Sejarah berasal dari bahasa arab syajaratun (شَجَرَةٌ) yang artinya pohon. Kenapa bisa diibaratkan dengan pohon? karena struktur tumbuhnya pohon layaknya sejarah itu sendiri. Bermula dari bibit, kemudian bertumbuh memiliki akar dan batang, lalu berkembang dengan munculnya ranting. Dari ranting itu tumbuhlah daun atau buah. Yang kemudian pohon itu layu dan akhirnya tumbang.
Pada tulisan ini, penulis ingin membincang sejarah kepemimpinan Nabi Muhammad saw, sampai pada titik kesimpulan mengapa Michael H. Hart, penulis buku 100 tokoh paling berpengaruh di dunia, menempatkan Nabi Saw pada urutan pertama.
Berawal dari Makkah
Setelah Nabi Muhammad saw diangkat menjadi Rasul oleh Allah Swt, masyarakat Arab khususnya kota Makkah dan Madinah berbondong-bondong mendeklarasikan baiat mereka kepada baginda Nabi. Bukan hanya mengakui beliau sebagai juru selamat, tapi juga sebagai seorang pemimpin yang bisa membimbing mereka menuju keselamatan di dunia dan di akhirat.
Sifat kepemimpinan Nabi Muhammad saw sudah ditunjukkan ketika beliau di umur yang sangat belia. Masa kecil beliau dihabiskan dengan menggembala kambing. Perlu diketahui menggembala kambing bukanlah perkara yang mudah, diperlukan kesabaran dan ketekunan agar kambing-kambingnya selalu berada dalam pengawasannya.
Ketika dewasa pun tanda-tanda kepemimpinan beliau semakin terlihat. Pada saat itu ketika Ka’bah sedang direnovasi dan Hajar Aswad untuk sementara dipindahkan dari tempatnya. Setelah renovasi selesai, terjadi perdebatan di antara pemuka suku Quraisy tentang siapa yang lebih pantas mengangkat Hajar Aswad untuk di taruh kembali di ujung Ka’bah. Setiap masing-masing pemuka suku Quraisy merasa paling pantas untuk mengangkat hajar aswad. Kemudian mereka mengambil kesimpulan siapa saja yang masuk ke Masjidil Haram saat itu maka dialah yang berhak memutuskan.
Kemudian Muhammad saat itu datang memasuki Masjidil Haram dan akhirnya beliau lah yang memutuskan. Dengan kebijaksanaannya, beliau kemudian membentangkan sorbannya di tanah dan kemudian menaruh Hajar Aswad di tengahnya lalu meminta setiap pemuka Quraisy untuk memegang sisi-sisi dari surbannya kemudian mengangkatnya. Dengan begitu perselisihan pun dapat terselesaikan.
Berlanjut di Madinah
Pada masa kepemimpinan beliau di Madinah setelah hijrah dari Makkah, beliau juga mencontohkan bagaimana membentuk suatu negara yang bisa ditinggali oleh semua kalangan masyarakat tanpa memandang suku, ras, maupun agama. Melalui piagam madinah Nabi Muhammad saw mempersatukan seluruh masyarakat Madinah, baik kaum Muslimin, kaum Nasrani dan Kaum Yahudi bersepakat bersama dalam satu perjanjian Piagam Madinah.
Piagam Madinah juga menandakan kepemimpinan Nabi Muhammad dalam suatu wilayah yang dahulu dikenal dengan nama Yastrib. Pengangkatan Nabi Muhammad saw sebagai pemimpin Madinah memang bukan atas dasar wahyu, namun masyarakat disanalah yangmembaiatkan sendiri diri mereka. Dalam ilmu politik hal ini disebut sebagai kontrak sosial. Isi dari Piagam Madinah sendiri merupakan sebuah tindakan nyata Nabi Muhammad saw untuk melindungi negara yang baru berdiri dan rakyat yang dipimpinnya dari serangan politik dari bangsa lain terutama dari kaum kafir Quraisy yang dengan jelas memusuhi orang-orang Islam.
Di sekitar Madinah sendiri juga terdapat suku-suku yang beragama Yahudi, Piagam Madinah juga dicetuskan karena adanya mereka. Dalam perjanjian itu, bangsa Yahudi diberi kebebasan untuk menjalankan peribadatan agamanya dan menjamin harta-harta mereka. Dengan syarat bangsa Yahudi juga harus membantu kaum muslimin Madinah dalam berbagai kemungkinan jika terjadi serangan dari luar Madinah. Dengan adanya perjanjian ini pun bisa mencegah adanya kemungkinan pemberontakan yang terjadi oleh bangsa Yahudi yang bisa membahayakan keselamatan kaum Muslimin yang ada di Madinah.
Sifat keteladanan mengenai kepemimpinan Nabi Muhammad saw yang lainnya adalah selalu mengadakan musyawarah dengan para sahabatnya untuk memutuskan suatu perkara yang memang tidak digariskan melalui wahyu. Sepert contohnya ketika membahas mengenai tawanan perang Badar. Nabi Muhammad menerima usulan dari Abu Bakar untuk membebaskan para tawanan dengan syarat tertentu. Misalnya, untuk yang mampu dimintai untuk membayar sejumlah tebusan. Sedangkan yang kurang mampu dimintai untuk mengajari anak-anak menulis dan membaca. Hal ini tentu sangat bermanfaat untuk memajukan perekonomian negara dan pendidikannya.
Nabi Muhammad saw juga adalah sosok pemimpin yang tangguh dan berani. Ketika terjadi peperangan antara kaum muslim dengan kaum kafir, Nabi Muhammad sering ikut terlibat langsung dalam jalannya peperangan itu sendiri. Bukan hanya dalam mengatur strategi peperangan namun juga terjun langsung di dalam medan pertempurannnya. Bahkan Nabi Muhammad saw juga sempat terluka ketika dalam pertempuran Uhud. Di mana Nabi mengalami luka di bagian wajahnya dan hingga menyebabkan salah satu gigi depan beliau patah.
Dari beberapa sifat Nabi Muhammad saw dalam menjadi seorang pemimpin, sudah sepatutnya dimiliki dan dicontoh oleh para pemimpin di zaman sekarang. Karena apa yang dilaksanakan Nabi Muhammad saw semuanya demi kepentingan rakyat dan negara. Dalam buku 100 tokoh paling berpengaruh di dunia yang ditulis oleh Michael H. Hart, seorang ahli sejarah asal Amerika Serikat, menempatkan Nabi Muhammad saw sebagai urutan paling pertama dalam daftarnya. Artinya, kepemimpinan Nabi Muhammad saw bukan hanya diakui oleh kalangan muslim, tapi juga sudah diakui di seluruh penjuru dunia. Oleh karena itu, marilah kita meneladani bersama sifat-sifat kepemimpinan yang dicontohkan Rasulullah saw.