Sedang Membaca
India yang Kami Kenal

Dosen di IAIN Pekalongan, Jawa Tengah. Alumnus Ponpes Fathul Huda, Karanggawang, Demak. Menyelesaikan S2 di Osmania University, India

India yang Kami Kenal

Fb Img 1582902497044

India yang kami kenal selama lebih dari dua tahun adalah sebuah negeri dengan masyarakat yang ramah, dalam arti harfiah. Saking ramahnya, seringkali orang-orang India terlihat canggung dan rendah diri saat berinteraksi dengan warga negara asing. Terhadap orang-orang asing, mereka seolah menempatkan diri sebagai pemandu wisata gratis. Masyarakat India senang jika ditanya atau sekedar disapa. Mereka akan memberitahu kebutuhan informasi, yang Anda butuhkan, secara panjang lebar sejauh bahasa Anda dapat dipahami.

Keramahan masyarakat India, misalnya, pernah secara langsung kami rasakan saat selama kira-kira setahun tinggal di apartemen kecil bersama warga bukan muslim. Apartemen milik keluarga muslim itu terdiri dari empat lantai, dan masing-masing lantai memiliki kamar-kamar seukuran rumah sederhana. Saya bersama dua teman lain dari Indonesia menempati lantai kedua, bertetanggaan dengan warga bukan muslim. Sepertinya, kami adalah satu-satunya warga muslim dari sekian banyak keluarga yang tinggal di apartemen mungil tersebut.

Salah satu yang mengesankan di sana adalah kami terlalu sering diberi jajanan oleh saudara-saudara umat Hindu setempat ketika mereka merayakan hari-hari agama, meski sekalipun tak pernah kami membalas kiriman jajanan tersebut, meski jelas-jelas kami dari agama yang berbeda. Anda pun tahu, India adalah negeri dengan ribuan perayaan ritual keagamaan.

Baca juga:  Dinamika Media dalam Wacana Keislaman

Keramahan itu tidak hanya berlaku kepada warga negara asing, tetapi antarsesama orang India yang berlainan agama. Di tahun kedua saat menjalani studi, kami memutuskan untuk berpindah tempat tinggal.

Kali ini kami tinggal cukup dekat dengan masjid, hanya beberapa menit ditempuh dengan berjalan kaki. Masjid tersebut terbilang selalu ramai karena selain berfungsi sebagai tempat ibadah, ia adalah juga tempat berkumpul mahasiswa muslim dari banyak negara, khususnya Asia dan Afrika. Di masjid ini, kami biasa bertukar cerita antarnegara atau sekedar melepas kepenatan kuliah.

Imam masjid tersebut adalah seorang yang sangat sederhana, namun karismatik. Bacaan Al-Qr’annya fasih dan merdu, meski sepeda motornya sangat jadul dan jelek. Karisma beliau tak hanya terasa bagi kalangan muslim, tetapi juga bagi banyak warga beragama lain di sana. Hal ini terlihat dari banyaknya “tamu-tamu” bukan muslim, kebanyakan Hindu, yang menunggu beliau di luar masjid untuk meminta air keberkahan. Sebagaimana di Indonesia, tradisi meminta air keberkahan dari orang-orang salih juga ada di India. Para tamu tersebut biasanya datang sebelum salat Maghrib dan setelah salat Jumat. Beberapa dari mereka bahkan membawa langsung anggota keluarganya yang sakit agar bisa bertemu dengan sang imam.

Di tempat-tempat umum, warga muslim dan penganut lain terlihat sama saja, kecuali dalam hal cara berpakaian. Mereka membaur berdesakan di dalam bus dan kereta lokal, mereka bermuamalah di pasar dan pertokoan, mereka ngecai bersama sambil berdiri di tepi-tepi jalan, mereka merayakan ritual keagamaan secara bersama-sama, dan sebagainya.

Baca juga:  ​Annemarie Schimmel, Sang Penulis Nabi

Di India, festival keagamaan lebih mirip seperti festival sosial; perayaan agama tertentu disambut gembira oleh masyarakat dari berbagai latar agama. Semua orang bergembira, kecuali yang sedang sakit gigi. Maka tak perlu heran jika artis-artis Muslim Bollywood terlihat sangat menjiwai peran saat mereka harus ke gereja, kuil atau sejenisnya.

Insiden kekerasan antara umat Hindu dan kelompok agama minoritas yang sedang terjadi di Delhi India baru-baru ini bukanlah cerminan masyarakat India secara umum. Sentimen keagamaan semacam ini seringkali ada yang memobilisasi untuk kepentingan tertentu, dan seringkali adalah politis. Ada otak intelektual di balik tragedi kemanusiaan yang tidak biasa tersebut. Para pelaku kerusuhan biasanya adalah orang-orang yang terlalu bersemangat dengan simbol-simbol agama, namun tidak bersemangat dengan ajaran-ajaran agama.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
2
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
1
Scroll To Top