Selain tiga nama perempuan yang sudah saya sebut, Ibnu Arabi dalam kitab ini juga menyebut sejumlah nama perempuan lain: Hindun, Lubna, Sulaima, Salma, Zainab, Laela dan Maya.
Penyebutan Ibnu Arabi akan nama-nama perempuan ini, di samping mengungkapkan kerinduannya terhadap mereka, karena mereka adalah nama-nama yang menyejarah dalam kehidupan masyarakat, namun lagi-lagi yang utama bagi Ibnu Arabi, adalah bahwa mereka merupakan simbol-simbol kerinduan Ibnu Arabi kepada Tuhan.
Dari sejumlah nama perempuan tersebut, Lady Nizham adalah perempuan yang paling dinilai Ibnu Arabi dan paling mengesankan sepanjang hidupnya.
Dia mengatakan, “Seluruh pengetahuan ketuhanan ini berada di balik tirai Nizham, putri guruku yang perawan, Syaikhah al-Haramayn, maha guru dua tempat suci dan al-‘Abidah (pengabdi Tuhan yang tekun).”
Tampaknya Ibnu Arabi ingin mengatakan bahwa pengetahuan tentang ketuhanan (ma’rifah Ilahiyyah) hanya bisa ditempuh melalui kontemplasi pada diri perempuan. Atau, melalui perempuanlah Tuhan ditemukan dalam Wujud-Nya yang Maha Sempurna dan Maha Indah.
Pada suatu saat Ibnu Arabi mengatakan bahwa pada diri perempuanlah laki-laki dapat merenungkan Tuhan. Ketika laki-laki merenungkan Al-Haq (Tuhan) dalam dirinya melalui perempuan maka (berarti) ia merenungkan Tuhan dalam modus yang aktif.
Namun, jika ia merenungkan Tuhan dalam dirinya tanpa mereferensi pada perempuan, maka ia merenungkan Al-Haqq (Tuhan) dalam modus pasif. Pada diri perempuan ia dapat merenungkan Tuhan baik dalam peran aktif maupun pasif.
Wallahu a’lam .
14.05.19