Kabar tersebar cepat. Indonesia untuk pertama kali turut serta dalam hajatan akbar pesta buku internasional di Kota Casablanca Maroko, pada 8–18 Februari 2018. Sambutan hangat dan ucapan selamat dari penyelenggara serta pengunjung pun mengalir untuk Indonesia, melalui PCI Nahdlatul Ulama Maroko. Media massa juga antusias mengabarkannya.
SIEL (Salon International de l’Edition et du Livre), demikian nama pameran buku besar yang digelar saban tahun ini, bergantian dari satu negara ke negara lain. SIEL yang ke-24 kali ini berlangsung di Casablanca, persisnya di samping Masjid Hassan Tsani, ikon kebanggan warga Casablanca dan menjadi tujuan favorit turis asing untuk sekadar memenuhi rasa penasaran mereka mengenai satu masjid terbesar di dunia ini.
Dalam sambutannya, Menteri Kebudayaan dan Perhubungan Kerajaan Maroko, Mohammed El A’raj mengatakan, pameran buku internasional ini diikuti oleh sekitar 45 negara. Para peserta itu di antara dari Maroko, Yordania, Arab Saudi, Inggris, Amerika, Brazil, Turki, Polandia, Spanyol, dan Indonesia. Tamu kehormatan pada SIEL ke-24 adalah Mesir, menyusul Palestina yang menjadi guest of honour pada tahun lalu.
Acara akbar ini di bawah perlindungan Yang Mulia Raja Mohammed VI, sedangkan panitia penyelenggara acara diembah oleh Kementerian Kebudayaan dan Perhubungan Maroko bekerjasama dengan berbagai lembaga formal maupun non formal. Acara berlangsung selama 10 hari, pada 8–18 Februari 2018.
Banyak juga berbagai kegiatan kebudayaan dan ilmiah yang akan digelar. Tercatat sebanyak 14 acara di setiap harinya. Ada sekitar 350 tamu undangan, mulai dari penulis, peneliti, penyair, dan cendekiawan dunia. Acara berkisar mulai dari bedah buku, jumpa penulis, diskusi panel, hingga ceremonial pembagian hadiah bagi pemenang lomba sastra tingkat nasional dan internasional.
Penerbit ternama
Pesta buku seperti ini, seperti juga Frankfurt Bookfair yang bersejarah itu, tentu menjadi ajang jor-joran bagi para penerbit buku, dalam arti positif. Para penerbit tidak hanya memajang atau menjual buku saja namun juga menjajaki kemungkinan kerjasama dengan para penulis.
Sejumlah penerbit dari negara-negara Arab di luar Maroko yang meramaikan pameran ini di antaranya penerbit DKI (Dar Al-Kutub Al-Islamiyyah), Dar Al-Minhaj, Dar Ad-Dhiya’, Dar Al-Basyair, Dar An-Nur Al-Mubin, Maktabah Al-Azhariyyah, Mu’minoun Bila Hudoud. Adapun penerbit lokal di antaranya penerbit Dar Ar-Rosyad Al-Hadisiyyah, Wizarot Al-Auqof, dan Dar Al-Hadist Al-Kattaniyah.
Indonesia patut berbangga, karena untuk pertama kalinya ikut meramaikan pameran buku internasional ini. Tentunya tak luput dari niat yang tulus dan usaha yang keras dari teman-teman PCI NU Maroko yang dikomandoi oleh Ketua Tanfidyah Aniq Nawawi, Lc. Jajaran pengurus dan warga nahdliyyin Maroko juga ikut bertungkus lumus membantu, baik tenaga dan pikiran. Mereka semua dengan bersemangat merealisasikan dan menyukseskan gagasan koordinator LDNU Maroko, Taqiyuddin MA, untuk berpartisipasi di SIEL ke-24.
Kitab-kitab ulama nusantara
Bagi Indonesia, tujuan keikutsertaan dalam perhelatan ini adalah untuk memperkenalkan serta mendengungkan Islam rahmatan lil alamin di nusantara melalui karya-karya ulama dan cendekiawan Indonesia. Dunia perlu tahu bahwa para ulama Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata dalam pemahaman keilmuan dan keluasan pengetahuan agama.
Jika diruntut peran ulama Indonesia di kancah internasional, kita akan menemukan beberapa nama agung yang sudah dikenal oleh para ulama negara lain, sebut saja Syeikh Yasin Al Fadani, sang musnidul ashr. Banyak sekali ulama timur tengah yang mengambil sanad hadis darinya. Dari ujung Timur ke ujung Barat.
Kitab-kitab yang terpajang di rak-rak paviliun C30, bilik Indonesia di pameran itu, cukup beragam, seperti fikih, tafsir, kemanusiaan, hingga pernikahan. Kitab-kitab karangan ulama nusantara terdahulu hingga masa kini berjajar rapi. Kitab-kitab itu seperti karangan Syeikh Kyai Nawawi Al Bantani, di antaranya Maraqi Al Ubudiyah, Syarah Uqud Al-Lujjain, Nihayah Az-Zein, dan Murah Al-Labid.
Karangan Hadrotus Syeikh Kyai Haji Hasyim Asy’ari pun ikut menyemarakkan pameran dan siap dinikmati bagi para pecinta ilmu lintas dunia. Mulai dari Nur Al-Mubin Fi Mahabbati Sayyidi Al-Mursalin, Dhou’ Al-Misbah Fi Bayani Ahkam An-Nikah, hingga ensiklopedi yang termaktub dalam Irsyad As-Sari Fi Jam’i Mushonnafat Syeikh Hasyim Asy’ari yang dikumpulkan oleh Kyai Ishom Hadziq.
Jika ingin mencari kitab yang berisi tentang amaliah ahlussunnah wal jamaah yang telah mendarah daging di nusantara, tak usah kuatir. Kitab terpenting adalah Risalah Ahlussunnah Wal Jamaah karangan Hadrotus Syeikh. Ada juga kitab Al-Kawakib Al-Lama’ah fi Tahqiq Al-Musamma bi Ahlissunah Wal Jamaah karangan Mbah Abi Fadl Senori. Kitab Hujjatu Ahlissunnah Wal Jamaah anggitan Kyai Ali Ma’sum.
Adapun kitab-kitab yang berisi bantahan dan pendedahan akidah Wahabi, di antaranya kitab karangan Kyai Muhammad Faqih Maskumambang yang berjudul An-Nushus Al-Islamiya Fi Ar-Radd Ala Al-Madhab Al-Wahabiyyah. Ada juga kitab mengenai teologi Khawarij dan Mu’tazilah karangan Mbah Kyai Najihh Maimoen yang bertajuk At-Tahdzir Al-Mubin Min Dholalat Al-Khowarij wa Al-Mu’tazilah wa Al-Rofidhoh wa Adhnabihim Al-Muashirin.
Bagi para pecinta ngopi dan ngudud (merokok), tak perlu risau dengan urusan dalil dan hukumnya, karena dua risalah ini memberi jawaban melegakan. Pertama, kitab Irsyadul Ikhwan li Bayani Syurb Al-Qohwati Wa Ad-Dukhon karya Syeikh Ihsan Jampes. Kedua, risalah Nuzhatul Afham Fima Ya’tari Ad-Dukhon min Al-Ahkam. Dua risalah yang akan menggugah semangat ngopi dan ngudud Anda sekalian, dengan tetap berupaya meraih ridho Tuhan. He-he-he
Bagi para pecinta sejarah, autobiografi, dan tarajim para ulama ada beberapa kitab yang dapat menemani ngopimu. Mulai dari kitab Ahla Al-Musamirah fi Hikayat Al-Auliya’ Al-Ashroh, yang menerangkan sejarah singkat perjalanan wali songo dalam menyebarkan Islam penuh rahmat di nusantara. Dua karangan Syaikhona Mbah Kyai Maimoen Zubair, Tarajim Masyayikh Al-Ma’ahid Ad-Diniyah bi Sarang Al-Qudama’ dan Al-Ulama Al-Mujaddidun. Ada juga kitab biografi dari Syeikh Yusuf Al-Makassari karya Abu Hamid.
Jika ingin membaca karangan cendekiawan Indonesia yang berbahasa Inggris, bererapa buku dapat dijadikan rujukan, khususnya dalam memperkaya referensi akademik. Ada buku The Intellectual Origins of Islamic Nusantara karya Ahmad Baso dan The Dinamics of Islam karya Choirul Fuad Yusuf Et. Al.
Selain itu, ada beberapa buku terjemahan Alquran ke dalam bahasa daerah, mulai dari Bahasa Sasak, Kaili, Angkola, Banyumasan dan Mongondow. Seluruh terjemahan ini diterbitkan oleh Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan, Kementrian Agama RI.
Acara di bilik Indonesia dibuka oleh Bagus Hendraning Kobarsyih, mewakili KBRI Rabat, bersama Rektor Universitas Qarawiyyin Hassan Tsani, Casablanca, Dr. Mustofa Najim. Pameran kitab ulama nusantara ini menjadi sarana untuk lebih menyebarluaskan keindonesiaan di mancanegara sekaligus menyebarkan syiar Islam Nusantara yang ramah dan teduh. Warisan ulama nusantara diharapkan dapat membuka kembali jalan intelektual keislaman yang macet belakangan ini.