Seorang filsuf Arab besar, Abdurrahman Badawi mengatakan dalam pendahuluan buku Otobiografinya : “Qisshah Hayati” (Kisah Hidupku):
بالصدفة اتيت الى هذا العالم. وبالصدفة ساغادر هذا العالم.
Aku menerjemahkannya: “tanpa kehendakku aku hadir di dunia ini, dan tanpa kehendakku pula aku meninggalkan dunia ini.”
Tak ada siapapun yang tahu kapan, di mana dan dalam keadaan apa Tuhan memanggilnya pulang. Semuanya ada di Tangan Allah.
Nah, pada saat mendengar kematian manusia itu, aku selalu teringat firman Allah ini:
وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ ۖ ثُمَّ تُوَفَّىٰ كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
“Dan bersiap-siaplah kalian semua akan datangnya suatu hari saat kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian setiap diri ditunaikan segala yang telah dikerjakannya, dan mereka tak dirugikan”.(Q.s. Al-Baqarah, 281).
Dan:
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
“(yaitu) hari di saat harta dan anak-anak tidak lagi berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”. (Q.s. al-Syu’ara, 88).