Sedang Membaca
Kanal-Kanal Gus Baha Ditinjau dari Pita Kaset Zainuddin MZ

Alumni Pesantren Hidayatul Mubtadiin Ngunut Tulungagung, Jawa Timur. Tinggal di Magelang, Jawa Tengah.

Kanal-Kanal Gus Baha Ditinjau dari Pita Kaset Zainuddin MZ

Pengajian KH Bahauddin Nursalim (Gus Baha) sudah banyak tersebar di sosial media Whatsapp, Facebook, Twitter, Youtube, Google, dan (konon) radio komersial. Tersedia dalam bentuk audio maupun audio visual. Rekaman Gus Baha mudah diakses sejak tahun 2010 di jagad sosmed yang dikreasi para santrinya maupun kreator-kreator pemburu subscriber.

Akun-akun pengunggah video Gus Baha subscriber-nya sudah mencapai ratusan ribu dan terus bergerak. Sementara rekaman KH Zainuddin MZ (KHMZ) masih istiqamah diputar beberapa radio saat pagi dan sore hari sejak 30 tahun silam –rekamannya di Facebook atau Youtube tidak dibahas sekarang. Pendengar setia Gus Baha dan KHMZ tersebar di seluruh pelosok desa.

Saking banyak kanal di sosmed menyajikan pengajian Gus Baha, penulis sulit mendeteksi kanal mana yang paling otoritatip atau channel mana yang hasil monetisasinya ikut mengalir ke kantong Gus Baha (maaf, Gus. Panjenengan pasti tidak peduli dengan saluran-saluran Youtube yang menjadi bisnis itu.). Sebagaimana banyak radio-radio yang memutar kaset pengajian KMHZ di mana kita tidak tahu radio mana yang resmi mengantongi ijin memutarnya. Baik ijin dari label (produser) maupun dari keluarga.

Ini penting diutarakan sebab pengajian atau ceramah keislaman mengandung hak cipta yang dilindungi undang-undang di mana penceramahnya berhak memperoleh royalty atas hasil karya yang disebar dan dinikmati orang lain.

Artikel ini diketengahkan melanjutan artikel sebelumnya bertajuk Tafsir Gus Baha dan Gitar Gus Alip Ponorogo, di mana dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa dalam menyerap kajian-kajian Gus Baha mengharuskan santri (konsumen pengajian) menguasai dasar-dasar keilmuan Islam yang umum diajarkan di pondok pesantren.

Makanya, jutaan follower Gus Baha dipastikan lebih dari delapan puluh persen adalah kaum santri yang pernah mengenyam ilmu turutan, fa’ala yaf’ulu fa’lan, alaa, aqidatul awam, dan bisa baca alquran.  Bisa dipastikan tanpa basis keilmuan itu, mengikuti pengajian Gus Baha paling banter dua menit setelah itu skip pindah ke channel lain.

Sederhana saja cara mendeteksinya, bahwa 30 persen kalimat yang diucapkan Gus Baha adalah kutipan ayat Al-Quran atau hadits atau kalimat kutipan dari kitab berbahasa Arab. Bagi yang tidak tahu kalimat kalimat tersbut pasti cepat-cepat geser ke sebelah. Kira-kira begitu analisis sederhananya. Ini penting saya utarakan untuk menjelaskan duduk persoalan siapa penggemar setia pengajian Gus Baha agar jagad media keislaman bisa terjaga dan dipersiapakan konten-konten kreatif, bagus, mendidik, dan menghibur umat.

Baca juga:  Ngaji Gus Baha: Keliru, Jika Ada Orang Sedikit-Sedikit Meniru Rasulullah

Kita memahami bahwa di balik itu menjamurnya konten-konten keislaman, ada nafas keindahan kecenderungan mereka yang baru paham Islam ikut menyimak Gus Baha. Hanya berbekal perangkat smartphone dan keinginan memahami Islam seutuhnya menuju Muslim yang kaffah. Daripada umat Muslim yang baru memahami “setengah Islam” harus menonton video-video ceramah keislaman radikal berbasis keislaman dangkal. Bagaimana memahami ceramah tersebut mendalam atau dangkal? Akan dibahas pada artikel lain selanjutnya.

Pengajian keislaman kontemporer semacam ini pada jaman KMMZ (tahun 1990 sampai 2000-an) hanya bisa diakses melalui kaset (beli/pinjam), radio (harus pas jam putarnya), dan datang langsung saat KHMZ live/manggung. Yang paling fenomenal (ditinjau pada jaman sekarang) adalah saat mengakses kiai terkenal supaya bisa bertemu langsung di lapangan bersamaan ribuan orang: naik colt pikep bukaan ramai-ramai, persiapan seminggu sebelumnya, dan bayar ongkos patungan. Ini penting saya utarakan.

Keistimewaan Gus Baha mengaji tafsir Alquran pada kutipan ayat-ayat tanpa membaca. Artinya beliau hafal dan paham maknanya. Hanya kiai ‘alim yang berani berceramah di depan ribuan orang tanpa teks dan menafsirkan ayat seketika itu juga berdasarkan pemahaman yang dimilikinya. Artinya perspektif keilmuan dan basis informasi pengetahuan terhadap sebuah materi bahasan sudah dikuasainya.

Tema-tema pengajian Gus Baha pada umumnya adalah menyampaikan pesan ketuhanan, kemanusiaan, dan ketaqwaan. Di sela-sela itu sering mengulas tema keikhlasan dan keistiqamahan secara detail dan luas basis dalil-dalilnya bertujuan menyematkan pentingnya bersikap dengan patokan yang jelas dan mendalam basis ideologi dan epistemologinya.

Kabar bahwa pengajian Gus Baha disukai ibu-ibu perkotaan di pagi hari yang distel dari HP di dapur sambil memasak menyiapkan sarapan pagi anak-anaknya sebelum berangkat ke sekolah adalah fenomena umum di kalangan santri. Pengajian KHMZ tahun 1990-an marak diputar di radio-radio di Pulau Jawa pada pagi jam 05.00 sampai 07.00 dan pukul 17.00 sampai maghrib. Bahkan masih banyak juga radio yang memutar ceramah KHMZ meski tidak ada lagi rekaman baru pengajiannya.

Sebuah radio di Magelang mempunyai koleksi kaset zainuddin mz sebanyak 63 keping rata-rata durasi 1 jam. Ada dua kaset bertema sama namun hasil rekaman dari lokasi yang berbeda. Sebagian besar adalah rekaman studio paten –kaset diterbitkan label—seperti banyak dimiliki warga pecinta ceramah KHMZ.

Baca juga:  Harapan pada Petir 

Artinya, dengan koleksi tema ceramah yang terbatas tersebut, toh, tetap eksis diputar setiap hari secara berurutan sampai habis dan kembali lagi ke tema semula. Mengapa tetap eksis? Tampaknya pendengar juga tidak begitu memperhatikan tema per tema dan mudah lupa pada tema yang sudah didengarkan 40 hari silam. Alhasil, pemancar radio tetap kembali memutar kaset KHMZ meskipun temanya pernah diputar dan pasti tidak akan ada tema baru. (tema kaset KHMZ tetap eksis sepanjang masa akan dibahas artikel selanjutnya).

Faktanya, lebih dari 20 tahun pendengar radio tidak bosan mendengarkan kaset pengajian KHMZ. Kecuali radio Fast FM (Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam, Tegalrejo, Magelang) dan beberapa radio komintas pesantren lainnya yang bisa memproduksi rekaman pengajian keislaman sendiri dan mempunyai daftar panjang para kiai penceramah yang setiap saat bisa on air maupun off air.

Gus Baha lebih cepat terkenal di jagad media sosial penjelajah internet hasil kreasi rumahan para santri-santrinya atau para kreator yang khusus memburu konten-konten menarik yang diburu oleh nitizen/warganet. Sederhanya, hanya dengan satu perangkat smartphone yang bisa merekam dan mengedit video, tidak sampai satu jam hasilnya sudah bisa dinikmati para santri-santrinya di manapun tempat di muka bumi melalui kanal-kanal di sosmed.

Sementara jaman tenarnya KHMZ untuk memproduksi 1 kaset pengajiannya hingga bisa dinikmati para penggemarnya di pelosok desa, setidaknya, membutuhkan waktu sebulan. Meliputi produksi, penggandaan, kontrak bisnis, dan distribusi. Belum lagi pendengar harus menyediakan tape perangkat pemutar kasernya.

Informasi pengusaha kaset pirko (pinggir toko) di Jember, Jawa Timur, menyatakan, nyaris tidak ada atau hanya sedikit pembajak yang mau memanfaatkan konten pengajian untuk digandakan di pita kaset. Mahalnya ongkos produksi, minim tema dan kecilnya ceruk penggemar pengajian waktu menjadi salah satu alasan mengapa tidak diminati pembajak jaman pita kaset.

Waktu itu, para pembajak lebih suka menggadakan konten musik Rhoma Irama, Elvi Sukaesih, Rita Sugiarto, dan Nasida Ria, yang pangsa pasarnya lebih luas. Atau membajak dengan sedikit kreatif dengan cara mengkompilasi beberapa penyanyi terkenal dalam satu kaset. Baru belakangan jaman produksi rekaman mudah dalam bentuk CD /DVD “pembajakan” konten pengajian ikut membanjiri lapak-lapak penjual kaset pirko.

Baca juga:  Menemukan Indonesia: Urgensi Kajian Budaya dalam Dunia Politik

Di zaman teknologi media mudah diakses oleh siapapun, memproduksi pengajian semacam KH Anwar Zahid, Gus Baha, Gus Yusuf, Gus Muwafiq, dan mereproduksi ceramah KHMZ lebih murah dan mudah sehingga orang-orang sudah tidak lagi sempat memikirkan soal royalty atau perjanjain-perjanjian kerja yang membelenggu kreativitas. Selain dalam konteks pengajian semacam itu ada nilai-nilai perjuangan dakwah dan sedekah ilmu kepada sesama.

Isu penting dalam konteks pengajian Gus Baha dan KHMZ dalam situasi mutakhir di mana teknologi persebaran wacana demikian mudah menelusup ke kuping pendengar adalah pentingnya mempersiapkan kreator-kreator yang jeli mengikuti zaman atau trend. Bersama dengan itu tentu yang tidak kalah penting adalah materi-materi bahasan yang disampaikan penceramah harus memenuhi syarat kualitas versi nitizen.

Lima tahun silam Gus Baha sudah menyelenggarakan pengajian rutin di Yogyakarta dan Rembang dan diikuti oleh para santri patennya, maksudnya santri yang rutin mengikuti pengajian secara istiqamah. Beberapa videonya yang men-viral belakangan ini adalah rekaman lima tahun silam.

Demikian pula ceramah-ceramah Gus Muwafiq jauh sebelum viral sudah rutin berceramah dari majelis ke majelis. Pertanyaannya, mengapa ceramah-ceramah tersebut baru men-viral tiga atau dua tahun terakhir ini? Jawabannya akan dibahas pada artikel berikutnya.

Sederhananya, baik Gus Baha, KHMZ, dan tersebut di atas adalah kiai kondang yang berceramah tentang isu-isu keislaman dan kehidupan sehari-hari umat. Materinya menyangkut urusan ruang batin umat Islam yang harus terus-menerus dirawat. Baik fiqh dan tauhid maupun aqidah dan muamalah. Intinya, beliau-beliau para pesohor ‘alim-alamah tersebut menyampaikan pesan-pesan kebaikan (mauidhoh hasanah) agar umat Islam dan umat manusia pada umumnya selalu beramal sholeh di dunia sebagai bekal hidup di akherat.

Rekaman-rekaman Gus Baha menempel rapi bergiga-giga dan berkilo-kilo meter pita kaset KHMZ masih tersimpan di muka bumi adalah sarana berdakwah umat Islam membangun kehidupan dan kemaslahatan bagi sesama. Pada masanya kelak akan lahir Gus Baha-Gus Baha dan KHMZ-KHMZ yang lebih millennial dan genuine dalam menafsirkan pesan-pesan Tuhan di muka bumi.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
2
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top