M. Bagus Irawan
Penulis Kolom

Editor buku "Menolak Wahabi (Sahifa, 2015) dan "Kritik Salafai Wahabi" (Sahifa, 2017)

Karomah Sahabat Abu Bakar as-Shiddiq yang Jarang Diketahui

1590893117

Penulis pernah ditanya: Apakah para Sahabat Mulia Rasulullah saw memiliki karomah? Maka untuk menjawabnya penulis membuka lagi beberapa kitab yang sekiranya memuat beberapa karomah atau keistimewaan yang khusus diberikan Allah Swt untuk menunjukkan kemuliaan para Sahabat.

Kita tahu, bahwa generasi Sahabat (dengan S kapitali) adalah generasi emas umat Islam, sehingga kalaupun masing-masing Sahabat memiliki karomah, itu menempatkan karomah bukan sebagai hal spesial pada zaman tersebut. Boleh jadi, karomah pada generasi Sahabat adalah hal yang lumrah karena kedekatan mereka kepada Allah dan Rasulullah. Namun akan menjadi sebuah keunggulan, tanda kemuliaan, dan pelajaran berharga ketika kisah karomah mereka diceritakan di masa sekarang.

Di antara kitab yang memuat kisah karomah para Sahabat adalah Jami’u Karomatil Auliya karya Syekh Yusuf an-Nabhani serta kitab Bughyatul Adzkiya’ fi Bahtsi ‘an Karomatil Auliya’ karya Syekh Muhammad Mahfudz Tremas. Setidaknya kita dapati tiga karomah Abu Bakar yang tercatat dalam ingatan dan atsar para Sahabat, walaupun bila kita amati lagi, karomah Abu Bakar sebenarnya jauh lebih banyak lagi.

Suguhan Makanan Menjadi Berlimpah

Syekh Mahfudz Tremas mencatat bahwa di antara karomah Abu Bakar ada yang tertuang dalam hadits Al-Bukhari yang diriwayatkan dari jalur Abdur Rahman bin Abu Bakar. Tatkala Nabi Muhammad Saw. pernah bersabda:

مَنْ كَانَ عِنْدَهُ طَعَامُ اثْنَيْنِ فَلْيَذْهَبْ بِثَالِثٍ ومَنْ كَانَ عِنْدَهُ طَعَامُ اَرْبَعَةٍ فَلْيَذْهَبْ بِخَامِسٍ …

“Siapa yang punya makanan untuk dua orang, maka hendaklah dia mengajak orang yang ketiga. Dan siapa yang punya makanan untuk empat orang, maka hendaklah dia mengajak orang yang kelima…”

Mendengar hadits tersebut, bergegaslah Abu Bakar mengajak beberapa Ahli Shuffah agar datang ke rumahnya untuk dijamu makanan malam. Tetapi, Abu Bakar meninggalkan mereka untuk memenuhi undangan makan malam bersama Nabi Saw., lalu beliau tinggal di situ hingga shalat Isya bersama Rasulullah Saw. Sesudahnya Abu Bakar baru pulang. Istri Abu Bakar bertanya kepadanya, “Apa yang menahanmu sehingga berlama-lama meninggalkan tamumu itu?” Abu Bakar berkata, “Apakah kamu sudah menjamu mereka makan malam?” Istri Abu Bakar menjawab, “Mereka tidak mau makan sehingga kamu datang.” Kemudian Abu Bakar berkata kepada mereka (para tamunya), “Silahkan kalian semua makan!”

Baca juga:  Hirsh Kiai Sahal

Abdur Rahman putra Abu Bakar yang turut serta makan bersama di satu nampan pun bersaksi: “Demi Allah, tidaklah kami mengambil satu suap kecuali dari bawahnya bertambah lebih banyak sehingga mereka semua kenyang, dan makanan itu menjadi lebih banyak daripada sebelumnya”. Lalu Abu Bakar memperhatikannya dan berkata kepada istrinya, “Hai saudari perempuan bani Firas, apakah ini?” Istrinya berkata, “Sungguh demi penghibur hatiku, sungguh (makanan) itu sekarang lebih banyak daripada sebelumnya lipat tiga kalinya”. Lalu Abu Bakar menyantap makanan itu, sembari berkata, “Ini pasti ulah setan.”

Selepas makan, Abu Bakar membawa makanan itu kepada Rasulullah Saw. dan meletakkannya di hadapan beliau. Beliau berkata “Makanan ini berkah dari Allah.” Pada waktu itu, sedang ada pertemuan kaum Muslimin. Mereka dibagi menjadi 12 kelompok, hanya Allah Yang Maha Tahu berapa jumlah keseluruhan hadirin. Beliau menghidangkan makanan yang dibawa Abu Bakar tersebut, ajaibnya makanan sedikit itu menjadi banyak dan cukup dimakan seluruh Sahabat yang hadir.

Syekh Mahfudz berpendapat, rahasia dalam karomah tersebut, bisa jadi karena Abu Bakar r.a. berkeinginan memperbanyak makanan yang dibutuhkannya sehingga mengenyangkan para tamunya seperti yang diperintahkan Nabi saw kepada mereka. Bisa jadi juga Abu Bakar r.a. tidak berkeinginan seperti itu, tetapi Allah Swt yang memperbanyak makanannya, maka hal ini merupakan karomah yang diperlihatkan Allah tanpa ada keinginan dari Abu Bakar r.a.

Baca juga:  Kesan Kiai Ali Yafie terhadap Profesor Malik Fadjar

Mengetahui Waktu Kematian dan Kelahiran Putrinya

Syekh Mahfudz juga mencatat di antara karomah Abu Bakar sebagaimana terdapat dalam Atsar sahih yang diriwayatkan dari jalur Urwah bin Az-Zubair, dari Aisyah r.a.:

Bahwa Abu Bakar pernah memberikan 20 watsaq (Sekitar 2,611 ton) hasil kurma semasa ia sehat. Ketika telah mendekati ajalnya beliau berkata:

“Hai Putriku, tidak seorang pun berada dalam keadaan cukup yang lebih kusenangi dari pada dirimu, dan tidak akan ada seorang pun berada dalam kesempitan yang tidak kuinginkan daripada engkau. Dulu, ketika kuberikan kepadamu hasil kurma sebanyak 20 watsaq (tetapi engkau tidak menerimanya). Andai engkau mau menerimanya dan menyimpannya untukmu, niscaya itu akan jadi milikmu. Namun sekarang hasil kurma itu akan menjadi harta warisanku (dalam waktu dekat ajal menjemputku). Sementara yang ada hanya kedua saudara laki-lakimu dan kedua saudara perempuanmu. Maka, bagilah ia menurut ketentuan Kitabullah!”

“Wahai Ayah, jika memang demikian adanya, aku akan memberikan bagian untuknya, tetapi saudara perempuanku hanya satu yaitu Asma`, lalu siapa yang lain?” tanya Aisyah.

Abu Bakar menjawab, “Aku melihat dari kandungan ibumu akan lahir seorang perempuan.”

Maka terjadilah apa yang beliau katakan, demikian Aisyah r.a. mengakhiri kisahnya.

Syekh Mahfudz menjelaskan, dalam atsar tersebut terdapat dua karomah Sayyidina Abu Bakar r.a. Pertama, pemberitahuan bahwa ia akan meninggal karena sakitnya itu. Hal demikian beliau katakan dengan redaksi, “Namun sekarang, hasil kurma itu akan menjadi harta waris”. Kedua, pemberitahuannya bahwa jabang bayi yang dikandung istrinya adalah seorang perempuan.

Rahasia dari ditampakkan karomah Abu Bakar r.a. secara terang-terangan bertujuan untuk melapangkan hati Aisyah r.a. Dengan kata lain, Abu Bakar meminta kembali apa yang telah dihadiahkan sebelumnya kepada Aisyah, kendati Aisyah dulu juga tak mau menerimanya. Demikian pula, Abu Bakar pun memberitahukan bahwa harta tersebut telah menjadi harta warisan. Dalam harta waris itu Aisyah berbagi dengan dua saudara laki-lakinya dan dua saudara perempuannya. Hal ini sekali lagi menunjukkan kasih sayang Abu Bakar r.a. kepada keluarganya, semoga Allah meridhainya.

Baca juga:  Nu'aiman yang Bengal (2): Hadiah Madu untuk Rasul

Pintu Makam Terbuka dan Bersuara

Menjelang kewafatanya, Abu Bakar yang terbaring sakit bertanya pada Aisyah, “berapa lembar kain yang kalian gunakan untuk mengkafani Rasulullah?”. Aisyah menjawab, kami menyediakan tiga helai kain putih. Lalu Abu Bakar bertanya lagi, pada hari apa Rasulullah wafat? Lalu Aisyah menjawab, hari Senin. Abu Bakar berkata, “Waktu saya mungkin tersisa hingga nanti malam.” Abu Bakar meminta Aisyah mencuci kain putih selimutnya yang terkena bekas minyak za’faron agar nanti dipakai untuk kain kafannya. Awalnya, Aisyah akan menolaknya karena menganggapnya sudah usang, tapi Abu Bakar berkata: “Orang yang masih hidup lebih berhak atas pakaian baru daripada orang mati.”

Selanjutnya, Syekh an-Nabhani mengisahkan, sebagaimana dikutip dari keterangan Imam Fakhrur Razi. Salah satu karomah Abu Bakar as-Shiddiq adalah tatkala jenazahnya dibawa ke pintu makam Nabi Muhammad Saw., para sahabat yang mengantarkannya mengucapkan salam kepada baginda Rasulullah, “Assalamu’alaika Ya Rasalullah, ini adalah Abu Bakar yang di luar”. Seketika pintu makam langsung terbuka dengan sendirinya dan terdengar suara “Masuklah orang yang dicintai kepada orang yang mencintainya!”.

Sahabat mulia Abu Bakar meninggal pada Selasa 8 Jumadil Akhir 13 Hijriyah dan dimakamkan di samping kekasihnya, Rasulullah saw.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
3
Ingin Tahu
8
Senang
5
Terhibur
3
Terinspirasi
6
Terkejut
3
Lihat Komentar (2)

Komentari

Scroll To Top