Dunia pemikiran Islam Indonesia kembali terguncang dengan kembalinya kehadirat Tuhan seorang pemikir Islam garda depan, cendekiawan yang sufistik Dr KH Jalaluddin Rakhmat. Sebelumnya cendekiawan muslim yang seangkatan dengan Kang Jalal panggilan akrab Jalaluddin Rakhmat seperti Caknur, Gusdur, Dawam Raharjo, telah lebih dahulu menghadapi kepada Sang Pencipta.
Kang Jalal adalah seorang cendekiawan yang multi talenta. Dia seorang sarjana komunikasi yang sangat fasih dalan menyampaian pesan pesan keislaman. Sejak kecil beliau sudah terbimbing dengan ilmu ilmu keagamaan yang kental karena ayah beliau seorang kyai kampung yang kental dengan ilmu ilmu dasar keislaman yang kuat.
Pertama sekali penulis akrab dengan pemikiran Kang Jalal adalah saat penulis kuliah di Makasar ditahun 90 an. Awalnya membaca pemikiran Kang Jalal lewat buku-bukunya yang best seller pada waktu itu, yaitu khotbah-khotbah di Amerika, Islam Alternatif, dan Islam Aktual. Ketiga buku Kang Jalal ini sangat familier di tahun 90 an.
Ketiga buku Kang Jalal ini adalah kumpulan kumpulan tulisan yang singkat dan tentu saja padat dengan makna pesan keislaman yang memberikan pemikiran alternatif dan sangat aktual. Kang Jalal adalah tipe cendekiawan muslim ibarat pesawat terbang, dia bisa mendarat dengan baik tapi bisa berada diatas awan, maksudnya adalah bahwa Kang Jalal mampu menyampaikan pesan pesan keislaman yang ilmiah dihadapan para sesama cendekiawan tetapi juga sangat piawai menyampaikan pesan-pesan keislaman dikalangan awam dengan baik.
Kalau kita mencermati buku-buku Kang Jalal satu persatu akan tergambarkan dengan pengibaratan di atas, kalau kita membaca buku-bukunya kita dengan mudah mencerna pesan pesan keislamannya. Salah satu ciri khas dari Kang Jalal adalah lebih banyak mengangkat kisah pada masa Nabi dan para sahabat kemudian mencoba mengangkat dalam konteks kekinian. Bahasanya sangat sederhana dan komunikatif sehingga siapapun yang membacanya akan sangat mudah untuk memahaminya. Tidak banyak cendekiawan muslim yang mampu mengkomunikasikan pesan pesan yang rumit kemudian diramuh dalam bahasa yang sederhana dan mudah dipahami tanpa meninggalkan pesan inti yang akan disampaikan seperti Kang Jalal.
Di sisi yang lain, Kang Jalal juga mampu menulis buku yang agak berat, karena banyak juga tulisan-tulisan Kang Jalal yang berbau filsafat dan pemikiran keislaman yang agak rumit tentu saja konsumsi untuk para akademisi di perguruan tinggi. Disinilah keistimewaan Kang Jalal karena dia bisa naik ke menara gading berbicara tentang keislaman yang level tinggi bersama sama para cendekiawan muslim sekelas Harun nasution, Nurcholis Madjid, Quraish Shihab, Abdurrahman Wahid. Disamping dia bisa memberikan pencerahan ke masyarakat awam dengan bahasa bahasa yang mudah dipahami.
Di level perguruan tinggi pemikiran pemikiran Kang Jalal juga sangat diminati oleh para mahasiswa, di awal kepulangannya menuntut ilmu di Amerika, menurut cerita Bang Imad panggilan akrab untuk Dr. Imaduddin Abdurrahim para aktivis masjid salman ITB terbagi menjadi dua, ada pengikut Nurcholish Madjid dan pengikut Jalaluddin Rakhmat, walaupun kedua orang ini tidak bermaksud membentuk pengikut pengikut setia, kiranya mereka telah melahirkan pola pemikiran yang berbeda. Dan berbeda dalam pemikiran bukanlah sesuatu yang harus disesali (Bang Imad).
Kepiawaian Kang Jalal dalam mengkomunikasikan pemikiran pemikiran keislaman baik dalam bentuk bahasa tulisan maupun dalam mengkomunikasikan dalam bahasa lisan atau di istilahkan dengan kecerdasan intelektual, Kang Jalal sangat bijak dan tidak emosional dalam menanggapi kritikan kritikan dalam diskusi diskusi keilmuan.
Beberapa kali penulis ikuti seminar atau diskusi di makasar sejak tahun 90 an sampai tahun 2000 an, beliau sangat tenang dan bijak dalam menanggapi kritikan dan cacian. Suatu karakter yang langka dan jarang orang orang memilikinya. Salah satu pertemuan di unhas di tahun 90 an bertemakan mazhab ukhuwwah, ada salah seorang penanya yang mencoba mengkritik Kang Jalal dengan menunjukkan kitab berbahasa arab kepada beliau, dan penanya ini membaca kitab itu dihadapan Kang Jalal, dan Kang Jalal saat itu sempat meluruskan bacaan penanya yang nampaknya salah baca, rupanya kitab yang dibaca itu adalah terjemahan dari bahasa persia yang kebetulan aslinya ada ditangan Kang Jalal, dan Kang Jalal mencoba memberikan pemahaman kepada penanya tentang isi kitab aslinya berbahasa persia. Ketenangan dan kesabaran saat menerima kritik dan caci maki dijawab dengan pendekatan keilmuan yang argumentatif.
Menggabungkan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional adalah sesuatu yang berat, sangat jarang kita dapati seseorang yang cerdas secara intelektual di satu sisi diikuti dengan kecerdasan emosional atau kesabaran di sisi yang lain. Salah satu kelebihan Kang Jalal adalah mampu untuk menggabungkan kedua kecerdasan tersebut. Kita kebanyakan lemah di bidang ini, kita mudah kebakaran jenggot ketika kita menerima kritikan atau cacian dari orang lain. Banyak diantara yang punya kecerdasan yang cukup tapi ketika menerima kritikan atau cacian,kita kehilangan rasionalitas keilmuan dan membalas kritikan dengan nada emosional yang tidak mencerminkan nilai-nilai etika keilmuan.
Marilah kita belajar untuk lebih bijak dalam mengaktualisasikan keilmuan dengan cara cara seperti disinggung dalam Quran, yaitu dengan hikmah, pesan kebaikan dan argumen-argumen yang kuat. Itulah yang dicoba diaktualkan Kang Jalal dalam berbagai buku-bukunya dan tulisannya yang sangat penuh hikmah dengan kisah-kisah yang menyentuh disertai dalil-dalil yang penuh argumentatif.
Setidaknya ada dua model pemikiran dakwah Kang Jalal kalau kita merujuk ke buku-bukunya yang telah di terbitkan. Yang pertama adalah Islam yang dikedepankan Kang Jalal lewat bukunya Islam alternatif dan Islam aktual sangat kental dengan Islam yang berdimensi muamalah dengan keperpihakan kepada kaum mustadafin atau golongan-golongan yang terpinggirkan yakni fakir miskin. Dan yang kedua adalah Islam sufistik,dan setelah buku Islam Alternatif dan Islam Aktual, karya-karya Kang Jalal lebih banyak bernuansa sufistik. Salah satu karyanya yang sangat diminati di tahun 90 an adalah renungan-renungan sufistik. Selamat jalan Kang Jalal, pemikiran pemikiranmu akan selalu dikenang.