Susah sekali diverifikasinya kisah ini, namun, sepertinya derajat riwayat kisah ini “mutawatir”, buuuanyak orang meriwayatkannya kisah almarhum Gus Im (Kiai Hasyim Wahid) dengan Cak Sayuri, aktivis NU dari Madura yang legendaris itu. Bagaimana kisahnya?
Suatu hari, Gus Im datang ke kantor NU yang ada di Matraman، tempat sehari-hari Cak Sayuri berada. Hendak masuk halaman, Gus Im bertemu Cak Sayuri. Kontan adiknya Gus Dur berhenti dan minta tolong Cak Sayuri markirin mobilnya.
“Waduuh.. Maaf Gus, saya tidak bisa nyetir mobil..” kata Cak Sayuri.
“Masya Allah! Sampean ini sudah lama di Jakarta kok ndak bisa nyetir..” Gus Im berkata dengan nada kecewa. Namun sejurus kemudian Gus Im bersimpati dengan memberi beberapa lembar uang pecahan seratus ribu.
“Nih, buat kursus nyetir,” Gus Im memberi solusi.
Cak Sayuri sumringah, dikantongilah uang pemberian cucu pendiri NU ini. Almarhum memang dikenal mudah akrab dengan aktivis NU, juga gampang memberi bantuan finansial. Gus Im paham betul situasi keuangan para aktivis NU yang berasal dari berbagai daerah itu.
Sebulan kemudian, Gus Im datang lagi ke kantor NU dan di sana ada Cak Sayuri, memang sehari-hari di situ. Saat datang, Gus Im tidak minta bantuan markirin mobil. Dia melakukannya sendiri.
“Hi Gus.. Apa kabar?” Cak Sayuri menyapa duluan. Gus Im yang memang friendly sama semua aktivis NU menyapa balik dengan hangat.
Cak Sayuri gembira, Gus Im tidak meminta markirin mobilnya. “Alhamdulillah, Gus Im lupa nyuruh saya kursus nyetir. Untung saja dia langsung masuk ruangan,” cerita Cak Sayuri pada temannya.
Tapi saat mau meninggalkan kantor NU, Gus Im nyari Cak Sayuri. “Waduh, gawat! Pasti Gus Im akan nguji saya bisa nyetir atau belum,” Cak Sayuri.
Benar saja, Gus Im minta Sayuri mundurin mobil sampai depan kantor. “Tolong mundurin, Cak..” Gus Im sambil kasih kunci.
“Maaf Gus.. Saya belum bisa mundur…” Cak Sayuri menolak dengan kasih alasan.
“Kan bulan lalu sudah saya kasih uang untuk kursus nyetir..” Gus Im musykil.
“Anu Gus.. Anu..” Cak Sayuri gagap.
“Anu gimana?” Gus Im mengejar.
“Anu Gus, bulan lalu uangnya cuma pas buat kursus maju. Jadi belum kursus mundur..” Cak Sayuri menjawab dengan mengajukan “proposal”.
Gus Im tidak marah. Ia tertawa terbahak sambil ngasih duit lagi: Ini, buat kursus mundur, belok kanan dan belok kiri.