Sedang Membaca
Kitab Man al-Mas’ul ‘an Takholluf al-Muslimin (2): Penyebab Kemunduran Umat Islam Menurut Said Ramadhan al-Buthi

Alumni Ponpes Lirboyo Kediri, Darul Huda Mayak, dan Minhajuth Thullab Lampung. Sedang mengenyam pendidikan S1 di Al-Azhar University jurusan Syari'ah Islamiyyah. Berdomisili di Kairo, Mesir.

Kitab Man al-Mas’ul ‘an Takholluf al-Muslimin (2): Penyebab Kemunduran Umat Islam Menurut Said Ramadhan al-Buthi

Said

Pada tulisan sebelumnya, penulis sudah membahas bantahan al-Buthi terhadap tuduhan-tuduhan tak berdasar mengenai sebab kemunduran umat Islam. Kali ini, kita akan membedah pemikiran al-Buthi mengenai sebab-sebab kemunduran umat Islam yang sebenarnya. Dalam kitabnya ini (Man al-Mas’ul ‘an Takholluf al-Muslimin), al-Buthi menjelaskan sebab-sebab tersebut dengan luar biasa. Begini penjelasannya (yang penulis usahakan untuk menarasikannya semudah mungkin).

Dalam pembahasan sebelumnya, kita tahu bahwa Islam bukanlah penyebab kemunduran umat Islam. Islam hanya dijadikan kambing hitam oleh beberapa pemikir. Namun terlepas dari itu, mau tidak mau kita harus menerima fakta bahwa keadaan umat Islam sekarang kurang menyenangkan, kalau tidak bisa dikatakan memprihatinkan.

Kita harus sadar bahwa umat Islam sekarang memang tertinggal dari yang lain (baik dari segi kemajuan teknologi, kesejahteraan, ekonomi dan lain-lain). Oleh karena itu, kita tidak boleh berpangku tangan, berdiam diri tanpa mencari tahu apa sebenarnya sebab kemunduran umat ini. Kita tidak boleh pula pasrah dengan keadaan tanpa berusaha menemukan solusi untuk keluar dari jurang kemunduran ini.

Harus kita akui bahwa kemunduran umat Islam saat ini sebagian besar disebabkan keteledoran kita sendiri. Tidak bisa dipungkiri, keterpurukan ini adalah sepenuhnya karena ulah kita (umat Islam) sendiri. Sudah sepantasnya, kita tidak boleh terus berlarut-larut dalam keadaan ini dan harus segera mencari sebab serta solusi penyelesaian untuk masa depan umat Islam yang lebih cerah (daripada hanya berteriak-teriak tentang kemunduran ini tanpa ada usaha untuk memperbaikinya).

Lalu, apa sebenarnya penyebab kemunduran dan keterpurukan umat Islam?

Sebab kemunduran umat Islam (menurut al-Buthi) setidaknya ada lima.

Pertama, hilangnya jati diri umat Islam. Hal ini bisa dilihat dari hilangnya prinsip-prinsip kemajuan yang sudah ditanamkan oleh para pendahulu kita sehingga kemajuan Islam dahulu hanya menjadi kebanggaan masa lalu dan mimpi di siang bolong. Di saat bersamaan, Barat mengalami revolusi besar untuk kemajuan mereka (terutama dalam bidang teknologi dan industri) sehingga umat Islam (yang sudah kehilangan jati diri itu) merasa kewalahan untuk mengimbangi kemajuan Barat.

Yang terjadi pada akhirnya adalah bertaklid buta terhadap Barat dan mengikuti apapun yang dilakukan mereka dalam mencapai kemajuan, termasuk mencoba meninggalkan ajaran-ajaran Islam seperti halnya Barat meninggalkan ajaran agama mereka. Padahal, problem yang dihadapi umat Islam tidaklah sama dengan problem yang dialami Barat sehingga mengikuti barat secara membabi buta tanpa tahu permasalahannya sama sekali kurang tepat.

Baca juga:  Senyum Indonesia dalam Buku Durian on My Head

Barat berhasil menanamkan mindset (pola pikir) pada umat Islam bahwa kalau ingin maju maka harus mengikuti Barat sepenuhnya, tanpa perlu mempertimbangkan permasalahan yang terjadi sebenarnya. Mereka bisa memanfaatkan kesempatan ini dan berhasil mengeksploitasi wilayah umat Islam serta mengotak-ngotakkan umat Islam menjadi beberapa negara (terutama di Timur Tengah) seperti saat ini

Kedua, tidak adanya plan (perencanaan) yang terstruktur dan menyeluruh untuk menuju sebuah kemajuan. Ini bisa dibuktikan dari sistem pendidikan kebanyakan dari negara mayoritas Islam yang tidak jelas arahnya. Bukannya mempersiapkan generasi muda untuk menambal kekurangan yang dibutuhkan untuk kemajuan, kebanyakan sistem pendidikan kita (umat Islam) malah fokus mempelajari hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan realita yang ada.

Program 2 anak cukup misalnya. Apakah benar negara muslim, Indonesia misalnya, benar-benar butuh mengurangi penduduk atau program tersebut hanya sekedar ikut trend negara lain yang ramai menggaungkan itu? Apakah para pakar kita sudah melakukan penelitian dan survei mendalam serta mendapat kesimpulan bahwa memang populasi di negara kita harus dikurangi? Sejauh ini, saya belum menemukannya. Inilah pentingnya sistem yang jelas sehingga dalam menerapkan sebuah aturan, kita tidak hanya ikut-ikutan, tapi juga mengerti bahwa itu memang dibutuhkan untuk menunjang kemajuan sebuah negara.

Contoh lagi, dalam bidang ekonomi. Selama ini, kebanyakan negara Islam hanya menjadi konsumen produk-produk Barat (dan sialnya, ini menjadi satu-satunya hal yang bisa kita banggakan). Negara Islam hanya menjadi penyuplai bahan mentah seperti biji besi, timah, minyak dan lain-lain. Belum ada perencanaan yang matang dari negara-negara Islam agar bisa keluar dari kungkungan menjadi konsumen produk-produk barat. Seandainya sedari awal sistem pendidikan kita (terutama kampus) mampu menyiapkan generasi muda yang ke depannya dapat mengolah bahan mentah kita menjadi produk jadi, maka hal seperti ini tidak akan terjadi.

Ketiga, kurangnya rasa percaya antar berbagai golongan. Apabila sudah ada sistem dan perencanaan menuju sebuah kemajuan, untuk menjalankannya, maka dibutuhkan sikap saling percaya dan harus ada tujuan yang sama antar satu golongan dan lainnya, yaitu membangun kemajuan bersama. Karena sebuah kemajuan hanya bisa dicapai dengan adanya sikap tolong-menolong dan gotong royong dari berbagai elemen dan golongan.

Baca juga:  Masymumat al-Warrad Fi Tartib al-Awrad: Jejak Peninggalan Khazanah Spiritual Islam di Tanah Buton

Orang-orang kaya misalnya. Mereka harus berani memberi modal kepada para pakar (baik ekonomi, teknologi dan lain-lain) yang mempunyai rencana untuk membuat sebuah produk atau menjalankan program untuk kemajuan agar hasil pemikirannya bisa direalisasikan, tidak hanya tergeletak di atas meja. Kalau hal seperti ini dilakukan, maka akan banyak karya pakar yang bisa terealisasi dan jelas akan mempercepat proses kemajuan.

keempat, menyepelekan pendidikan kebudayaan, moral, peradaban dan sejarah. Banyak orang mengira bahwa kemajuan bisa dicapai hanya dengan sistem, perencanaan dan pendidikan ilmu eksak (sains, teknologi, ekonomi dan lainnya) yang bagus tanpa perlu mempertimbangkan peran pendidikan budaya, moral, sejarah dan peradaban.

Pemahaman tersebut jelas kurang tepat. Untuk berkorban demi kemajuan negara dan agama, seseorang pasti butuh motivasi mengapa ia harus berkorban. Maka dari itu, walaupun seseorang mempunyai kemampuan yang mumpuni untuk melakukan langkah kemajuan, namun ia sama sekali tidak tahu-menahu tentang sejarah dan peradaban bangsa serta agamanya, apakah ia mempunyai motivasi untuk mengerahkan seluruh kemampuannya demi kemajuan bangsa dan agama tersebut? Jelas tidak.

Agar para pakar keilmuan mau berkorban untuk kemajuan sebuah bangsa dan agama, mereka harus mempunyai ikatan mental dan loyalitas yang kuat dengan bangsa dan agama tersebut. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara memberi pendidikan mental, moral dan sejarah yang kuat sejak dini. Kalau kita terapkan dalam agama Islam, Pemuda Islam harus diberi kesadaran bahwa mereka adalah bagian dari umat Muhammad dan kemajuan umat ini bergantung pada peran mereka ke depannya. Dengan begitu, sejak dini, pemuda Islam sudah punya ikatan yang kuat dengan agama ini dan akan mengerahkan seluruh kemampuan mereka untuk kemajuannya.

Sebenarnya, dalam perkara ini, kita bisa berkaca pada revolusi Prancis. Kemajuan Prancis tidak terlepas dari keberhasilan mereka dalam menanamkan sikap loyalitas masyarakatnya kepada negara Prancis. Hal ini bisa dibuktikan dengan salah satu isi revolusi yang menyerukan agar masyarakat Prancis senantiasa menjaga dan jangan sampai meninggalkan kebudayaan serta semua dialek bahasa yang ada di sana. Dari sini kita mengerti, bahwa kemajuan yang dicapai oleh Barat saat ini disebabkan juga oleh keberhasilan mereka dalam menjaga budaya, peradaban dan sejarah, bukan hanya karena kemajuan sistem pendidikan dan keilmuan semata.

Baca juga:  Imam asy-Syafi'i: Tak Usah Berdebat yang Tak Penting

Kelima, perpecahan internal umat Islam. Perpecahan adalah musuh utama dari kemajuan. Perpecahan menyebabkan kita mudah disulut oleh oknum tertentu dan sulit bersatu untuk mewujudkan kemajuan. Perlu dipahami, bahwa perbedaan adalah keniscayaan sedangkan perpecahan adalah musibah. Perbedaan pendapat dapat membuat kita semakin maju sedangkan perpecahan membuat kita semakin terperosok dalam jurang kemunduran.

Oleh karena itu, umat Islam butuh satu prinsip yang bisa menyatukan mereka. Anehnya lagi, sebenarnya prinsip ini sudah dijelaskan oleh Allah (tapi umat Islam sendiri tidak menyadarinya) dalam surat Ali Imran ayat 103 yang artinya:

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali Imran: 103)

Lima kondisi di atas adalah penyebab mengapa kebanyakan negara Islam (kalau tidak mau dikatakan seluruhnya) mengalami kemunduran terutama dalam hal teknologi dan industri. Namun terjadinya lima kondisi tersebut sebenarnya disebabkan oleh satu hal, yaitu umat Islam mulai jauh dari agama serta meninggalkan ajaran-ajarannya. Sebab ini tidak mungkin bisa diingkari oleh siapapun yang beriman kepada Allah. Hal ini sudah dijelaskan dalam salah satu ayat al-Qur’an bahwa Allah akan menyerahkan bumi ini kepada orang-orang yang beriman dan beramal baik (QS. Al-Qisas: 28).

Begitulah penjelasan panjang-lebar yang disampaikan oleh al-Buthi.

Dari penjelasan di atas, bisa kita simpulkan bahwa solusi untuk kemajuan umat Islam adalah menciptakan kondisi untuk melawan lima hal tersebut (detailnya sudah dijelaskan di atas). Dan solusi yang paling penting adalah umat Islam harus semakin mendekatkan diri kepada Allah dan berusaha semaksimal mungkin menjalankan perintah-Nya. Semakin umat Islam dekat dengan Allah, semakin pula Allah akan menolong mereka menuju kemajuan. Hal ini sudah terbukti pada kejayaan umat Islam terdahulu. Terakhir, semoga Allah memberi pertolongan pada kita agar semakin dekat dengan-Nya dan segera membebaskan kita dari jurang kemunduran ini. Amiin.

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top