Kearifan lokal merupakan identitas, sekaligus jati diri bangsa. Penanaman kearifan lokal merupakan upaya rebranding pada budaya agar dikenal masyarakat internasional. Tentu, dalam mewujudkan hal tersebut dibutuhkan pemahaman mendalam berkenaan dengan kearifan lokal.
Kearifan lokal sebagai jati diri bangsa, diharapkan dapat menjadi jawaban atas tantangan revolusi industri 4.0. Pada era ini, kearifan lokal sudah semestinya dekat dengan generasi muda, agar dapat beradaptasi pada kebutuhan industri. Lalu bagaimana menjaga kearifan lokal agar tetap eksis di era revolusi industri 4.0?
Talkshow ketiga yang digelar Indonesian Youth Transformation Summit (IYTS) 2021 membahas eksistensi kearifan lokal di era revolusi industri 4.0. Pembicara pertama Angelus Serafim Firman mengulas kearifan lokal dari segi etimologi. Kearifan lokal terdiri dari dua kata kearifan (wisdom) dan lokal (local). Berdasarkan pemahaman dari KBBI lokal berarti setempat. Sementara kearifan, berarti kebijaksanaan. Kearifan lokal disebut juga sebagai local genius. Local genius berarti, sejumlah ciri kebudayaan yang dimiliki oleh suatu masyarakat sebagai sebuah akibat dari pengalamannya di masa lalu.
“Kearifan lokal lahir dari pemikiran masyarakat terhadap lingkungannya maka dari itu kearifan lokal setiap tempat berbeda-beda. Di tempat asal saya NTT misal, masyarakatnya masih mengkonsumsi sirih-pinang, atau mentato tubuh mereka. Sebagai generasi muda salah satu upaya yang dapat diwujudkan yaitu dengan bercerita lewat karya,” terang Firma dalam penyampaian materi.
Mengeksplorasi nilai historis dan tradisi ke dalam sebuah karya. Sehingga nantinya memiliki efek untuk sekitar, membuat orang mengetahui hal tersebut, khalayak tertarik atau ingin berkunjung (menggiring orang untuk datang ke suatu daerah di Indonesia), dan membentuk efek sistemik.
Bercerita melalui karya ini dengan mengeksplorasi kearifan lokal di daerah lalu dibumbui berbagai kreasi. “Bagaimana membawa kearifan lokal pada arah industri, sehingga berdampak secara ekonomi, itu perlu dirumuskan bersama. Mempertahankan kearifan lokal di era revolusi industri 4.0 dapat dilakukan dengan beberapa langkah. Pertama, selalu berinovasi, dengan beragam perkembangan dan masuknya budaya luar kita harus terus berinovasi. Kedua beradaptasi, ada hal yang terjadi perlu segara adaptasi. Ketiga, kolaborasi untuk sama sama bisa menciptakan sesuatu untuk terus memperluas kearifan lokal di Indonesia,” lanjut pekerja di Quantum Consultants Indonesia tersebut (18/07/2021).
Untuk mulai pelestarian kearifan lokal bisa dari hal hal kecil. Sebagai generasi muda harus punya langkah awal. Pertama dimulai dari riset, peka dengan hal yang ada di sekitar. Ada tidak kearifan di sekitar yang mulai ditinggalkan. Setelah itu coba eksperimen. Kemudian eksekusi, apakah ide itu berhasil atau tidak. Jangan lupa untuk terus mencoba. Di akhir jangan lupa evaluasi. Antara eksekusi dan evaluasi adalah hal yang perlu dilakukan terus menerus.
“Kita mesti peka pada kearifan lokal di sekitar kita. Kearifan lokal itu biasanya terjadi turun temurun, dari generasi ke generasi di tengah masyarakat kita. Juga adalah identitas yang harus terus kita rawat dan lestarikan. Mengoptimalkan kearifan lokal, kreatif tidak hanya soal estetika, tetapi memiliki dampak bukan hanya secara ekonomi tetapi pada lingkungan sekitar . Kita juga harus menjawab tantangan keberagaman itu dengan karya yang berkarakter.” Imbuh Firman sembari menutup penyampaian.
Pemateri kedua, Gede Herry Arum Wijaya menerangkan jika kearifan lokal itu bukan hanya budaya yang semerta langsung ada, tapi memiliki proses. “Setiap kearifan lokal yang lahir di suatu zaman pasti ada proses. Setiap daerah memiliki kearifan lokalnya masing-masing. Setiap ekologis dan kebiasaan berbeda,” terang Herry melanjutkan materi.
Kearifan lokal adalah identitas atau kepribadian budaya sebuah bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap, bahkan mengolah kebudayaan yang berasal dari luar/bangsa lain menjadi watak dan kemampuan sendiri.
Kearifan lokal juga didefinisikan sebagai kemampuan beradaptasi, menata, dan menumbuhkan pengaruh alam serta budaya lain yang menjadi motor penggerak transformasi dan penciptaan keanekaragaman budaya. Suatu bentuk pengetahuan, kepercayaan, pemahaman atau persepsi beserta kebiasaan atau etika adat yang menjadi pedoman perilaku manusia dalam kehidupan ekologis dan sistemik.
“Kearifan lokal pada intinya merupakan identitas yang harus terus kita rawat dan lestarikan. Sebab kearifan lokal itu memiliki beberapa fungsi. Diantaranya untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam. Kearifan lokal juga berfungsi sebagai pengembangan sumber daya manusia, budaya dan ilmu pengetahuan. Kearifan lokal biasanya juga menjelma sebagai kepercayaan atau sastra lisan di daerah. Lebih dari itu kearifan lokal bermakna sebagai sosial, etika, dan moral.”
Contohnya suku Baduy yang memberlakukan aturan temuan untuk madu hutan (lebah Odeng di hutan adat). Aturan panen madu, tidak boleh menebang pohon dan menggunakan bahan kimia. Bagi yang merusak pohon atau pencuri madu akan terkena sanksi. Adanya konservasi hutan untuk menjaga alamnya. Menurut suku Baduy madu hutan merupakan produk hutan bukan kayu, sehingga dengan tetap menjaga kayu hutan dapat terus lestari.
Contoh lain konservasi hutan di desa Tigawasa, terdapat kearifan lokal berupa aturan dalam mengambil kayu hutan. Adanya upacara sakral dalam menjaga hutan. Terdapat aturan pembuatan batas-batas hutan sesuai dengan Awig-awig. Di sana juga berlaku sanksi bagi pelanggar aturan konservasi hutan.
“Keafiran lokal ini penting di lestarikan, terutama menghadapi revolusi industri 4.0 dan dampaknya bagi kehidupan manusia. Sebab dalam kearifan lokal berfungsi sebagai penjaga sumber daya alam lokal. Sumber ilmu pengetahuan masa lalu, sekaligus dapat dikembangkan sesuai zaman sekarang. Sebagai penjaga atau pemilah tatanan sosial, etika, dan moral bangsa dari budaya luar,” tegasnya sata menyampaikan materi.