Imam Adz-Dzahabi dalam karyanya Kitab Al-Kabair (Juz, 1, Hlm. 162-163) mengulas tentang dosa-dosa besar, dan diantara dosa besar, yaitu, mengadu domba. Dalam karyanya tersebut Imam Adz-Dzahabi mengisahkan tentang bahaya dan imbas dari adu domba yang berbuah pada pertikaian dan permusuhan.
Adapun kisahnya sebagai berikut: Dikisahkan seorang lelaki melihat orang yang sedang menawarkan budaknya, lalu si penjual memanggil lelaki itu, seraya menawarkan budaknya. Ia berkata, “Ini budakku mau aku jual, ia tidak mempunyai cacat sema sekali, tetapi ia suka mengadu domba.” Tampa pikir panjang lelaki itu membelinya tampa memperhatikan ucupan si penjual, bahwa budak itu tukang adu domba.
Tinggallah si budak dengan tuannya yang baru, setelah tinggal beberapa hari dengan tuannya yang baru, kebiasaan mengadu dombanya kambuh. Si budak berkata kepada istri tuannya, “Wahai istri tuanku! Tuanku katanya mau beristri lagi dan kamu akan diceraikan, tuanku itu sudah tidak cinta lagi kepadamu. Jika kamu ingin menggagalkan rencana tuanku itu, nanti malam kalau tuanku tidur bawalah pisau dan cukurlah jenggotnya”. Terbesit dalam pikiran si istri untuk melaksanakan masukan dari budak barunya itu, ia sudah merencanakan untuk mencukur jenggot suaminya di saat suaminya sedang tidur.
Setelah itu si budak meninggalkan istri tuannya itu. Ia bergegas menemui tuanya, seraya ia berkata, “Wahai tuanku! Istrimu mencintai orang lain selain dirimu, ia berselingkuh dengan lelaki yang ia cintai, tampa sepengetahuanmu, dan ia ingin lepas darimu, atau ingin pisah darimu, dan nanti malam ia berencana untuk membunuhmu. Jika tuan tidak percaya lihatlah nanti malam, ia akan datang kepadamu dengan membawa pisau untuk membunuhmu.”
Si tuan itu percaya terhadap hasutan budaknya. Ketika malam tiba si istri datang kepadanya dengan membawa pisau yang sangat tajam, dengan tujuan untuk mencukur jenggotnya. Si suami pura-pura tidur, dan ia berkata dalam hatinya, “Benar apa yang dikatakan budakku bahwa istriku mau membunuhku.”
Ketika pisau di letakkan di jenggot suaminya, dengan tujuan ingin memotong jenggotnya, tiba-tiba si suami berdiri dan menepis tangan si istri, si suami mengambil pisau dari tangan si istri, lalu si suami menggorok leher si istri, hingga si istri meninggal dunia. Terjadilah kegaduhan di rumah itu, sampai terdengar ke keluarga si istri, keluarga si istri tidak terima atas pembunuhan tersebut, sehingga terjadi pertikaian, akhirnya si suami berhasil dibunuh juga oleh keluarga si istri.
Terjadilah pertikaian dan permusuhan yang berkepanjangan antara dua kelompok, yaitu, dari pihak keluarga si suami dan keluarga si istri. Itu semua terjadi karena adu domba dari si budak yang mempunyai akhlak yang jelek, yaitu, suka mengadu domba orang lain. Oleh karena itu, Allah menamai adu domba tersebut, sebagai adu dombanya orang-orang yang fasik. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat: 6)
Hikmah yang dapat kita petik dari kisah di atas, kita harus berhati-hati menerima kabar dari seseorang. Karena terkadang kabar atau berita bertujuan ingin mengadu domba. Sebelum kita mempercayai berita sebaiknya klarifikasi atas kebenaran berita tersebut, supaya kita tidak mudah di adu domba antar sesama. Wallahu A’lam Bissawab.