Sedang Membaca
Gus Dur, Kiai Maimoen, dan Sejarah Fakfak-Papua
Kholili Kholil
Penulis Kolom

Alumni Pesantren Lirboyo-Kediri. Saat ini mengajar di Pesantren Cangaan Pasuruan, Jawa Timur.

Gus Dur, Kiai Maimoen, dan Sejarah Fakfak-Papua

Dalam buku Oase Jiwa II, yakni sebuah buku yang berisi kumpulan pidato Kiai Maimoen Zubair rahimahullah, ada sebuah kutipan menarik dari pidato beliau yang berjudul “Indonesia Bangsa Terpilih”. Cuplikan itu berbunyi begini:

“Pembuangan Bangsa Arab saat itu salah satunya berada di Fakfak, Papua. Maka jadilah, di Fakfak kala itu banyak orang Arab, mereka berteriak-teriak, “‘Uryan! ‘Uryan!” artinya ‘telanjang’. Sampai kata ‘uryan itu diserap menjadi ‘Irian’. Inilah suatu cerita yang bisa Anda terima atau tidak, terserah.”

Jadi di pidato itu Kiai Maimoen menyampaikan bahwa Fakfak di Papua adalah salah satu pendaratan Bangsa Arab. Hampir senada dengan Kiai Maimun, Gus Dur sebagaimana dikutip oleh NU Online dalam salah satu artikelnya menyebutkan bahwa kata Irian berasal dari kata bahasa Arab ‘uryan (telanjang). Maka karena itu Gus Dur mengganti nama Irian menjadi Papua.  Banyak kalangan menganggap bahwa ucapan Gus Dur ini hanya humor belaka. Apalagi Gus Dur memang sering melemparkan humor dalam urusan serius.

Namun saat menelusuri turats Arab lebih dalam, saya menemukan bahwa ucapan beliau berdua—terutama Kiai Maimun yang menyebut Fakfak—tidak sepenuhnya humor atau tanpa dasar (meskipun juga tak sepenuhnya benar).

***

Adalah Pulau Waqwaq (جزيرة الواق واق). Pulau ini sangat fenomenal dalam literatur berbahasa Arab. Berbagai buku Arab klasik baik bertema sejarah, geografi, sastra, fiksi, maupun etika seringkali menyitir pulau unik ini. Telaah mendalam atas literatur Arab membawa kita kepada dua macam Waqwaq: pertama, Waqwaq di Sufalah atau sekitar Madagaskar. Kedua, Waqwaq di Timur (Masyriq)

Baca juga:  Nasruddin Hoja dan Gus Dur

Pertanyaannya: di mana Pulau Waqwaq Masyriq yang dimaksud literatur Arab? Benarkah pulau ini adalah Fakfak? Dan benarkah Irian dari kata ‘Uryan?

Lokasi Pulau Waqwaq bisa didapat salah satunya dari Mafatihul Ulum karya ilmuwan masyhur Khwarizmi ketika dia menjelaskan lokasi sebuah kota terpencil bernama Kankdiz. Kota Kankdiz ini adalah “kota di dunia ini yang terletak paling timur dan berada di ujung Waqwaq.”

Idrisi dalam Nuzhatul Musytaq memberikan deskripsi lebih jelas tentang ciri-ciri Waqwaq:

“Daerah Waqwaq mengandung emas banyak sekali. Para pedagang dan para penambang datang ke sini untuk mencari emas. Mereka memproses emas itu di sini. Ketika emas itu dibawa keluar dari Waqwaq, emas itu sudah siap dijual.”

Lebih lanjut Ibnul Wardi dalam Kharidatul Ajaib menulis bahwa penduduk Waqwaq tidak mengenakan baju alias telanjang. Jarak dari Sumatera (Zabaj) menuju Waqwaq ditempuh dengan melewati seribu tujuh ratus pulau yang semuanya berpenghuni. Waqwaq ini dikuasai seorang ratu bernama Damharah. Penduduk Waqwaq membuat rumahnya dari bambu dan rumah itu bisa mengambang di atas air. Ibnul Wardi berkisah:

“Isa bin Mubarak, seorang pedagang dari Siraf, berkata: saya bertamu ke Ratu Damharah. Saya melihatnya telanjang (‘Uryanah) dan duduk di atas singgasana emas.”

Baca juga:  Memahami Peristiwa Isra-Mi'raj dengan Beragam Pendekatan

***

Keterangan Pulau Waqwaq dari berbagai literatur Arab ini menunjukkan bahwa penguasaan Kiai Maimun atas turats Arab sangatlah luas. Keterangan bahwa “Waqwaq berada di timur, penuh dengan emas, dan penduduknya telanjang” ini adalah sebuah deskripsi yang cukup dekat dengan Fakfak Papua. Sekian.

Catatan: Para sejarawan kontemporer tidak ada yang mengartikan Waqwaq sebagai Fakfak. Kebanyakan mereka menganggap bahwa Waqwaq adalah Pulau Nias dan sebagian menganggap pulau ini berada di daerah Jepang.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
2
Ingin Tahu
1
Senang
2
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top