Akhir Januari 2001, Presiden Gus Dur melakukan lawatan ke negeri tetangga, Australia. Untuk menghemat biaya perjalanan, rombongan presiden menggunakan pesawat boeing 707 buatan 1970 milik TNI AU, bukan pesawat sewaan miliki Garuda seperti biasa. Gus Dur ingin menunjukkan, perjalanannya adalah perjuangan, bukan plesiran seperti tuduhan para politisi atau pengamat yang politis.
“Boleh dibilang Gus Dur nekat itu, perjalanan tujuh jam kok pakai pesawat tua,” kata Bambang, wartawan yang ada dalam rombongan. Bambang adalah wartawan istana. Dia baru saja cerita dalam satu webinar, baru-baru ini.
Bambang mengatakan, satu mesin pesawat mati saat melewati Bali atau dua jam setelah take off dari Bandara Halim di Jakarta. “Ya namanya mati mesin, meski satu dan masih ada tiga mesin lagi, ya tetap oleng, labil,” Bambang bercerita.
Baca humor Gus Dur:
Pesawat akhirnya mendarat di Kota Darwin, bukan di Canberra, sebagaimana rencana. Tujuan Gus Dur dan rombongan ke pusat pemerintahan Australia, menemui John Howard, Perdana Menteri Waktu itu.
“Pak Presiden, mesin pesawat mati. Terasa tidak,” tanya Bambang pada Presiden Gus Dur setelah mendarat.
“Tidak. Biasa saja. Saya tidur, baru bangun setelah mendarat,” jawab Gus Dur seperti tidak ada sesuatu yang khusus