Apa yang dilakukan santri tidak berjumpa? Yang pertama tentu saja saling bertanya kabar. Yang kedua makan ramai-ramai. Potong ayam, malam-malam pun dilakukan. Kalau ada persiapan, dan ada rezeki, tuan rumah akan pesan kepala kambing untuk digulai. Tapi jika hanya ada sambel terong pun, tak akan mengurangi kebahagiaan mereka. Selain itu, apalagi?
Humor. Iya, saling melempar humor. Tidak afdol kalau tidak tertawa, apapun kondisinya.
Nah, ini humor dua santri yang 25 tahun tidak berjumpa. Saat berjumpa, mereka sudah jadi kiai di daerah masing-masing.
Sebutlah Kiai Hamid, 60 tahun, mengasuh pesntren dengan 300 santri. Satunya Kiai Abdullah, 60 tahun juga, tidak punya pesantren, tapi seorang mubalig kondang. Ceramahanya selalu diikuti ribuan orang.
“Kang Dul, ente ceramah di tempatku ya, bulan Ruwah nanti. Biasa, khataman,” ajak Kiai Hamid.
“Wah, senang sekali. Beres, Kang,” jawab Kiai Abdullah.
“Tapi gak mengharap honor loh. Yang khataman Cuma 30 orang, itu pun gratis. Gak ada yang bayar mereka,” kata Kiai Hamid.
“Beres, Kang. Sudah biasa saya tidak dikasih honor. Tapi ya itu, kalau tidak pakai honor, biasanya yang saya sampaikan di pengajian hadisnya hadis palsu,” jawab Kiai Abdullah.