Sedang Membaca
Humor: Juha Si Keras Kepala

Alumni Pondok Pesantren Gontor yang kini sedang menempuh pendidikan di Universitas Al Azhar, Cairo Mesir.

Humor: Juha Si Keras Kepala

20170819 Bkp504 0

Suatu hari Juha sedang duduk-duduk santai di beranda rumah. Tak lama, ia baru ingat bahwa keledainya ternyata belum diberi makan. Melihat istrinya yang juga sedang duduk, ia pun berkata pada istrinya, “Berdirilah, dan berilah makan keledai!”

Karena sudah banyak mengerjakan urusan domestik, sang istri pun menolak, “Berdirilah kamu, dan berilah makan keledai juga!”

Juha yang sedang malas tetap bersikukuh tidak mau memberi makan keledainya. Pertengkaran dan adu mulut akhirnya terjadi karena tak ada yang mau mengalah dan memberi makan keledai.

Setelah lelah bertengkar, dibuatlah kesepakatan: Siapa yang pertama berbicara akan memberi makan keledai tersebut.

Juha pun duduk di pojok ruangan, hingga beberapa jam berlalu masih juga tak ada suara darinya. Ia betul-betul tak bergerak maupun berbicara. Melihat kelakuan Juha, istrinya pun marah dan meninggalkan juha untuk pergi ke tetangganya. Lalu ia pun menceritakan kelakuan suaminya kepada tetangganya, yang ditanggapi pendek, “Dia kan memang keras kepala!”

Pada saat yang sama, ada seorang pencuri yang masuk ke rumah Juha. Ketika masuk, rumah Juha sangat sepi, tak ada suara, yang membuat pencuri yakin bahwa tidak ada siapa pun di rumah itu.

Namun sang pencuri agak terkejut karena waktu memasuki suatu ruangan, ia melihat Juha berada di pojokan. Menariknya, Juha sama sekali tidak peduli dengan kegaduhan yang ditimbulkan olehnya. Sang pencuri pun dibuat bingung, dan pada awalnya mengira bahwa Juha sedang sakit, yang membuatnya tak bisa berbicara maupun bergerak.

Baca juga:  Fatwa Abu Nawas kepada Ahli Fikih

Merasa aman, si pencuri pun mengumpulkan barang-barang berharga yang ada di ruangan Juha. Dan ini yang membuat kita geli: sampai pada akhirnya si pencuri mengambil sorban di atas kepala Juha untuk mengetes apakah Juha dapat berbicara atau tidak. Apa yang dilakukan Juha?

Ternyata Juha masih juga tidak bergerak. Ia betul-betul diam seribu bahasa, seperti orang yang baru dikutuk jadi batu.

Diuntungkan dengan kondisi yang sedang dialaminya, sang pencuri pun mengambil juga sorban Juha, serta mengumpulkan semua barang berharga, dan bergegas kabur meninggalkan Juha tetap berada di tempatnya.

Setelah beberapa saat, masuklah anak tetangganya dengan membawa semangkok makanan. Melihat Juha duduk dan tidak bergerak, si anak tetangga pun berkata, “Aku telah diutus istrimu untuk membawakan makanan ini. Karena pasti kamu saat ini sedang lapar.”

Juha masih saja tidak mau berbicara, ia malah menunjuk kepalanya agar anak tetangganya mengerti bahwa ia sudah kehilangan sorban, dan rumahnya juga baru saja kemalingan. Tetapi anak tetangganya tersebut tidak mengerti apa yang ia maksud, ia malah meletakkan mangkok makanan yang dibawanya tersebut di atas kepala Juha.

Tak menunggu lama, mangkok tersebut jatuh, dan makanan yang di dalamnya bertetesan mengenai wajah, dagu, hingga badannya. Walaupun seluruh tubuhnya sudah basah dan belepotan makanan, ia tetap saja diam dan tak berbicara.

Baca juga:  Cara Sufi Menilai Orang Lain

Melihat kondisi Juha, anak tetangganya tadi pulang, lalu menceritakan apa yang terjadi pada Juha dan rumahnya yang kosong melompong pada istri Juha. Kesal dengan peristiwa yang baru saja terjadi, ia pun bergegas menuju rumahnya.

Di pojok ruangan, ia melihat Juha dengan kondisi kotor akibat ketumpahan makanan yang tetap santai duduk, tak bergerak layaknya patung, padahal rumahnya sudah kosong melompong karena barang-barang mereka dibawa lari pencuri. Sontak, sang istri pun marah tak karuan dan menyerbu Juha dengan segala amukannya, “bagaimana bisa maling itu masuk? Apa yanng terjadi?!”

Alih-alih menjelaskan apa yang terjadi, Juha malah berkata dengan santai, “pergilah dan berilah makanan keledai! Kamu sudah kalah karena berbicara terlebih dulu, lalu berhentilah menjadi keras kepala dan turuti perintah suamimu.”

Mendengar perkataan suaminya, sang istri pun langsung melempar sandal karena kesal! (Diadaptasi dari cerita Syekh Abdur Rauf)

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
3
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top