Sedang Membaca
Syaikhona Kholil (4): Anti Kolonialisme
Kholili Kholil
Penulis Kolom

Alumni Pesantren Lirboyo-Kediri. Saat ini mengajar di Pesantren Cangaan Pasuruan, Jawa Timur.

Syaikhona Kholil (4): Anti Kolonialisme

Whatsapp Image 2021 09 28 At 22.09.53

Dia beralih dari satu gurun pasir ke gurun pasir yang lain menghindari kejaran penjajah Perancis. Dia adalah tokoh besar melawan kolonialisme. Dia adalah Abdul Qodir Al-Jaza’iri. Seorang pejuang yang sangat ditakuti penjajah Eropa. Bahkan konon Gus Dur mengatakan tokoh reformis dunia Islam idola beliau adalah Abdul Qodir Al-Jazairi dan Khomeini.

Mengenai hubungan antara Syaikhona Kholil dan Abdul Qodir Al-Jaza’iri, dalam Khulasah Wafiyah, kitab yang masih berbentuk manuskrip, Habib Salim b. Jindan menulis:

ثم رجع إلى الحجاز فاستوطن بها مرة أخرى ولقي بمكة في هذه المرة بالإمام الولي الكاشف الحبيب أبي بكر بن عبد الله بن طالب العطاس وحصل منه إجازة وأخذ عنه ولقي بالأمير عبد القادر بن مصطفى الجزائري الثائر على دولة الاستعمار ببلاد الجزائر

Kemudian Syaikhona Kholil pergi lagi ke Hijaz (setelah dari Mesir). Beliau tinggal di sana untuk kesekian kalinya. Dan beliau bertemu dengan Al-Imam, seorang wali kasyaf, Habib Abu Bakar b. Abdulloh b. Thalib Al-Aththas. Syaikhona Kholil mengambil ijazah dan berguru kepadanya. Dan Syaikhona Kholil juga bertemu dengan Amir Abdul Qadir b. Mushthafa Al-Jaza’iri, seorang tokoh revolusi melawan penjajah di negeri Aljazair.

Barangkali hal ini adalah salah satu bukti bahwa perjuangan anti kolonial yang dibawa Syaikhona Kholil bukanlah sesuatu yang instan. Melainkan sesuatu yang memang telah ditanamkan oleh figur-figur yang beliau temui sebelumnya.

Baca juga:  Menyelami Percikan Dakwah Mbah Muntaha Kalibeber Wonosobo

Sementara, dari kalangan ulama Nusantara, Syaikh Nawawi Banten barangkali adalah salah satu tokoh yang cukup mempengaruhi beliau dalam mengobarkan semangat nasionalisme. Syaikh Nawawi, kita tahu dari catatan Hurgronje, adalah seorang tokoh sentral dalam melawan kolonialisme Belanda. “Dia adalah seorang sederhana,” tulis Hurgronje dalam Mekka, “seorang Arab mungkin akan mengira ia adalah pria biasa ketika bertemu di jalan, tanpa sadar bahwa sebetulnya ia adalah pengarang dua puluh buku ilmiah berbahasa Arab..”

Menurut Hurgronje, pengaruh Syaikh Nawawi sangat besar di Nusantara hingga “tangannya mendapat kehormatan diciumi oleh orang-orang Jawa”. Karena semangat anti kolonialisme yang beliau usung sangat kental, maka beliau masuk dalam daftar orang yang diwaspadai Belanda. Syaikhona Kholil, kita tahu dari ‘Iqdul Farid karya Syaikh Yasin, berguru kepada beliau. Secara tidak langsung, semangat ideologi anti kolonial ini menular kepada beliau.

Dalam buku biografi Syaikhona Kholil karya Tim Kajian Biografi, disebutkan bahwa bukti kebencian beliau terhadap kolonialisme ini tertuang dalam tulisan tangan beliau di atas amplop berkop perusahaan kapal dan pengiriman Belanda, Scheepsagentur voorheen J. Daendels & Co. Di amplop itu, beliau menulis:

اللهم إن هذا لص سارق فاقطع يده ورجله

“Ya Allah! Sesunggahnya ini (Hindia Belanda) adalah perampok dan pencuri. Potonglah tangan dan kakinya.”

Baso menyebutkan, bahwa narasi yang sama pernah diungkapkan oleh Dr. Satiman Wirjosandjojo dalam Kongres Kebudayaan tahun 1919 di Solo.

Baca juga:  Mengenal Mohammad Tabrani Soerjowitjirto, Pencetus Kelahiran Bahasa Indonesia

Tulisan “Hubbul Wathan minal Iman” yang terdapat di pinggir kitab beliau juga menunjukkan bahwa beliau selalu menularkan semangat ini kepada para santrinya. Kita tahu, catatan pinggir, atau dalam bahasa Arab disebut “hamisy” adalah catatan yang biasanya ditulis agar si guru tidak lupa menyampaikannya ketika mengajar. Maka slogan hubbul wathan tampaknya sempat menjadi tema pengajaran yang beliau bahas ketika itu. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan jika Bangkalan merupakan episentrum perlawanan pesantren melawan kolonialisme di masa itu.

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top