Irfan L Sarhindi
Penulis Kolom

Penulis lepas dan Guru di Pesantren Cianjur, Jawa Barat.

Santri Bicara Moderasi Agama

Whatsapp Image 2021 02 11 At 14.38.14

Dengan menguatnya ancaman ekstrimisme yang berangkat dari pemahaman keliru atas Islam, kampanye moderasi agama menjadi kian penting. Ia bahkan tidak hanya muncul sebagai gagasan yang tumbuh secara organik di level grassroot, tetapi diterjemahkan pula sebagai kebijakan politik, dimotori oleh Kementerian Agama. Dengan outcome menjaga perdamaian dan inklusivitas, moderasi agama menjadi salah satu agenda RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2020 – 2024.

Salah satu pilar penting dalam moderasi agama adalah santri dan pesantren. Sebagai lembaga pendidikan keislaman, pesantren punya empat modal besar dalam dakwah moderasi agama. Pertama, ia memiliki jejaring sangat luas yang tersambung, dan menguat, terutama karena tradisi menjaga sanad dan merawat ketakziman kepada guru. Kedua, kiai sebagai pemimpin pesantren sudah sejak lama memegang peran kultural penting sebagai social broker yang dengan peran tersebut mampu mempercepat pembumian moderasi agama.

Ketiga, kurikulum pesantren tidak asing dengan gagasan besar moderasi agama. Tradisi pengajaran tasawuf, misalnya, diyakini banyak pihak mampu menjadi, katakanlah, ‘obat penawar’ gagasan-gagasan ekstrem. Belum lagi kebiasaan para santri untuk terekspos perbedaan pendapat para ulama, melalui penelaahan kitab-kitab kuning atau bahtsul masail, yang secara ideal teoritis mampu memposisikan santri sebagai pribadi yang tidak kagetan melihat perbedaan.

Baca juga:  Diaspora Santri dan Kominfo Kolaborasi Lawan Hoax Covid-19

Keempat, santrinya itu sendiri. Dengan bekal ilmu di pesantren dan ketakziman kepada para kiai, santri dapat menjadi “juru bicara” moderasi agama. Apalagi, telah muncul gelombang baru santri intelektual yang tidak hanya mondok di pesantren tetapi juga menempuh studi hingga ke luar negeri. Selain itu, ada pula santri yang tergerak menaklukkan medan perang bernama internet, teknologi informasi, hingga content creation sehingga dakwah para kiai dan santri yang mulanya dibatasi dinding pondok kini membanjiri Youtube, Facebook, hingga Twitter.

Jika menggunakan perspektif W. E. B Dubois tentang The Talented Tenth, santri-santri “intelektual” ini bisa menjadi minoritas kreatif yang menyalakan api dakwah moderasi agama. Mereka dapat menjadi rujukan ihwal instrumentalitas dan tantangan dakwah moderasi agama, sekaligus dapat menjadi role model tentang bagaimana dakwah di era digital sebaiknya dilakukan.

Atas dasar itulah, Podcastren berkolaborasi dengan Santri Mengglobal, PCINU UK, Diaspora Santri, dan Pesantren.id mengadakan Serial Diskusi Akhir Pekan Spesial 95 Tahun Nahdlatul Ulama. Diskusi Akhir Pekan tersebut terdiri atas tiga seri. Yang pertama dilaksanakan pada 30 Januari 2021 dengan tema “Pendidikan Luar Negeri dan Penciptaan Santri Intelektual”. Diskusi berlangsung menarik, dimoderatori oleh Dito Alif Pratama (Founder Santri Mengglobal).

Misalnya, para narasumber bercerita tentang (1) kenapa santri (harus) belajar ke luar negeri (lihat: https://youtu.be/I8Mki5f4KaE), bagaimana anak muda NU pernah dianggap anti sekolah (lihat: https://youtu.be/jcNpQN1dI5I), suka duka belajar di Inggris hingga harus menginap di perpustakaan (lihat: https://youtu.be/yDvVlVK5e-8), dan cerita yang tidak banyak orang tahu tentang kunjungan Mbah Moen ke Maroko  (lihat: https://youtu.be/NQ9PcnS60HM).

Baca juga:  Tambang Batubara Ombilin Kini Jadi Warisan Dunia

Yang kedua dilaksanakan seminggu kemudian dengan tema “Santri, Sains, dan Teknologi: Menuju 100 Tahun Nahdlatul Ulama”. Seri kedua disiarkan pula secara live di 164 channel dan dapat disaksikan kembali di sini https://www.youtube.com/watch?v=ZRvfIpTBpLE . Pada diskusi tersebut, kita diingatkan pada bagaimana luasnya medan dakwah para santri–termasuk pada IT hingga teknologi pertanian.

Yang ketiga akan dilaksanakan pada Sabtu ini, tanggal 13 Februari 2020, pukul 19.00 – 20.40 dengan tema Santri Diaspora dan Misi Moderasi Agama. Akan hadir dan berbagi perspektif sebagai narasumber adalah Ienas Tsuroiya (Delegasi Australia-Indonesia Muslim Exchange Program, “Mbak Admin” Pesantren Virtual Ngaji Ihya), Zainul Maarif  (Alumnus Universitas al-Azhar, Pengampu Kajian Filsafat Islam di Pesantren Ciganjur, Dosen Universitas Paramadina), serta Siti Rofiah, M.H, M.Si, dosen UIN Walisongo Semarang, Program Manager eLSa (Lembaga Studi Sosial dan Agama) Semarang. Bagi yang ingin ikut serta dapat mengklik http://bit.ly/santrimoderat

Dari para narasumber, kita akan belajar makna moderasi agama dari perspektif tasawuf, filsafat Islam, hingga gender dan hukum. Upaya pemaknaan tersebut dimaksudkan agar, pertama, moderasi agama tidak sekadar jargon sesempit “toleransi”. Alih-alih, ia adalah spektrum tafsiran yang jauh lebih luas daripada itu. Toleransi–bersama inklusivitas–adalah salah satu output yang mungkin terjadi dari tradisi keilmuan di wilayah moderasi agama.

Baca juga:  Launching dan Bedah Buku Gerakan Perempuan Islam Moderat: Sejarah Pimpinan Wilayah Fatayat Nahdlatul Ulama Daerah Istimewa Yogyakarta

Kedua, kita dapat mengklarifikasi pelbagai kesalahpahaman mengenai filsafat, tasawuf, dan gender. Bagi kalangan ultra-konservatif, filsafat dianggap haram. Tasawuf dianggap sinkretis. Perempuan dianggap sekadar “objek” di ranah privat. Padahal, pewahyuan iqra jika kita bedah sejatinya mendorong Muslim mendayagunakan nalar, berfilsafat. Di sisi lain, tasawuf yang sifatnya introspektif, menawarkan counter-narrative bagi ideologi ekstrem yang judgemental dan takfiri. Sedangkan dalam hal gender, kita tahu bahwa sejatinya yang membedakan manusia bukanlah gendernya–melainkan ketakwaannya.

Ketiga, kita juga akan belajar pada bagaimana upaya mendakwahkan pemikiran filsafat Islam, mendakwahkan mutiara hikmah sufistik, hingga gagasan-gagasan emansipasi tidak selalu berjalan mulus dan mudah. Alih-alih, penuh tantangan. Apa saja tantangan yang muncul dan bagaimana para narasumber menaklukkan tantangan-tantangan tersebut? Kiranya itulah yang juga bisa kita serap dan pelajari.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top