Sedang Membaca
Fikih Kebahagiaan
Husein Muhammad
Penulis Kolom

Pencinta kajian-kajian keislaman, utamanya di bidang ilmu fikih, tema-tema keperempuanan, dan ilmu tasawuf. Menulis beberapa buku, aktif di pelbagai forum kajian, baik nasional ataupun internasional. Tinggal di Pesantren Darut Tauhid, Cirebon, Jawa Barat

Fikih Kebahagiaan

Manakala aku diminta bicara soal Fikih Kebahagiaan. Yakni Kebahagiaan Kolektif (al-Sa’adah al-Jamai’yyah) untuk Indonesia Inklusi, maka aku bilang ia harus dibangun atas dasar ilmu pengetahuan dan keadilan. Ini sejalan dengan misi Nabi, sebagaimana disebutkan Alquran:

يخرجهم من الظلمات الى النور

“membebaskan manusia dari kegelapan menuju cahaya”.

Kegelapan adalah kebodohan dan kezaliman. Cahaya adalah ilmu pengetahuan dan keadilan.

Abu Bakar al-Razi, filsuf muslim besar, mengatakan :

“Tujuan tertinggi untuk apa kita diciptakan dan kemana kita diarahkan, bukanlah memeroleh kesenangan-kesenangan fisik, melainkan pencapaian ilmu pengetahuan dan mempraktikkan keadilan”.

Imam al-Ghazali (w. 1111 M), Hujjah al-Islam, sang argumentator Islam, menulis dalam bukunya: “al-Tibr al-Masbuk fî Nashihah al-Muluk” :

وَفِى التَّوَارِيْخِ أَنَّ الْمَجُوس مَلَكَوا اَمْرَ الْعَالَمِ اَرْبَعَةَ آلافِ سَنَةٍ . وَكَانَتِ الْمَمْلَكَةُ فِيْهِمْ. وَإِنَّمَا دَامَتِ الَمَمْلَكَةُ بِعَدْلِهِمْ فِى الرَّعِيَّةِ وَحِفْظِهِمَ الْاُمُوْرَ بِالسَّوِيَّةِ. وَاِنَّهُمْ مَا كَانُوا يَرَوْنَ الظُّلْمَ وَالْجَوْرَ فِى دِيْنِهِمْ وَمِلَّتِهِمْ جَائِزاً. وَعَمَّرُوا بِعَدْلِهِمْ الْبِلَادَ وَاَنْصَفُوا الْعِبَادَ. وَقَدْ جَاءَ فِى الْخَبَرِ أَنَّ اللهَ جَلَّ ذِكْرُهُ اَوْحَى اِلَى دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَام اَنْ أَنْهِ قَوْمَكَ عَنْ سَبِّ مُلُوكِ الْعَجَمِ فَإِنَّهُمْ عَمَّرُوا الدُّنْيَا وَأَوْطَنُوهَا عِبَادِى .(الامام الغزالى: التبر المسبوك فى نصيحة الملوك, مكتبة الكليات الازهرية, ص 50).

“Sejarah dunia telah mencatat bahwa bangsa Majusi yang dalam praktik ritualnya menghadap api pernah menguasai dunia, empat ribu tahun lamanya. “Mengapa bisa begitu lama bertahan?” Al-Imam menjawab sendiri : “Karena bangsa itu diperintah dan dipimpin oleh tangan-tangan yang adil dan orang-orang yang bekerja untuk kesejahteraan rakyatnya. Agama menurut mereka tidak membenarkan kezaliman dan penyimpangan. Ada sebuah hadits yang menyebutkan bahwa Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Daud, yang menyatakan: Hai Daud, hentikan kaummu mencaci-maki raja-raja/para penguasa asing. Karena mereka telah berjasa memakmurkan kota dan melindungi hamba-hamba-Ku.” (hlm. 50).

Baca juga:  Humor Pesantren, dari Kiai Wahab hingga Gus Dur

Lalu aku bilang lagi: “dan untuk mewujudkan keadilan ini kita harus merumuskan aturan-aturan hidup bersama dengan mendasarkan diri atas prinsip kesetaraan dan tujuh prinsip kemanusiaan universal (“al-Kulliyyat al-Sab‘”). Yaitu Hifzh al-Nafs (perlindungan atas hidup), Hifzh al-Din (perlindungan atas keyakinan), Hifzh al-‘Irdh (perlindungan atas kehormatan diri/human dignity), Hifzh al-‘Aql (perlindungan berpikir dan berekspresi), Hifzh al-Nasl (perlindungan bereproduksi), Hifzh al-Mal (perlindungan atas hak milik) dan Hifzh al-Biah (perlindungan lingkungan).

Fiqh Kebahagiaan pada tingkat lebih tinggi harus dibangun di atas prinsip relasi kesalingan. Syeikh Syams Tabrizi mengatakan :

لقد خلق هذا العالم على مبدء التبادل

“Dunia ini diciptakan atas dasar kesalingan”.

Hadits Nabi saw menyebutkan :

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لأحدهم :
أَتُحِبُّ الْجَنَّةَ ؟ قُلْتُ : نَعَمْ، قَالَ : فَأَحِبَّ لِأَخِيكَ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ (رواه احمد)

Nabi mengatakan kepada salah seorang sahabatnya : “Apakah kau ingin masuk sorga?. Ia menjawab : “Benar”. Nabi berkata : ” Berikan dengan senang hati untuk sahabatmu apa saja yang engkau sendiri senang untuk dirimu”.

عامل الناس بما تحب ان يعاملوك

“Perlakukan orang lain dengan apa yang engkau ingin mereka memperlakukanmu”

atau dalam redaksi negatif :

لا تعامل الناس بما لا تحب ان يعاملوك

“Jangan perlakukan orang dengan apa yang engkau sendiri tidak ingin mereka memperlakukannya terhadapmu”.

Baca juga:  Menimbang Clifford Geertz dan Tiga Hal yang Perlu Dilakukan Santri

Terakhir aku sampaikan :

قَدْ تَكُونُ هُنَاكَ مَبَادِئُ أَخْلاَقِيَّةٌ كَثِيرَةٌ وَلَكِنْ أَسَاسُهَا وَاحِدٌ, وَهُو الْحُبُّ. وَهَذا الْحُبُّ مَبْعَثُ الْاَمَلِ وَالصَّبْرِ وَالْاِحْتِمَالِ وَالتَّسَامُحِ وَكُلِّ الْفَضَائِلِ. وَالْكَرَمُ وَالسَّمَاحَةُ وَالْاِحْسَانُ كُلُّهَا صَادِرَةٌ مِنَ الْحُبِّ.

“Meskipun ada banyak code moral, akan tetapi dasar utamanya adalah cinta. Cintalah yang melahirkan harapan, kesabaran, ketabahan, toleransi dan semua moral baik. Penghormatan, toleransi dan berbuat baik, semua lahir dari cinta”.

Maka :

احب كل انسان تصبح داءما بين الورد والرياض

“Cintailah semua orang, niscaya engkau akan selalu berada di antara bunga mawar dan taman-taman surgawi”.

Banjar, 27.02.19

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
1
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top