Humor ini, mungkin menjadi humor Gus Dur yang paling tragis, kelam, dan pelik sekaligus. Gus Dur, menyampaikan kisah ini –saya ganti memakai kata “kisah”, bukan “humor”– dalam seminar ulang tahun Teater Populer di Bentara Budaya, Jakarta.
Gus Dur mengaku, ada seorang ABRI berpangkat Mayor bercerita bahwa dirinya harus membunuh dan menembaki anggota PKI. Sebelum mengekskusi, sang Mayor bertanya, “Kamu PKI ya?”
Sang korban menjawab, “Bukan Ndoro, saya BTI (Barisan Tani Indonesia).”
Saya ingin tertawa membaca kisah ini, tapi saya urungkan, mengingat itu tragedi. Dan saya juga menangkap nada keprihatinan saat Gus Dur bercerita.
“Dari situ terlihat bahwa ternyata orang tersebut tidak bisa membedakan apa itu PKI dan apa itu BTI. Kalau demikian, lalu apa ideologinya?” kata Gus Dur, seperti yang didokumentasikan dalam buku “Pergulatan Negara, Agama, dan Kebudayaan”.
Kisah di atas disampaikan Gus Dur dalam konteks meminta para seniman (teater) untuk menggali sejarah-sejarah masa lampau atau peristiwa-peristiwa. Sejarah disajikan dalam rangka menggali psikologi, watak, karakter manusia, utamanya dalam urusan politik.