Sedang Membaca
Kalimat Singkat, Padat, dan Tepat
M. Husnaini
Penulis Kolom

Pendiri Komunitas Sahabat Pena Nusantara (SPN) dan Kandidat Doktor di International Islamic University Malaysia (IIUM).

Kalimat Singkat, Padat, dan Tepat

Kalimat singkat, padat, dan tepat, sungguh tidak mudah dibuat. Hanya orang-orang cerdas lagi bijak yang biasanya mampu membuat kalimat semacam itu. 

 

Waktu di pesantren dulu, saya pernah belajar mahfuzhat, yang tidak lain adalah kumpulan pepatah dalam bahasa Arab. Kendati pendek, penjelasan satu mahfuzhat bisa lumayan panjang. Banyak teman-teman saya yang gagal menjelaskan maknanya, meskipun mereka telah hafal kalimat Arabnya.

 

Yang demikian bisa dipahami. Sebab, kata orang, kalimat singkat diperpanjang dengan merenungkan maknanya dan kalimat panjang dipersingkat dengan mengambil intisarinya.

 

Dalam kaitan itu, menarik sekali membaca buku Yang Bijak dan Yang Jenaka dari M Quraish Shihab. Disebutkan, Alquran memuat kalimat singkat, padat, dan tepat yang bermakna sekak mati. Sebutlah jawaban Nabi Ibrahim as kepada Raja Namrud bin Kan’an, ketika keduanya berdebat tentang Tuhan.

 

Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang Menghidupkan dan Mematikan.” Namrud menjawab bahwa dirinya juga bisa menghidupkan dan mematikan. Saat itulah Nabi Ibrahim kemudian membungkam kesombongan Namrud dengan kalimat, “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari Timur, maka terbitkanlah ia dari Barat.” Kisah ini terdapat dalam surah Al-Baqarah/2: 258.

 

Kalimat singkat, padat, tepat juga bisa berisi pesan atau wasiat, seperti tersurat dalam surah Al-Baqarah: 132 yang terjemahannya, “Janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan memeluk agama Islam”.

Baca juga:  Dakwah Ceria ala Gus Baha

 

Salah satu keistimewaan Rasulullah SAW adalah mampu membuat kalimat singkat, padat, dan tepat. Misalnya, “Nilai suatu perbuatan itu sesuai dengan niat pelakunya”. Atau, “Kalau engkau tidak malu, berbuatlah semaumu”. Ada pula, “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah”.

 

Jelas, tidak mudah membuat kalimat-kalimat seperti itu. Istilahnya adalah Jawami’ul Kalim, yaitu kalimat-kalimat singkat, lagi indah susunannya, sekaligus benar dari sisi makna.

 

Rasulullah juga sering sekali membuat jawaban pendek, namun berbobot. “Wahai, Rasulullah, wasiatilah aku.” Beliau menjawab, “Jangan marah.” Ketika seseorang bilang ingin memiliki iman yang sempurna, Rasulullah merespons, “Perbaikilah akhlakmu, akan sempurna imanmu”.

 

Di waktu yang lain, ada yang minta diajari tentang Islam, sehingga dengan demikian, tidak perlu lagi dia bertanya kepada orang lain. Rasulullah pun menjawab, “Ucapkanlah ‘Aku percaya kepada Allah’, lalu istikamahlah”.

 

Ali bin Abi Thalib juga termasuk sahabat yang pintar membuat kalimat singkat, padat, dan tepat. Di antara kalimat-kalimat indah dari menantu Rasulullah yang juga khalifah Islam keempat itu adalah “Tiada kemiskinan lebih buruk daripada kebodohan”. Kemudian, “Tidak semua yang bersalah wajar dikecam”.

 

Di saat lain, pria berjuluk “pintu ilmu” yang juga merupakan sepupu Rasulullah tersebut mengatakan, “Orang membenci apa yang dia tidak ketahui.” Ada lagi, “Keburukan yang diikuti penyesalan itu lebih baik ketimbang kebaikan yang disusuli kebanggaan.”

Baca juga:  Peradaban Kuliner Islam; dari Santri sampai Jamuan Khalifah

 

Patut pula dikutip di sini adalah Luqman Hakim. Dia bukan rasul, juga bukan nabi, namun semua ulama sepakat Luqman Hakim adalah lelaki dengan tutur kata yang sangat bijak hingga nama dan kisahnya diabadikan Allah sebagai nama surah dalam Alquran.

 

Suatu ketika, Luqman Hakim ditanya putranya, “Apakah yang terbaik dimiliki manusia?” Luqman Hakim menjawab, “Agama”.  Putranya bertanya lagi, “Kalau dua hal?” Luqman Hakim menjawab, “Agama dan ilmu”. Putranya melanjutkan, “Kalau tiga?” Kata Luqman Hakim, “Agama, ilmu, dan harta”. Tanya putranya lagi, “Kalau empat?” Jawab Luqman Hakim, “Agama, ilmu, harta, dan rasa malu”.

 

Tidak berhenti di situ, putranya terus bertanya, “Kalau lima?” Luqman Hakim bilang, “Agama, ilmu, harta, rasa malu, dan kedermawanan”. Putranya terus memburu, “Kalau enam?” Akhirnya Luqman Hakim menegaskan, “Kalau yang lima itu telah dimiliki, dialah orang bertakwa. Allah akan menolongnya dalam menghadapi semua rayuan setan”.

 

Marilah kita belajar menggunakan kalimat singkat, padat, dan tepat. Kalimat yang bertele-tele, apalagi minim bobot, bukan saja membuat orang lain bosan lalu mengantuk, melainkan juga rentan menyebabkan pengucapnya terpeleset lidah.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
1
Senang
1
Terhibur
1
Terinspirasi
3
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top