Sedang Membaca
Kisah Hikmah Klasik (23): Taubatnya Ibrahim Al-Harawi di Tangan Abu Yazid Al-Busthami
Hosiyanto Ilyas
Penulis Kolom

Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Miftahul Ulum Bangkalan. Pernah menimba ilmu di Ponpes Attaroqqi Karongan Sampang. Pegiat Bahtsul Masail LBM NU.

Kisah Hikmah Klasik (23): Taubatnya Ibrahim Al-Harawi di Tangan Abu Yazid Al-Busthami

Kisah Hikmah Shalat

Pada suatu hari Syekh Abu Yazid Al-Busthami duduk di dalam Masjid. Ketika ia hendak berdiri, ia berkata kepada para sahabatnya: “Berdirilah kalian semua! kita akan kedatangan kekasih Allah”. Ketika mereka keluar dari dalam Masjid, datanglah Syekh Ibrahim Al-Harawi, ia datang dengan menunggangi seekor keledai.

Syekh Abu Yazid Al-Busthami berkata: “Tidak salah lagi inilah orang yang kita maksud sebagai kekasih Allah.” Kemudian Syekh Abu Yazid Al-Busthami menyambutnya, seraya berkata: berilah kita syafaat? Jawaban Syekh Ibrahim Al-Harawi ketika diminta untuk memberikan syafaat diabadikan oleh Syekh Fariduddin Attar dalam karyanya Tadzkiratul Auliya’ (Juz, 1 hlm. 196) berikut jawabannya:

لو فوض اليك ان تشفع للخلق الأولين والأخرين لكان شفاعتك فى حفنة تراب

“Jika Anda diberi wewenang untuk memberi syafaat untuk ciptaan pertama dan terakhir, syafaat Anda akan menjadi segenggam debu”.

Syekh Abu Yazid Al-Busthami keheranan dan kagum terhadap ungkapan Ibrahim Al-Harawi. Setelah itu Syekh Abu Yazid Al-Busthami mengajak Syekh Ibrahim Al-Harawi untuk bertamu ke rumah-nya. Syekh Abu Yazid Al-Busthami menjamunya dengan hidangan yang lezat nan menggugah selera.

Melihat hidangan yang serba mewah, terbesit dalam hati Syekh Ibrahim Al-Harawi ,”Bagaimana mungkin orang yang bergelar Syekh (Abu Yazid al-Bustami) makan makanan yang lezat dan mewah seperti ini”. Syekh Abu Yazid Al-Busthami mengetahui isi hati Syekh Ibrahim Al-Harawi lewat mukasyafahnya. Setelah selesai makan, Syekh Abu Yazid Al-Busthami memegang tangan Syekh Ibrahim Al-Harawi dan membawanya ke sisi di balik dinding, Syekh Abu Yazid Al-Busthami memukul tangannya ke dinding, seketika itu, sebuah jendela terbuka, dan laut tanpa pantai muncul di dalamnya.

Baca juga:  Kisah Gus Dur dan Kiai Spesialis Kepala Desa

Syekh Abu Yazid Al-Busthami berkata: “Wahai Ibrahim Al-Harawi marilah kita memasuki laut ini.”  Syekh Ibrahim Al-Harawi panik, dan berkata: “Aku tidak punya maqom (kedudukan) sepertimu.”

Kemudian Abu Yazid Al-Busthami berkata: “Gandum yang diambil dari gurun, dipanggang, dan dimasukkan ke dalam wadah masakan adalah gandum yang dimakan hewan, dan dari hewan itu keluar kotoran, dan itu adalah sesuatu yang najis.”

Apa yang dinyatakan Syekh Abu Yazid Al-Busthami adalah sebuah kebenaran terkait masalah gandum yang beliau nyatakan kepada Syekh Ibrahim Al-Harawi. Dan Syekh Ibrahim Al-Harawi memahami, bahwa ia melakukan kesalahan dalam keberatannya kepada Syekh Abu Yazid Al-Busthami terkait makanan yang dihidangkan kepada-nya.

Akhirnya Syekh Ibrahim Al-Harawi meminta maaf kepada Syekh Abu Yazid Al-Busthami atas prasangka buruknya. Kemudian Syekh Ibrahim Al-Harawi berpamitan pulang. Setelah kejadian itu, Syekh Ibrahim Al-Harawi bertaubat dan memperbanyak meminta ampunan kepada Allah SWT. Wallahu A’lam Bissawab.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
1
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top