Sedang Membaca
Mengenal Kitab Pesantren (16): Hidayat al-Zaman min Ahadis Akhiri al-Zaman Karya Tuan Guru Muhammad Sya’rani Arif al-Banjari
M. Rikza Muqtada
Penulis Kolom

Penulis adalah pengajar di IAIN Salatiga

Mengenal Kitab Pesantren (16): Hidayat al-Zaman min Ahadis Akhiri al-Zaman Karya Tuan Guru Muhammad Sya’rani Arif al-Banjari

Whatsapp Image 2020 05 11 At 15.15.28

Jaringan ulama Timur Tengah cukup kuat untuk menjadi primadona dalam kajian keislaman–khususnya hadis-di Nusantara. Setelah Syaikh Yasin al-Fadani, peningkatan kajian hadis beralih ke daerah Martapura Kalimantan Selatan.

Tercatat, banyak ulama-ulama al-Banjari yang memiliki sejumlah karya di bidang hadis, seperti Tuan Guru M. Kasyful Anwar al-Banjari (w. 1940 M.) dengan karyanya al-Tabyin al-Rawi bi Syarh Arba’in al-Nawawi, dan keponakannya Tuan Guru M. Sya’rani Arif al-Banjari (w. 1969 M.) dengan karya berjudul Hidayat al-Zaman min Ahadis Akhiri al-Zaman dan Tanwir al-Thullab fi Musthalah al-Hadis. Tidak cukup itu, hingga saat ini masih banyak penerus-penerus al-Banjari yang memiliki karya hadis, seperti M. Syukeri Unus, Fahmi Zamzam, dan Muhammad Nurdin Marbu.

Tulisan ini akan mengulas karya Tuan Guru M. Sya’rani Arif al-Banjari yang berjudul Hidayat al-Zaman min Ahadis Akhiri al-Zaman. Sya’rani Arif al-Banjari merupakan keturunan klan ulama-ulama di Banjar Kalimantan Selatan. Leluhurnya adalah para pemuka agama. Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari, pengarang kitab Sabilal Muhtadin, merupakan datuknya. Karena memang dari keturunan ulama, Sya’rani Arif al-Banjari tentu telah menguasai ilmu-ilmu agama yang ia peroleh dari ulama-ulama di Martapura. Meskipun penguasaan ilmu agamanya sudah baik sekaligus mengikuti tradisi pesantren, di mana belajar agama belum bisa disebut matang apabila belum mengaji langsung di pusat kelahiran Islam, maka ia melanjutkan rihlah ilmiahnya ke Makkah.

Baca juga:  Inilah 4 Bab Cerita dalam Novel Dunia Sophie yang Selaras dengan Ayat-ayat Al-Qur’an

Di Makkah, Sya’rani Arif al-Banjari bertemu dengan Syaikh Umar Hamdan, seorang ulama besar di Haramain yang memiliki banyak jalur sanad hadis yang berkualitas ‘uluw (tertinggi). Akhirnya Sya’rani Arif al-Banjari mengaji serta berkhidmah (ngabdi ndalem) di tempat Syaikh Umar Hamdan, sehingga ia bisa mendapatkan keberkahan ilmu dari gurunya itu, dan mendapatkan julukan “khalifah” dari gurunya. Kepiawaiannya di bidang ilmu hadis menjadikan Sya’rani Arif al-Banjari dipercaya untuk mengajar hadis di Masjid al-Haram.

Kitab Hidayat al-Zaman min Ahadis Akhiri al-Zaman merupakan satu karya dari dua karya hadis Sya’rani Arif al-Banjari. Kitab ini diterbitkan oleh PP. Darussalam Martapura Kalimantan Selatan. Struktur penulisan kitab hadis ini pun masih mengikuti trend hadis Arba’in (40 hadis) yang mengamalkan riwayat al-Baihaqi dari Abu Hurairah. Empat puluh hadis tersebut bersumber dari kitab al-Bukhari sebanyak 4 hadis, Muslim 6 hadis, al-Tirmidzi 7 hadis, Abu Dawud 1 hadis, al-Nasa’i 1 hadis, Ibn Majah 4 hadis, Imam Ahmad bin Hanbal 4 hadis, al-Baihaqi 2 hadis, Abu Nu‘ain 2 hadis, al-Darimi 1 hadis, ibn Abi Dunya 1 hadis, al-Khatib al-Bagdadi 1 hadis, Ibn Mardawaih 1 hadis, al-Bazzar 1 hadis, al-Dailami 1 hadis, dan riwayat muttafaq ‘alaih 1 hadis.

Kitab yang hanya terdiri dari 29 halaman berisi hadis-hadis prediktif tentang tanda-tanda hari akhir. Pada muqaddimah kitab ini disinggung latar belakang dari penulisannya. Menurut Sya’rani Arif al-Banjari, kondisi saat ini banyak masyarakat Muslim yang lupa dan tertipu akibat gemerlapnya nikmat dunia. Ia mengingatkan bahwa nikmat Allah yang tertinggi adalah iman dan makrifat. Untuk menuju nikmat tersebut hanya bisa dicapai melalui tercerahnya hati dengan cahaya mata hati (keimanan). Sebaliknya, siksa terbesar adalah kemunafikan dan kemaksiatan yang disebabkan oleh butanya mata hati karena gelapnya kebodohan. Untuk menjawab persoalan itulah, Sya’rani Arif al-Banjari menuliskan tadzkirah (pengingat) kepada para saudara seimannya untuk selalu mengingat hari akhir sebagai pintu masuk ke alam keabadian.

Baca juga:  Mengenal Kitab Pesantren (83): Sullam al-Munajah dan Rahasia Bilangan Rakaat Salat

Salah satu hadis yang disinggung dalam kitab hadis Arba’in Sya’rani Arif al-Banjari adalah tentang hilangnya ilmu:

عن عبدالله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إن الله لا يقبض العلم انتزاعًا ينتزعه من العباد، ولكن يقبض العلم بقبض العلماء حتى إذا لم يُبْقِ عالمًا اتَّخذ الناس رؤوسًا جهالاً، فسُئِلوا فأفتوا بغير علم؛ فضلوا وأضلوا؛ )متفق عليه(

Dari Abdullah bin Amr bin al-‘Ash Ra berkata: Rasulullad Saw. bersabda: sesungguhnya Allah Swt. tidak mengambil ilmu dengan sekali pencabutan dari para hamba-Nya, namun Allah akan mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama. Sehingga apabila tidak disisakan seorang ulama, tentu manusia akan merujuk (fatwa) kepada orang-orang bodoh, dan bertanya pada mereka, maka mereka (orang-orang bodoh) itu memberi fatwa tanpa ilmu, maka mereka adalah tersesat dan menyesatkan. (muttafaq alaih).

Hadis di atas merupakan satu-satunya hadis yang diriwayatkan oleh Muttafaq alaih (al-Bukhari dan Muslim), sehingga status kualitas hadisnya adalah yang tertinggi dalam kitabnya. Apalagi penulisan hadis itu pada bagian pertama kali memberi arti bahwa kerusakan di bumi pasti akan terjadi apabila pakar ilmu sudah tidak bisa dijumpai lagi. Hadis tersebut bisa memberi dua arti; pertama, ulama benar-benar meninggal dunia tanpa adanya yang meneruskan keahliannya. Kedua, ulamanya masih hidup tetapi otoritas keulamaannya sudah mati.

Baca juga:  Ihwal Tanya dan Jawab Ulama

Pencabutan ulama dalam arti kedua ini dapat kita temukan dalam konteks masa yang penuh dengan hoax (informasi yang salah). Globalisasi dunia, yang ditandai dengan adanya kehidupan di dunia maya, mengakibatkan siapapun bisa memberikan komentar atau fatwa keagamaan, sekalipun di luar otoritasnya. Tindakan semacam ini apabila dilakukan secara masif berakibat pada matinya kepakaran. Kepakaran di bidang agama tidak lagi dibutuhkan. Siapa yang terkenal, dialah yang berfatwa, dialah yang memegang otoritas agama. Allahu a’lam.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
2
Ingin Tahu
0
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top