’la al-Hadrami ke Bahrain untuk menjadi muadzin. Nabi wafat pada tahun ke-11 Hijriyah (Juni 632). Praktis Abu Hurairah hanya bertemu Nabi 1,9 bulan. Bagaimana bisa dia meriwayatkan hadist sebanyak itu?

Baca juga:  Kalijaga: Wulung yang Agung

Bandingkan dengan sahabat-sahabat utama Nabi, yang telah mengikuti Nabi puluhan Tahun. Abu Bakar hanya meriwayatkan hadist sebanyak 142, Umar bin Kathab hanya sebanyak 537, dan Ali bin Abi Thalib sebanyak 586. Kawan-kawan Abu Hurairah, para ahlu as-syuffah (orang-orang yang tidur di emper masjid), hanya meriwayatkan satu atau dua hadist. Padahal para ahlu as-syuffah itu lebih lama di emper Masjid Nabawi dibanding Abu Hurairah.

Pengetahuan tentang seluk-beluk hadis, termasuk para perawinya seperti itu tak mungkin aku baca kalau saat itu tak ada buku karya Kang Jalal yang mampir di otakku. Kemarin intelektual yang merambah banyak disiplin pengetahuan itu telah berpulang. Indonesia pasti kehilangan Sampean, Kang.

Selamat jalan Kang Jalal, berjumpa kembali dengan Gus Dur, Kang Muslim Abdurahman, Cak Nur, Mas Johan Effendi, dan lain-lain. Kalian pasti berencana menyusun “buku baru” di sana. Al-fatiha.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top