Hasna Azmi Fadhilah
Penulis Kolom

Peneliti dan pemerhati politik yang tinggal di Jatinangor Sumedang. Bisa dijumpai di akun Twitter @sidhila

Mo Salah dan Kontroversi Pohon Natal

Whatsapp Image 2019 12 26 At 9.40.47 Pm

Pada tanggal 25 Desember 2019 yang lewat, pesepakbola asal Mesir, Mohamed Salah memajang foto diri dan keluarganya di akun Instagram @mosalah, disertai keterangan gambar dua emoticon pohon natal. Tak urung, umat muslim yang belum usai memperdebatkan boleh tidaknya mengucapkan selamat Natal, pun ikut meradang melihat foto itu.

Berbagai komentar negatif dengan cepat membanjiri kolom komentar penyerang sayap klub Liga Inggris, Liverpool, ini. Satu akun menilai Salah sedang mengampanyekan kesyikiran, karena natal sejatinya adalah klaim terhadap kelahiran Isa  Al-Masih yang dikultuskan sebagai anak Tuhan. Akun itu turut prihatin pada Salah, bagaimana ia nanti dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya tersebut di hadapan Ilahi.

Whatsapp Image 2019 12 26 At 9.42.01 Pm
Beberapa komentar miring di postingan akun IG @mosalah

Akun lainnya dengan nada sama menyatakan kesedihan terhadap apa yang ia lihat. Ia bahkan membandingkan Salah dengan Christiano Ronaldo yang tidak pernah merayakan Lebaran (Idul Fitri). Pada kalimat selanjutnya, ia memperingatkan Salah bahwa yang ia lakukan itu termasuk dosa besar, karena hal itu berarti ia turut berbahagia dalam perayaan Natal.

Padahal sebagai muslim, Salah justru seharusnya menceramahi mereka dengan menyatakan bahwa keyakinan mereka itu salah besar. Sebagai pamungkas, akun itu  menutup sindirannya dengan peringatan keras kepada pria Mesir tersebut, “anyway you have the judgment day!”

Baca juga:  Merayakan Natal Bersama Gus Dur

Membaca berbagai cibiran yang mengalir deras ke akun Mohamed Salah, saya pun dibuat geleng-geleng kepala. Seakan memperingatkan diri sendiri bahwa “pekerjaan rumah” internal di kalangan umat muslim sepertinya belum kunjung selesai. Bagaimana tidak? Baru melihat gambar tiga orang individu di depan pohon natal saja, asumsi umat sudah tak karuan.

Bukankah bisa jadi, foto itu bukan diambil di dalam rumahnya? Atau tidakkah kita mau berhusnudzon,  berprasangka baik dulu, jika itu memang di rumahnya, ia hanya ingin menjadikannya hiasan rumah, bukan untuk merayakan natal. Toh, pemasangan pohon natal sendiri sebenarnya penuh kontroversi di kalangan umat Kristen sendiri.

Beberapa aliran gereja  dulu pernah mengharamkan tradisi pohon natal karena dianggap sebagai salah satu elemen penting dalam upacara pemujaan dewa matahari yang identik dengan penyembahan berhala. Bahkan, pada awalnya pemerintah Jerman sempat memutuskan untuk mendenda siapa pun yang memasang pohon cemara sebagai pohon natal.

Dalam perkembangannya, kebijakan tadi berlaku surut karena surat kabar London News edisi Desember 1848 menampilkan ilustrasi Pangeran Albert dari Jerman, Ratu Victoria dari Inggris, dan anak-anaknya dengan latar pohon cemara saat merayakan natal di Windsor Castle.

Meski Pangeran Albert sendiri tidak pernah memperkenalkan tradisi pohon natal, namun sirkulasi gambar dari keluarga kerajaan yang merambah ke ranah publik tersebut membuat budaya memasang pohon natal di dalam rumah dan mendekorasinya menjadi semakin populer. Tidak hanya itu, karena digambarkan secara apik, foto keluarga harmonis tadi juga mempromosikan natal sebagai waktu tepat untuk kumpul keluarga.

Baca juga:  Absennya Kewargaan (Citizenship) di Pemilu Pasca Orde Baru?

Sejak saat itu, natal pun ditandai sebagai festival yang paling ditunggu-tunggu dalam Kalender Victoria sebagai momentum untuk menguatkan hubungan kekeluargaan, memperbanyak donasi pada kristus, dan menyebarkan nilai-nilai kebaikan kepada sesama.

Walau sebenarnya tradisi menghias pohon natal dengan lilin dan hadiah-hadiah sudah dimulai ketika Ratu Charlotte berkuasa di abad ke-18. Di Windsor, menjelang natal adalah hari-hari sibuk dimana keluarga kerajaan akan menyiapkan pohon hias, bukan hanya untuk mereka saja, tapi juga dibagikan kepada sekolah-sekolah dan barak-barak tentara.

Kini, setelah natal menjadi komoditas besar industri, tradisi pohon natal pun tidak hanya diadopsi di Inggris Raya, tapi juga ke Amerika. Bahkan variasi hiasan pohon natal sudah semakin beragam, tidak hanya simbol bintang, tapi juga pernak-pernik Santa Claus dan tinsel (sejenis tali berumbai).

Di beberapa belahan dunia lain, memasang cemara sebagai pohon natal malah bukan tradisi umum. Di India, pohon pisang dan mangga kerap lebih dipilih sebagai simbol perayaan kelahiran Yesus. (SI)

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
1
Senang
1
Terhibur
2
Terinspirasi
0
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top