Sedang Membaca
Diaspora Santri (16): Mengenal Wajah Nahdliyyin Malaysia
Avatar
Penulis Kolom

Alumni Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, kini menempuh studi S3 di Malaysia.

Diaspora Santri (16): Mengenal Wajah Nahdliyyin Malaysia

Menjadi seorang nahdliyyin merupakan salah satu anugerah dari Allah SWT, Sang Rabbul ‘alamin. Banyak manfaat yang akan didapatkan oleh seseorang yang ikut dalam organisasi yang didirikan oleh Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari (kakeknya Gus Dur), salah satunya ialah mendapatkan keberkahan hidup. Jika hidup sudah dinaungi “barokah”, maka apapun kondisi yang sedang dihadapi, hidup ini akan terasa asyik. Dampak dari keberkahan hidup itu diharapkan menjadi washilah bagi para nahdliyyin dapat menutup usia dalam keadaan khusnul khatimah.

Ada nasehat dan sekaligus do’a yang sangat masyhur dari Hadlratus syeikh KH. Hasyim Asy’ari, sang pendiri Nahdlatul Ulama (NU): “Siapa yang mau mengurusi NU, saya anggap ia santriku. Siapa yang jadi santriku, saya do’akan husnul khotimah beserta anak cucunya.”

Agaknya pesan hadlratus syeikh tersebut sangat membekas dan terpatri dalam hati para nahdliyyin di seantero dunia, sehingga mereka senantiasa semangat memakmurkan NU dengan beragam “ekspresi” sesuai dengan kapasitas keahliannya masing-masing.

NU yang nge-Hits

Pada beberapa tahun terakhir, NU sedang “naik daun”. Nahdliyyin yang notabene dihuni oleh kaum santri ini telah mempunyai hari nasional, yaitu Hari Santri. Wakil presiden RI saat ini, Prof. KH. Ma’ruf Amin, merupakan seorang nahdliyyin. Wakil presiden organisasi agama sedunia sekarang juga adalah orang nahdliyyin, yakni Prof. KH. Said Aqil Siroj, yang juga sebagai ketua umum PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama).

Baca juga:  Musyawarah Sufi di Meja Makan

Selain itu, NU sekarang ini sudah mendunia. Buktinya adalah diselenggarakannya acara silaturrahim PCINU Sedunia dan beberapa webinar internasional yang melibatkan kerjasama antar PCINU (Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama) dari berbagai belahan dunia, media-media NU yang populer, serta yang lainnya. Para nahdliyyin dewasa ini juga sudah menunjukkan karakter militan yang progresif dan integral. Tentu saja yang seperti ini sangat positif bagi NU dan juga keutuhan negara Republik Indonesia, yang mana pada saat ini sedang dihadapkan dengan beberapa kelompok radikal dan golongan pemecah belah ummat.

“Wajah” Nahdliyyin Malaysia

Salah satu dari sekian banyak nahdliyyin yang sangat militan dalam melestarikan amaliyah dan faham ke-NU-an ialah Nahdliyyin Malaysia. Nahdliyyin Malaysia adalah orang-orang NU yang berada di Malaysia. Nahdliyyin Malaysia ini terdiri dari tiga golongan. Pertama, warga negara Indonesia yang berdomisili di Malaysia; kedua, warga negara Malaysia yang mempunyai garis keturunan dari Indonesia; dan yang ketiga, warga negara Malaysia yang tidak mempunyai silsilah keturunan dari Indonesia.

Secara umum, nahdliyyin golongan pertama mensyiarkan NU melalui PCINU (Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama) Malaysia. Nahdliyyin golongan kedua melalui PNUKS (Pertubuhan Nahdlatul Ulama Kuala Lumpur-Selangor). Sedangkan nahdliyyin golongan ketiga melalui NA’AM (Nahdlatul Ulama Malaysia). Ketiga golongan nahdliyyin ini saling melengkapi dan saling menguatkan dalam usaha memakmurkan manhaj NU di Malaysia.

Baca juga:  Panglima Santri dalam Tinjauan KBBI

Golongan pertama, yakni warga negara Indonesia yang berdomisili di Malaysia, terdiri dari dua kalangan besar, yaitu para pekerja migran dan para pelajar. Nahdliyyin Malaysia dari golongan pertama ini cukup mudah dalam melestarikan amaliyah NU seperti tahlilan, yasinan, istighotsah, dan pengajian kitab. Adanya kemudahan itu dikarenakan adanya kesamaan amaliyah dengan warga negara Malaysia, yang mempunyai faham ahlus sunnah wal jama’ah sebagaimana NU yang ada di Indonesia.

Di samping itu, nahdliyyin Malaysia yang masuk kategori pertama ini mempunyai keleluasaan dalam mengadakan kegiatan-kegiatan besar dan bersifat publik melalui satu “wadah” besar yaitu PCINU Malaysia. PCINU Malaysia ini memiliki keabsahan menjalankan aktifitas organisasi secara terbuka karena berada di bawah naungan PNUKS (Pertubuhan Nahdlatul Ulama Kuala Lumpur) yang merupakan organisasi legal (terdaftar) di kerajaan Malaysia.

Nahdliyyin Malaysia dari golongan pertama, baik yang berprofesi sebagai pekerja maupun pelajar, mempunyai visi dan misi yang sama dalam berkhidmat di NU. Mereka saling bekerjasama dan mendukung setiap agenda yang diadakan oleh Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Malaysia. PCINU Malaysia ketika menyelenggarakan agenda-agenda besar selalu melibatkan banom-banomnya antara lain, PCI Muslimat Malaysia, PCI Fatayat Malaysia, PCI Pagar Nusa Malaysia, PC GP Ansor Malaysia, Banser Malindo Malaysia, dan KMNU (Komunitas Mahasiswa Nahdlatul Ulama) Malaysia. Kerjasama antara PCINU Malaysia beserta banom-banomnya ini menunjukkan betapa kompak dan harmonisnya mereka dalam menguatkan solidaritas bersama sebagai warga nahdliyyin yang berdomisili di Malaysia.

Baca juga:  Hamdan atau Hamadan?: Tentang Kota dan Ulama

Selain itu, ada juga organisasi-organisasi yang tidak masuk sebagai banom PCINU Malaysia tetapi ikut aktif berjuang bersama dengan PCINU Malaysia, karena orang-orang yang aktif dalam organisasi tersebut merupakan para nahdliyyin juga, yaitu PMII (Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia) Malaysia, Gusdurian Kuala Lumpur, Lazinu Malaysia, dan GMNU (Generasi Muda Nahdlatul Ulama) Malaysia.

Semoga Allah SWT senantiasa meridhai niat baik para nahdliyyin Malaysia dan nahdliyyin dimana pun berada, untuk tetap itiqamah semangat mengabdi di NU, melestarikan, dan memakmurkan NU dengan segenap kesungguhan hati dengan landasan mahabbah kepada guru Ruhani, Hadratus syeikh KH. Hashim Asy’ari, sebagai washilah menjadi ummat yang dicintai Rasul pujaan hati, Nabi Muhammad SAW., sehingga sampai kepada cinta yang murni menuju Ilahi Rabbi. Aaamiin. [].

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top