Sedang Membaca
Anak dan Hewan
Joko Priyono
Penulis Kolom

Menempuh Studi di Jurusan Fisika Universitas Sebelas Maret Surakarta sejak 2014. Menulis Buku Manifesto Cinta (2017) dan Bola Fisika (2018).

Anak dan Hewan

Whatsapp Image 2022 08 27 At 10.27.11

Di dalam memancing gairah pengetahuan terhadap lingkungan sekitarnya, anak dikenalkan dengan beberapa jenis hewan melalui cerita, dongeng, hingga konten audio-visual. Proses itu tak lain untuk memijah kesadaran akan hubungan pada ekosistem, bahwa kehadirannya berkait dengan makhluk lain, baik itu flora dan fauna. Tak mengherankan, para pencerita anak mengemban tugas tersebut di dalam membuat sajian cerita kepada anak-anak.

Sejarah perbukuan untuk anak-anak memberikan kisah untuk terus direfleksikan dari zaman ke zaman. Sebagai bagian penting di dalam kehidupan, anak-anak terus berhadapan dengan beragam dimensi. Perhatian tak terkecuali terkait dengan tumbuh kembang ilmu pengetahuan. Di mana, keberadaannya berkaitan dengan imajinasi dan kreativitas. Hal mendasar yang berpengaruh berupa rasa penasaran yang berujung dengan bertanya dan kemauan ingin tahu.

Ingat flora dan fauna, kita teringat Slamet Soeseno. Saat di Majalah Intisari, ia kerap membuat tulisan terkemas populer berhubungan keduanya. Tak sebatas itu, ia juga membuat cerita anak sebagai bekal ornag tua akan pengasuhan terhadap anak-anaknya. Dua di antaranya yang kita bisa temukan adalah Bertamasya ke Pulau Panggang (Pustaka Jaya, 1974) dan Kemah Mereka di Tepi Danau (Balai Pustaka, 1982).

Di buku kedua misalnya, kita menyengaja mengutip pengantar dari pihak penerbit. Keterangan tertulis: “Tidak bedanya dengan manusia, maka kehidupan binatang dan tumbuh-tumbuhan mengalami perkembangan serta siklusnya yang cukup menarik. Dengan perasaan tertarik sebagai modal pertama, anak-anak kemudian akan mencintai binatang dan tumbuh-tumbuhan, untuk menjaga kelestarian hidupnya.”

Baca juga:  Sabilus Salikin (12): Wasilah

Di abad XXI, cerita anak dengan wujud pengenalan jenis binatang tetap ada dan berharap perhatian dari kalangan publik. Kita menemukan sebuah buku berjudul Bubu Bersama Jo dan Ori (Diomedia, 2021) garapan Victoria Dian Ginting. Untuk melangkah dalam penyajian, penulis menampilkan tiga sosok dalam memandu babak demi babak cerita di dalamnya.

“Oh, iya, perkenalkan, aku si Bubu. Aku akan menemani kalian melihat-lihat sekitar. Kali ini, aku akan mengajak kalian pergi menemui salah satu teman kita, namanya Jo dan Ori” (hlm. 2). Jo diceritakan sebagai seorang anak laki-laki berusia sepuluh tahun, sementara Ori adalah adiknya. Kita mengerti pemerian tokoh anak-anak menjadi penting bahwa buku menekankan dialog dan menghindari cara penyampaian kepada pembaca yang sifatnya  menggurui.

Di buku itu, para pembaca diperkenalkan beberapa nama hewan, masing-masing berupa anjing, kucing, kelinci, hamster, landak, kura-kura, dan laba-laba. Penulisan cerita tak sebatas memperkenalkan nama, namun juga petunjuk pemeliharaan hewan dan disertai dengan kolom berupa teka-teki maupun isian untuk memberikan ruang pembaca untuk berbagi aktivitas dalam pemeliharaan hewan maupun pemahamannya.

Penjelasan tertulis di halaman lima: “Tapi, sebelum memutuskan untuk memelihara hewan di rumah, sebaiknya jangan lupa melihat check list di bawah, ya … Ini adalah daftar yang bisa kita pakai ketika kita ingin bersiap-siap memelihara hewan”. Buku terpahami sebagai langkah anak-anak merasa memiliki rumah dan lingkungan hidup yang ada di sekitarnya.

Baca juga:  Kritik Agama di Ruang Publik

Halaman demi halaman terus terbaca. Anak-anak diajak untuk menjelajah untuk paham dan mengerti hal di lingkungan sekitarnya. Kombinasi antara ilmu pengetahuan dan seni menjadi sebuah hal penting bagi para pembaca. Keberadaannya kemudian memiliki dampak dalam jangka panjang terkait dengan proses penalaran anak dan seni mengolah kreativitas yang membentuk minat dan bakat termiliki oleh masing-masing pembaca.

Di Majalah Bobo edisi 26 Maret 1998, kita menemukan sebuah tulisan berjudul Si Pusi Melahirkan. Tulisan bermaksud untuk mengisahkan seekor kucing peliharaan yang baru saja melahirkan. Keterangan tertulis: “Sekarang kandungan Pusi sudah berusia 8 minggu. Perut Pusi mulas. Inilah saatnya melahirkan. Pusi pun mencari tempat yang aman dan nyaman untuk melahirkan. Ia membuat alas dari tumpukan kain perca. Lalu bersiap-siap untuk melahirkan.”

Majalah terbaca bagi anak-anak pada masanya. Anak-anak diajak memahami siklus kehidupan binatang. Mereka diajak untuk bergairah dalam ilmu pengetahuan dan berlatih berimajinasi. Keterangan membawa pada sebuah buku garapan C. J. Simister, Anak-Anak Cemerlang hasil terjemahan Amanda Setiorini yang diterbitkan oleh Serambi pada tahun 2013. Penulis mengutarakan pentingnya melatih imajinasi bagi seorang anak.Penjelasan disampaikan:

“Menjadi benar-benar imajinatif artinya mampu merenungkan realitas yang berbeda dengan yang dijalani saat ini. Ini merupakan karakteristik penting bagi siapa pun yang tidak ingin hanya meneripa apa yang diberikan kepada mereka, yang ingin mengambil bagian dalam mengambangkan sesuatu—baik gaya hidup, pekerjaan, maupun lingkungan mereka. Imajinasi menciptakan mimpi.”

Baca juga:  Keramaian Tanda (Baca) di Jepang

Anak-anak terus menapaki berbagai realitas akan dimensi ruang dan waktu. Di balik eksplorasi perjalanan mereka, terbesit cita dan imajinasi untuk masa depan. Kita menduga penyajian cerita bagi mereka sebagai satu langkah untuk memberikan pantikan dalam keberadaannya. Meski kemudian kita juga menghadapi sederet tantangan dalam transformasi teknologi informasi yang menyisakan pertanyaan: apakah keberadaan cerita anak masih bisa berjalan di tengah revolusi digital? Ini menjadi tugas dan tanggung jawab kita semua.[]

 

Judul              : Bubu Bersama Jo dan Ori

Penulis            : Victoria Diah Ginting

Penerbit         : Diomedia

Ukuran           : 13 cm x 19,5 cm; iv + 36 Halaman

Tahun Terbit  : Cetakan Pertama, Mei, 2021

ISBN              : 978-623-7880-69-1

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top