Biasa jika jenuh, penguasa ingin jeda dari tugas-tugas yang memberatkan, maka memilih orang-orang menemaninya untuk sekedar menemani minum teh di taman istana, atau mengundang para pendongen untuk membaca kisah-kisah di aula istana, hingga memancing di lautan lepas. Nah, kali ini sang penguasa meminta Nasruddin Hoja menemaninya keliling kota.
Singkat kisah, penguasa dan Nasruddin meluncur pelan-pelan dengan delman yang ditarik dua ekor kuda. Pas sampai di perempatan kota, delman itu diminta berhenti. “Berhenti sejenak wahai Pak Kusir,” perintah penguasa.
“Ayuk kita turun dulu Nasruddin!” penguasa mengajak Nasruddin turun. Dan sejurus kemudian, dua orang itu mengitari sudut-sudut kota.
“Nasruddin, apakah kau setuju jika di sana dibangun patung saya yang besarnya lim kali lipat dari wujudku yang asli?” Penguasa mengutarakan niatnya sambil menunjuk sudut kota yang strategis.
“Terserah engkau Wahai Tuan. Ini negeri Tuan. Lakukan apa yang Tuan berkehendak. Di depan patung itu mau dikasih tulisan dengan ‘Raja Ini Lebih Hebat dari Namrudz’ juga tidak masalah.”