Sedang Membaca
Dari Musthafa Shadiq Rafi’i untuk Ibuku

Dari Musthafa Shadiq Rafi’i untuk Ibuku

Musthofa Shadiq

“Tidak apa-apa anak…” kata ibuku lewat sambungan telepon.

Jawaban itulah yang selalu disampaikannya ketika mendengar setiap keluh-kesah anaknya ini yang hingga kini tak kunjung kokoh kuda-kudanya menghadapi kehidupan. Aku kadang-kadang terheran-heran, di mana seorang wanita ini mengatur suasana hatinya yang seakan-akan tumpah ruah pasokan kesabarannya itu.

Dalam berbagai bacaan yang aku baca, emosi perempuan cenderung lebih mendominasi mengalahkan hitungan rasionya. Secara gegabah, kelebihan ini sering kali kita asosiasikan dengan kelemahan. Dengan gambaran, perempuan akan cenderung ditaklukkan oleh emosinya daripada secara sistematis menghitung kemungkinan secara rasional.

Namun, benarkah demikian ?

Anggapan demikian ini tidak sepenuhnya benar. Terbukti, banyak episode dalam kehidupan ini yang membutuhkan lebih daripada hitungan rasio belaka. Dalam hal-hal yang secara rasio seolah tidak mungkin atau sulit terjadi, kepercayaan diri untuk tetap meniti jalan terjal itu mutlak diperlukan. Nah, di saat inilah kejelian mengatur emosi mutlak diperlukan.

Ibu, selalu punya cara untuk mengamuflase keadaan anaknya bahkan dalam kondisi terburuk sekalipun. “wajar, kalo kalah baru pertama kali”, “sudah, dibuat pengalaman” dan seabrek kata-kata lain yang penjadi perias terhadap episode-episode -yang dalam anggapan kita- buruk dalam hidup ini. Kemampuan ini cenderung tidak dimiliki oleh kita, para laki-laki. Sebab kita akan memandang keadaan itu secara hitam putih belaka, kalau tidak menang ya kalah.

Baca juga:  Obituari: Menimba Spirit KH. Tolchah Hasan

Kita tidak punya kemampuan merias, tidak punya kemampuan emosi secanggih ibu dalam menyikapi berbagai terpaan hidup. Padahal, kejelian menyikapi kehidupan -yang tentu tak selalu berjalan mulus ini- adalah hal yang niscaya untuk bisa terus berjalan dengan tegak, berjalan menghadapi hidup.

Berkenaan dengan hal ini, penulis besar Mesir, Musthafa Shadiq ar-Rafi’i , menyampaikan refleksi menarik. Dalam magnum opus-nya, Wahy al-Qalam, Beliau menyatakan bahwa kesenangan atau kesedihan sejatinya lebih menyasar pada perasaan daripada hanya pancaindra.

Ambillah contoh, tangis. Tangis anak kita dengan tangis orang lain akan memberikan efek yang berbeda meski sama-sama kita lihat dan kita dengar dengan pancaindra yang sama. Sebab apa ? sebab, tangis bayi kita dengarkan dengan segenap jiwa kita, sedangkan kita meninggalkannya saat mendengar tangis itu dari orang lain.

Tak berhenti disitu, dalam skala yang lebih luas, kemampuan untuk mengatur anggapan perasaan ini dapat secara mujarab mengubah kemiskinan menjadi kaya luar biasa, kesedihan menjadi kebahagiaan yang tak terperi indahnya. Perasaan dalam hal ini sudah melumat bulat-bulat segala kategori normal pancaindra. Kesakitan tak lagi dihayati sebagai kesakitan, kegagalan ditelan dan dicecap sebagai kesuksesan dan seterusnya dan seterusnya.

Apa yang disampaikan oleh Musthafa Shadiq ar-Rafi’i ini secara sederhana sebenarnya telah juga disampaikan oleh al-Qur’an:

Baca juga:  Sisi Lain Buya Hamka 

فَإِن كَرِهۡتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡـٔٗا وَيَجۡعَلَ ٱللَّهُ فِيهِ خَيۡرٗا كَثِيرٗا 
النساء: 19]

Dan Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.

Mengatur perasaan sedemikian rupa itu bukanlah hal yang mudah. Perlu kejembaran berpikir, kearifan, dan kecerdikan untuk membaca segala hikmah dibalik sebuah peristiwa. Sekali lagi itu tidak mudah. Namun Ibu seolah-seolah selalu punya cara dalam menghadapinya. Ibu, adalah batu karang di laut lepas, juga samudera yang begitu amat luas.

Walhasil, dalam tepi-tepi jurang kegagalan, dalam gamang-gamang langkah keraguan selalu ada uluran tangan utusan Tuhan yang menggenggam kita, meyakinkan agar terus berjalan, tak lain dan tak bukan uluran tangan itu adalah: kasih Ibu.

 

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
4
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top