“Lel, teman-teman mau kirim sesuatu,” kata sahabatku via WA. “Owalah Mas, mending bantuin aku masang rak jemuran aja!” Bolak balik masang sendiri gak kenceng, rangka copot-copot terus. Iyalah, tangan lemes dan diinfus pula. “Haha. Jemur baju pakai rafia aja!”
Sebelumnya aku telanjur minta petugas kebersihan untuk tak perlu masuk kamarku karena aku akan ngepel ruangan sendiri. Mereka cukup ambil sampah di dekat pintu yang jaraknya jauh dari ranjangku. Saat mereka datang ambil sampah cepat-cepat, suaraku minta tolong tak terdengar. Sementara, aku tak bisa lekas-lekas mengejar.
Saat perawat dan petugas gizi datang pada kesempatan berbeda, aku bertanya kalau minta bantuan pasang rak jemuran ke siapa. Mereka jawab ke petugas kebersihan. Sebenarnya aku tahu jawabannya. Hanya saja siapa tahu ada yang menawarkan diri membantu. Haha..
Akhirnya hari berikutnya petugas kebersihan muncul lagi dan membantu memasang. Terima kasih aku sampaikan. Mereka telah mengerjakan yang bukan kewajibannya.
Rak jemuran bukan barang urgen untuk dibawa ke RS. Menurut pasien di Wisma Atlet, di sana rak jemuran disedikan. Di sini tidak. Jadi apa saja yang perlu dibawa?
Alat mandi seperti sabun cair, sikat gigi, odol, dan sampo. Jaket, kain/sarung buat tambahan selimut, baju untuk seminggu, tisu basah, tisu gulung, antiseptik, sandal jepit, handuk, minyak kayu putih, gelas dan tutupnya, sendok, piring, korek kuping, dua hanger, dan masker medis yang banyak karena tiap hari ganti.
Selain itu, sabun cuci jika diperlukan. Aku tak bawa. Tanganku diinfus selama sepuluh hari, nyuci pakaian dalam pakai tangan satu. Cukup kerepotan kalau harus buka banyak item. Oleh karena itu, sabun cair di masa darurat gini berguna untuk semua; mandi, sampoan, cuci piring/gelas, dan cuci pakaian. Pada dasarnya virus itu mudah mati dilibas sabun.
Madu. Tiap sekian jam sekali aku minum air hangat dan madu. Ini cukup membantu tubuhku yang punya gejala kedinginan dan mudah lelah. Oh ya, di RS disediakan dispenser. Bagi yang punya diabetes harap konsultasi dengan dokter dulu soal madu.
Air minum sebotol, camilan, obat sakit kepala, dan vitamin C, buat jaga-jaga saat menunggu proses administrasi itu lama. Aku nunggu sekitar 3 jam baru bisa masuk kamar. Di wisma atlet katanya malah bisa nunggu 5 jam karena antri panjang. Sebelum aku dapat kamar, ada proses Rontgen, cek darah, cek jantung, dll, biasanya di ruang tunggu RS atau ruang IGD jalur Covid-19.
Untuk OTG, tak perlu bawa obat-obatan.
Aku bawa karena ada gejala kepala pusing kliyengan, saat menunggu proses ini itu gak kuat menahan sakit kepala. Kalau sudah dapat kamar, baru diberikan Vitamin dan obat-obatan lainnya oleh RS sesuai gejala yang dirasakan.
Gunting. Buat jaga-jaga membuka sesuatu. Dan, pengalamanku gunting selalu berguna. Peralatan ibadah juga bawa sendiri. Saat sudah di RS, aku minta tolong kakak belanja pemanas air, ember, dan gayung karena kamar mandinya tak ada air panas, sedangkan badanku selalu kedinginan. Namun, kemudian pindah ke kamar VIP yang toiletnya tersedia air hangat, jadi barang-barang tersebut tak terpakai. Oh ya, tak perlu bawa alat pel dan rak jemuran sepertiku.
Foto: saat masih isolasi di kamar pertama di lantai tiga, sebelum pindah ke kamar VIP lantai lima.