Sedang Membaca
Sifat Keulamaan, Gus Mus, dan Socrates
Husein Muhammad
Penulis Kolom

Pencinta kajian-kajian keislaman, utamanya di bidang ilmu fikih, tema-tema keperempuanan, dan ilmu tasawuf. Menulis beberapa buku, aktif di pelbagai forum kajian, baik nasional ataupun internasional. Tinggal di Pesantren Darut Tauhid, Cirebon, Jawa Barat

Sifat Keulamaan, Gus Mus, dan Socrates

Tak Perlu Takut Kearab-Araban

Gus Mus, atau Kiai Ahmad Mustofa Bisri, idolaku, di FB menyebut sejumlah nama yang menurut beliau sangat layak disebut “Ulama”. Tetapi mereka malu dan tidak mau disebut ulama. Karena mereka tahu definisi dan kriteria ulama.

Nah seorang santri terganggu dengan status beliau itu lalu bertanya definisi ulama itu.

Aku mengatakan sebisanya: Hari-hari ini kata Ulama, semakin banyak disebut orang. Kata ini memiliki konotasi bernuansa sakralitas dan kehormatan yang tinggi. Orang sering merujuk pada hadits Nabi : “Al-Ulama Waratsah al-Anbiya”, ulama itu pewaris para Nabi.

Lalu apakah atau siapakah ia? Banyak definisi mengenainya yang dibuat orang. Masing-masing dengan perspektifnya sendiri-sendiri. Ada yang mendefinisikannya atas dasar performanse, penampilan tubuh melalui asesori-asesori khas. Seperti antara lain pakai peci haji, sarung, sorban, jubah, dan lain-lain. Ada yang mendefinisikannya atas dasar pengetahuan, sesuai dengan makna harfiahnya. Yakni orang-orang yang berpengetahuan luas dan mendalam. Dan ada yang memahaminya atas dasar tingkah lakunya atau sifat-sifatnya.

Aku sendiri lebih tertarik pada dua pandangan yang terakhir. Yakni mendefinisikan ulama sebagai orang-orang yang memiliki pengetahuan yang mendalam dan luas. Dan dalam waktu yang sama mereka adalah orang-orang yang berperilaku rendah hati (Tawadhu) dan penuh kasih kepada orang lain.

Baca juga:  Diskursus Khamr dalam Islam (4): Khamr dan Konsep Taaqquli dalam Fikih

التواضع أكمل علامة للعلماء، لأنها تدل على حقيقة الخشية من الله تعالى،

“Rendah hati itu tanda, ciri paling utams dari ulama. Karena itu menunjukkan makna yang sesungguhnya dari kata “Khasy-yah Allah”, (takut kepada Allah), sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an :

انما يخشى الله من عباده العلماء

Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.

Ada sepenggal syair nan indah :

اذا زاد علم المرء زاد تواضعاً

Jika pengetahuan seseorang semakin dalam dan luas, dia semakin rendah hati.

Ada orang menulis :

السكينة والرحمة من علامات العلماء فان السكينة دليل على التمكين. وبرهان على الرسوخ فى العلم. والرحمة من اخص صفات العلماء

Ciri ulama adalah berpembawaan tenang dan penuh kasih. Ketenangan menunjukkan kemampuan dan bukti kedalaman ilmunya. Dan kasih termasuk sifat khas ulama.

قال تعالى : واتيناه رحمة من عندنا وعلمناه من لدنا علما

Allah berfirman: “Aku berikan dia sifat kasih, dan Aku anugerahi dia pengetahuan”.

Pepatah menyebutkan :

من تواضع للناس رفعوه،
ومن تكبّر عليهم جعلوه أسفل سافلين.

“Orang yang rendah hati akan dimuliakan. Orang yang sombong, akan direndahkan”.

Dan akhirnya Socrates, guru Platon, mengatakan: Apa yang aku ketahui adalah bahwa aku tidak tahu.”

04.05.19

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
1
Senang
1
Terhibur
1
Terinspirasi
1
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top