Ini humor anyar, setidaknya buat saya. Ya, saya baru mendengarnya beberapa hari lalu. Penceritanya karib lawas di Jakarta, Abi S. Nugroho.
Dia cerita, seseorang bernama Aang pernah mengajukan sebuah program kepada Gus Dur. “Guyon Bersama Gus Dur,” demikian nama programnya. Guyon itu sinonim dari humor, canda, kelakar, dan lain-lain. Guyon bisa dikatakan juga tidak serius, meskipun tidak sedikit guyon yang serius.
“Serius tetapi dilakukan dengan bercanda,” begitu para pembuat guyon sering mengatakan bahwa materi guyonnya serius.
“Gus, saya ingin bikin program, tokohnya sampean,” Aang mengajukan “proposal”.
“Apa?” tanya Gus Dur, serius, tetapi juga datar-datar saja.
“Guyon Bersama Gus Dur,” jawab Aang dengan mantap.
“Wah, bagus itu. Kita sekarang ini perlu guyon lebih banyak..” Gus Dur merespons dengan positif.
Aang bergairah, idenya disambut Gus Dur, tokoh pujaannya yang memang dikenal suka guyon.
Aang mengajukan anggaran sebesar 100 juta untuk modal. Gus Dur tidak mengiyakan, tetapi juga tidak menolak. Hanya saja, mantan presiden RI ini meminta Aang datang lagi pekan depan, di kantor PBNU. Tetapi Gus Dur sempat bertanya, “100 juta untuk guyon ya?”
“Iya, Gus..” jawab Aang.
Pekan depannya, Aang datang ke kantor PBNU, sowan Gus Dur untuk menagih anggaran program “Guyon Bersama Gus Dur”.
“Aang, Gus..” Aang menyalami Gus Dur, tak lupa menyebutkan namanya.
“Bagaimana Gus, anggaran 100 juta…?”
“Ndak ada..”
“Ndak ada bagaimana, Gus..”
“Ya kan kita cuma guyon, tidak serius.. Ya ndak ada..”