Konten perdana dari podcast “Blaka Suta/Blak-blakan” yang saya nikmati beberapa hari lalu di kanal Youtube Mojokdotco mengunggah tayangan persamuhan ilmiah yang langsung dipandu oleh Puthut EA dan Buthet Kartaredjasa dengan narasumber sungguh-sungguh ciamik Pak Mahfud MD (korban supranatural Gus Dur).
Siapa yang tak kenal Mahfud MD? Pejabat yang iklim kehidupannya berada dalam pusaran-pusaran kasus berbobot serba mencekam. Setelah berhasil mengawal pengusutan silang selimpat kasus pembunuhan berencana Ferdy Sambo. 8 Maret yang lalu, Ia kembali blusukan mengusut kemelut Dirjen Pajak yang kadarnya lebih dahsyat lagi. Gempa bumi skala 300 triliun. Penggelapan dana tersistem sejak 2009 yang lalu yang sialnya lagi sejak pak Menkeu Agus Martowardojo, Chatib Basri, Bambang Brodjonegoro bahkan Sri Mulyani tidak tahu menahu soal itu. Dan ajaibnya, Mahfud MD baik-baik saja. Tidak ternodai sama sekali.
Orang ini kok enak banget, gak ada slintat-slintutnya (gak ada yag ditutup-tutupi), komentar Buthet. Ditegaskan lagi oleh Puthut EA, kok gede banget nyalinya. Ya. Bagi mereka berdua, Mahfud MD adalah sosok pejabat yang tak kenal rasa takut mengafirmasi kebenaran sekalipun ragam bahaya ancaman bertumpuk dibaliknya.
Pertanyaannya adalah apa amalan jitu yang dibaca Mahfud MD? Ternyata ijazah dari Gus Dur. Apa alasan Gus Dur memberikan ijazah? Tentu hal itu sebagai rasa tanggung jawab konstitusional Gus Dur yang sempat ‘usil’ menobatkan Mahfud MD sebagai menteri pertahanan sekaligus bentuk perhatian khusus Gus Dur terhadap jabatan strategis Mahfud MD (pemayung hukum tata negara) yang lazimnya dimusuhi, dibenci, dipecundangi. Sebab hidup dikubangan kejahatan hanya akan menyita banyak darah dan luka. Berikut redaksi doa sederhana yang istiqomah dirapalkan Mahfud MD sehari-hari:
رَّبِّ أَدۡخِلۡنِي مُدۡخَلَ صِدۡقٖ وَأَخۡرِجۡنِي مُخۡرَجَ صِدۡقٖ وَٱجۡعَل لِّي مِن لَّدُنكَ سُلۡطَٰنٗا نَّصِيرٗا
Mahfud MD mengartikan: “Ya allah, tolong bimbing saya masuk di satu pekerjaan dengan benar, bukan dengan karena menyuap. Dan bimbing juga saya keluar —selesai dari pekerjaan itu dengan benar pula, tidak membebani orang yang ditinggal dan tidak membawa beban, dan beri saya kekuasaan yang menolong bukan yang mencelakakan” (QS. Al-Isra: 80)
Kalau diteliti lebih jauh, ijazah yang diperoleh Mahfud MD ternyata sesuai dengan keterangan Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam Mafatihul Ghaib {Tafsir Al-Kabir} menyadur tafsiran ayat ini dari para ulama’:
وَالْقَوْلُ الثَّالِثُ: وَهُوَ أَكْمَلُ مِمَّا سَبَقَ أَنِ الْمُرَادَ: وَقُلْ رَبِّ أَدْخِلْنِي- فِي الْقِيَامِ بِمُهِمَّاتِ أَدَاءِ دَيْنِكَ وَشَرِيعَتِكَ- وَأَخْرِجْنِي مِنْهَا بَعْدَ الْفَرَاغِ مِنْهَا إِخْرَاجًا لَا يَبْقَى عَلَيَّ مِنْهَا تَبِعَةً رِبْقِيَّةً.
“perspektif ulama’ ketiga mengatakan: bahwa penafsiran (ketiga) ini lebih akurat dari tafsiran sebelumnya. Maksud dari doa itu adalah ya allah bimbing saya masuk mengatasi segala polemik dengan tetap berpedoman pada aturan-aturan agama dan syariat-Mu dan bimbing saya pula keluar —selesai dari polemik itu dengan tanpa beban yang berketerusan”
Imam Thahir ibn Asyur dalam Tafsir Tahrir wa Tanwir. Mengartikan diksi ‘As-Sulthon’ sebagai berikut:
فَالسُّلْطَانُ: اسْمُ مَصْدَرٍ يُطْلَقُ عَلَى السُّلْطَةِ وَعَلَى الْحُجَّةِ وَعَلَى الْمُلْكِ. وَهُوَ فِي هَذَا الْمَقَامِ كَلِمَةٌ جَامِعَةٌ عَلَى طَرِيقَةِ اسْتِعْمَالِ الْمُشْتَرَكِ فِي مَعَانِيهِ أَوْ هُوَ مِنْ عُمُومِ الْمُشْتَرَكِ، تَشْمَلُ أَنْ يَجْعَلَ لَهُ اللَّهُ تَأْيِيدًا وَحُجَّةً وَغَلَبَةً وَمُلْكًا عَظِيمًا، وَقَدْ آتَاهُ اللَّهُ ذَلِكَ كُلَّهُ، فَنَصَرَهُ عَلَى أَعْدَائِهِ، وَسَخَّرَ لَهُ مَنْ لَمْ يُنَوِّهْ بِنُهُوضِ الْحُجَّةِ وَظُهُورِ دَلَائِلِ الصِّدْقِ، وَنَصْرِهِ بِالرُّعْبِ.
“Diksi As-Sulthon dalam ayat diatas termasuk isim masdar (hasil fleksi nomina yang diadopsi dari bentuk verbanya) yang artinya ditujukan terhadap orang-orang yang mempunyai otoritas, wewenang, kekuasaan, dan pengusut kebenaran. Al-Quran menggunakan diksi yang bermakna homonim ini sebagai representasi dari kekuasaan dan kemenangan tuhan yang maha menaklukkan dan merajai segala hal. Allah menurunkan ayat ini untuk menolong hamba-hambanya mengalahkan segenap musuh, membela hamba-hambanya yang sedang membongkar kebenaran”.
Dari sini tampak bahwa doa Gus Dur teruji benar-benar ampuh dan sudah seharusnya diamalkan setiap siapapun yang berkuasa terlebih para pejabat entah eksekutif, legislatif, yudikatif bahkan bagi para relawan yang sedang membongkar kebenaran publik walau segenggam. Dan inilah wirid langka yang jarang diketahui para penguasa. Wallahu ‘A’lam.