Dengan mewabahnya virus Corona, beberapa masjid dan musala meminta jamaah saat salat agar menjaga jarak kurang lebih satu meter. Isu kelonggaran jarak karena Corona ini malah mengingatkan saya akan cerita lucu dosen senior yang juga punya masalah kerapatan saf dengan seorang anak muda yang baru hijrah ketika salat berjamaah.
Petang itu, Pak Haji Sule berjalan tergopoh-gopoh menuju masjid, ia khawatir terlambat untuk salat Maghrib berjamaah. Ketika sampai, imam sudah melantangkan takbir memulai rakaat pertama.
Segera, bapak berusia 60 tahun tersebut bergabung dengan barisan salat yang sudah terbentuk. Ia kemudian berdiri di sebelah anak muda tinggi besar yang sudah terlebih dulu memulai saatnya.
Usai mengucapkan niat, ia sempat terkaget karena kaki anak muda yang agak basah tersebut ‘merangsek’ rapat ke jempol kakinya. Ia tengok ke bawah dan menggeser sedikit agar tak terlalu menempel, eh si anak muda bukannya mengundurkan kaki, malah mendesak ke arah kakinya. Karena malas bergerak, ia biarkan saja itu terjadi. Dalam hati, masih ada rakaat kedua nanti.
Usai bangun sujud dan masuk rakaat kedua, kaki anak muda tadi bergerak layaknya singa mengintai mangsa, cepat dan tepat sasaran mengarah ke tepi kakinya. Sadar terlalu rapat, ia geser telapak kakinya perlahan-lahan supaya si pemuda paham ia merasa tak nyaman.
Sayangnya, bukan malah berkurang kerapatan, jemari kaki si pemuda bagaikan ulat bulu yang bergelak tangkas menempel telapak kakinya. Semakin digeser, semakin gesit pula jemari kaki orang di sebelahnya ini mengikuti ayunan kaki si orang tua. Bapak tua itu pun membatin dalam hati, “mau sampai kapan kaki anak ini begini?”
Pada rakaat terakhir, situasi sama masih terjadi. Kali ini, kaki kiri Pak Sule tidak hanya bergeser, tapi ia hantamkan ke tanah agak perlahan setelah gerakan awal. Niatnya, agar anak muda di sebelahnya mau mengerti apa keinginannya. Yang parah, bukan malah paham, setelah kaki kiri Haji Sule turun ke bawah, kaki sang pemuda yang gesit justru malah menginjak jempol kolega senior saya. Tak pelak, ia hampir saja berteriak kesakitan karena jempolnya kena injak, untung ia sadar salat jamaah masih berjalan dan ia hanya bisa meringis kesakitan sambil bergumam pada jamaah sebelahnya, “Kampret, salat saya jadi berantakan!”