Sedang Membaca
‘Gus’ Ousmane Dembélé: Akankah Terpilih sebagai Ballon d’Or?
Hasna Azmi Fadhilah
Penulis Kolom

Peneliti dan pemerhati politik yang tinggal di Jatinangor Sumedang. Bisa dijumpai di akun Twitter @sidhila

‘Gus’ Ousmane Dembélé: Akankah Terpilih sebagai Ballon d’Or?

Ousmane Dembélé: Akankah Terpilih sebagai Ballon d’Or?

“I’ve fought hard to get where I am”

Paris Saint-Germain atau PSG, akhirnya mengangkat tropi Liga Champions. Pencapaian ini, membuat ia tidak akan lagi diejek sebagai klub kaya raya, tetapi prestasi cuma “lokal Prancis”. Siapa pemain yang harus dicatat dalam kemenangan laga final PSG kontra Inter Milan di Allianz Arena tadi malam?

Salah satunya adalah Ousman Dembélé, lelaki kulit hitam yang tanggal 15 Mei kemarin berulang tahun ke-28. Dalam kemenangan “lima nol”, penyerang tengah ini memang tidak mencetak gol, tetapi 2 asisnya tadi malam, menunjukkan kedewasaannya sebagai bintang. Tentu saja, 8 gol dan 6 asis sepanjang UCL 20024/2025, akan dikenang muhibbin PSG sepanjang sejarah.

Memang, menyerah tampaknya bukan tabiat Ousmane Dembélé. Striker timnas Prancis berdarah Mauritania itu digadang-gadang sebagai salah satu kandidat kuat peraih Ballon d’Or. Pencapaian tersebut tidak datang dengan mudah. Di balik penampilan gemilangnya pada musim 2024/2025—dengan torehan 33 gol dan 14 assist dalam 46 pertandingan di semua kompetisi—tersimpan perjalanan panjang penuh rintangan, terutama cedera yang berulang kali menghantamnya. Baru setelah melewati masa-masa sulit itulah talenta taktis dan kecantikannya dalam bermain kembali bersinar bersama PSG.

Sejumlah pengamat dan mantan pemain, seperti Emmanuel Petit, secara terbuka mendukung Ousmane Dembélé untuk memenangkan Ballon d’Or 2025. Petit memuji transformasi Paris Saint-Germain (PSG) menjadi tim yang lebih kolektif, serta menyoroti peran sentral Dembélé dalam kesuksesan tersebut. Bahkan, para penggemarnya percaya bahwa Dembélé bisa saja secemerlang Lionel Messi—jika ia tidak menjadi pasien langganan klinik Barcelona. Namun, apa daya mungkin baru sekarang waktunya ia berjaya. Karena itu, pemain kelahiran 15 Mei 1997 di Vernon, Prancis, yang kini berseragam biru PSG, perlu membuktikan segalanya di Allianz Arena.

Baca juga:  Agama Welas Asih

Dukungan Keluarga dan Peran Agama

Kebangkitan Dembele dengan performanya yang meyakinkan tak lepas dari bagaimana ia menghadapi masa sulit. Di tengah berbagai cedera dan tekanan, ia terus berjuang untuk berkembang, dikelilingi oleh orang-orang terdekat. Keluarga, khususnya sang ibu, menjadi pilar utama dalam perjalanan karier dan hidupnya—baik saat melewati badai cedera, maupun ketika ia mulai menapaki dunia sepak bola di usia muda.

Seperti halnya banyak keluarga imigran dari Afrika Barat yang hijrah ke Prancis demi kehidupan yang lebih baik, kedua orang tua Dembélé—Ousmane Snr dan Fatimata—bekerja keras demi masa depan anak-anak mereka. Meski membesarkan anak-anak dengan disiplin, termasuk mengajarkan salat dan mengaji sejak dini, mereka tidak pernah memaksakan kehendak, terutama dalam hal minat dan cita-cita. Soal masa depan, mereka menyerahkan sepenuhnya kepada Ousmane dan kedua adiknya.

Contoh nyata dukungan itu terlihat ketika Dembélé berusia enam tahun. Fatimata mengambil keputusan berani: ia membawanya dari Vernon ke Rennes, timur laut Prancis, untuk bertemu pamannya, Badou Sambagué—mantan pesepakbola dan sosok panutan yang juga menjadi agen Dembélé. Di sanalah Dembélé diperkenalkan pada klub Madeleine Évreux, tempat ia memulai karier juniornya pada tahun 2004. Langkah ini bukan sekadar perpindahan lokasi, melainkan bentuk nyata keyakinan Fatimata terhadap potensi sang anak.

Baca juga:  Ketika Toleransi Menjadi Ideologi Resmi Negara

Peran Fatimata tidak berhenti pada dukungan moral. Ia menjadi sosok kunci dalam berbagai keputusan profesional Dembélé, termasuk dalam urusan negosiasi dan kontrak. Ketajamannya dalam dunia sepak bola membuatnya dihormati banyak pihak. Menurut The Guardian, Fatimata adalah figur penting di balik semua kesepakatan karier Ousmane, mulai dari penandatanganan kontrak profesional pertama di Rennes, hingga kepindahan ke Borussia Dortmund dan FC Barcelona. Kehadirannya di momen-momen penting membuktikan peran gandanya sebagai ibu sekaligus manajer.

Pengasuhan penuh nilai dari sang ibu juga membentuk karakter Dembélé. Sejak kecil, ia diajarkan untuk disiplin dalam menjalankan ibadah, terutama salat lima waktu—kebiasaan yang masih ia jaga hingga kini. Meski namanya terus meroket, ia tetap rendah hati dan jarang tersandung kontroversi di luar lapangan. Bahkan setelah memenangkan Piala Dunia 2018, Dembélé mendonasikan sebagian hadiah uangnya untuk pembangunan masjid di Mauritania, tanah kelahiran ibunya.

Sosok Dermawan di Dalam dan Luar Lapangan

Kebaikan hati Dembélé tak berhenti di situ. Ia dikenal aktif dalam kegiatan sosial, membantu anak-anak kurang mampu, dan mendukung berbagai program pengentasan kemiskinan. Dalam dunia sepak bola pun ia menunjukkan jiwa sosialnya. Dua tahun lalu, ia menyumbangkan €100.000 kepada klub masa kecilnya, Evreux FC 27, yang sedang menghadapi kesulitan finansial. Donasi ini sangat berarti, terutama ketika klub mengalami pengurangan poin akibat krisis keuangan.

Baca juga:  Bedug: Dari Tambur Perang hingga Polemik Dua Ulama

Pada 25 Mei lalu, Dembélé bersama Desire Doue mengunjungi Akademi Rennais. Kunjungan itu menjadi ajang reuni sekaligus inspirasi bagi para pemain muda yang tengah membangun mimpi mereka. Kehadiran Dembélé menunjukkan bahwa ia tak melupakan akar dan latar belakangnya—sekaligus mencerminkan kerendahan hati yang ia pegang teguh.

Kini, kita semua menanti, apakah Ballon d’Or akan menghampiri Ousman Dembélé? Semoga saja. Tetapi jika tidak, mari kita sematkan ia sebuah gelar: Gus. Gelar amat pantas, daripada disandang orang yang tidak jelas prestasinya toh?

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
4
Ingin Tahu
1
Senang
2
Terhibur
2
Terinspirasi
2
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top