Sedang Membaca
Kitab Tafsir tanpa Huruf Bertitik
M Afifudin Dimyathi
Penulis Kolom

Alumnus Al-Azhar University Cairo Mesir jurusan Tafsir dan Ilmu al-Qur’an, lulusan terbajk se-Asia di pascasarjana Khartoum International Institute for Arabic Language di kota Khartoum Sudan tahun 2004 dengan predikat Cum Laude. Pada tahun 2007 lulus di Neelain University jurusan Tarbiyah Konsentrasi Kurikulum dan Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Kini sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Peterongan Jombang. pada tahun yang sama beliau meneruskan pendidikan S3 di al Neelain University jurusan Tarbiyah Konsentrasi Kurikulum dan Metodologi Pengajaran Bahasa Arab dan selesai tahun 2007.

Kitab Tafsir tanpa Huruf Bertitik

  • Berikut ini di antara para mufasir yang menerapkan metode unik dalam menafsirkan Alquran, yaitu dengan menghindari penggunaan huruf bertitik.

Para mufasir mempunyai cara masing-masing untuk mengekspresikan pemikiran dan kemampuannya dalam berinteraksi dengan Alquran.

Tentu saja di antara mereka ada yang “hanya” mengikuti metode-metode sebelumnya. Tapi, tidak sedikit pula yang berinovasi mengembangkan metode unik. Sehingga menjadikan tafsirnya menarik perhatian para pengkaji tafsir.

Berikut ini di antara para mufasir yang menerapkan metode unik dalam menafsirkan Alquran, yaitu dengan menghindari penggunaan huruf bertitik. Jadi, kita takkan menemukan huruf berikut dalam tafsinya: ب، ت، ث، ج، خ، ز، ظ، ض، ف، ق، ن، dan ي

Mufasir yang dimaksud ialah:

1. Faydhullah bin Mubarak al-Akbar Abaadi

Dikenal dengan nama Imam Faydhy (954 – 1004 H). Beliau lahir dan besar di India. Kakeknya bernama Syekh Khidhir berasal dari Yaman dan hijrah ke India. Kitab tafsirnya berjudul:

سواطع الإلهام لحَلّ كلام الله الملك العلاّم

Tafsir ini mempunyai sistematika penyajian yang unik, yaitu dari awal sampai akhir Al-Faydhy menghindari penggunaan huruf bertitik. Padahal kitab ini dicetak dalam enam jilid. Tentu saja, tampak sekali takalluf-nya (Jawa: ketok meksone).

Beliau mengawali tafsirnya dengan kalimat berikut demi untuk menghindari hamdalah yang ada titiknya:

أحامد المحامد ومحامد الأحامد لله مصعد لوامع العلم وملهم سواطع الإلهام، مرصص أساس الكلم، ومؤسس محكم الكلام… إلخ

Baca juga:  Tamrinul Lisan: Ilmu Tajwid Melayu Karya Syaikh Hasan Yahya Jambi (1926)

Di akhir tafsir ini, beliau menambahkan semacam mu’jam untuk menjelaskan kata-kata yang menurutnya asing yang ada dalam tafsirnya.Ya, tentu saja, siapa pun yang menghindari huruf bertitik pasti akan terpaksa menggunakan lafaz yang tidak familier.

Dalam tafsir ini, beliau membahas permasalahan kebahasaan, menjelaskan qiraat-qiraat, dan menampilkan perbedaan para ulama lalu memilih yang kuat, disamping beliau juga menjelaskan tema tema yang terkandung dalam ayat.

2. Mahmud bin Muhammad al Hamzawi al-Hanafi (1236-1305 H)

Beliau merupakan mufti Syam pada masanya dan termasuk penulis buku yang produktif di berbagai bidang. Kitab tafsirnya berjudul:

دُرّ الأسرار في تفسير القرآن بالحروف المهملة

Tafsir ini terdiri dari dua jilid. Dari awal sampai akhir hanya menggunakan huruf-huruf muhmalah (huruf tanpa titik). Membaca tafsir ini, kita akan merasakan kehebatan bahasa Arab dan keunikannya di tangan sang mufasir. Untuk menghindari basmalah yang ada titiknya, beliau menulis:
اسم الله العلام أول الكلام.

kata النبي diungkapkannya dengan kata الرسول محمد untuk menghindari titik di kata النبي. Kata صلى الله عليه وسلم digantinya dengan  صلى الله على روحه وسلم demi menghindari kata عليه yang bertitik. Kata عليه السلام: diungkapkannya dengan ردّد الله له أكمل السلام tanpa titik sama sekali.

Baca juga:  Perbedaan Peran Ushul Fiqh dan Qawaid al-Fiqh

Kedua tafsir ini Insyaallah sudah tercantum dalam buku saya berikutnya tentang “Kitab-Kitab Tafsir”. (atk)

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top