Sedang Membaca
Sebuah Keyakinan
Hajriansyah
Penulis Kolom

Penulis Sastra. Meminati seni dan dunia sufi

Sebuah Keyakinan

Whatsapp Image 2024 03 16 At 05.46.34

Muraqabah adalah merasakan pengawasan Tuhan dalam setiap gerak hati, seperti halnya kepekaan kucing dalam mengawasi buruannya. Allah berfirman dalam Q.S. al-Ahzab: 52, “Dan Allah Mahamengawasi atas segala sesuatu”. Dia-lah Ar-Raqib, Yang Maha Mengawasi.

Imam Qusyairi dalam ar-Risalah menyebut sabda Nabi Saw, dalam hadis tentang Ihsan, “… Jika engkau tak bisa melihat-Nya (dalam ubudiyahmu), maka sesungguhnya (rasakanlah) Dia Melihatmu,” sebagai isyarat tentang kondisi Muraqabah. Ketika muraqabah rusak–merasa seolah-olah tak ada pengawasan Tuhan lagi dalam setiap keadaannya, maka hilanglah kehendak berbuat taat.

Demikianlah iman jadi berkurang, dan berangsur-angsur menipis dan bisa jadi hilang, karena mengerjakan maksiat (lawan dari taat). Ia merasa bebas dari pengawasan Allah. Sebaliknya, imannya terus bertambah dengan ketaatan, karena kesadaran akan perintah Tuhan dan bahwa Dia selalu mengawasi hamba-Nya dalam setiap keadaan–kala sendiri maupun di saat ramai.

Nabi Saw bersabda, “Seorang pezina tak akan berzina jika ia beriman…” Demikian, bahkan orang jahat sekalipun, jika ia beriman kepada Tuhan dan sadar bahwa Tuhannya tengah mengawasinya ia tak akan berani melakukan kejahatan. Ia berani melakukan kejahatan atau keburukan, karena tidak merasakan adanya pengawasan dari Yang Mahamengawasi. Ketika tergerak hati dengan Perintah Ilahi disertai usaha mengerjakan perintah tersebut, sempurna imannya kepada Allah.

Baca juga:  Abdurrahman ibn Auf: Sahabat Crazy Rich yang Membeli Surga

Melakukan kedurhakaan, dengan tidak melaksanakan perintah Tuhan, adalah kekufuran bagi Ahli Yakin. Karena dengan tak melaksanakan taat ia merasa keyakinannya kepada Allah telah cacat, sebab hilang muraqabahnya. Inilah standar adab terhadap Tuhan yang tinggi, di mana hal yang belum termasuk pengingkaran (kufur) bagi para Abrar sudah merupakan kejahatan bagi para Muqarrabin untuk dirinya.

Abrar adalah orang-orang saleh yang taat beribadah, sedangkan Muqarrabin adalah para pecinta yang ingin selalu dekat pada Tuhannya. Standar mereka adalah ubudiyah, bahkan bisa jadi ubudah, dalam penghambaan yang tulus kepada Allah.

(Disarikan dari Risalah Fathur Rahman Bisyarhi Risalatil Waliyyir Ruslan, karya Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari)

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top