Aceh dalam catatan sejarah merupakan daerah pertama masuknya Islam di Nusantara. Keberadaan Aceh dengan syariat Islam menjadi “pakaian” masyarakat Aceh begitu juga adat istiadat atau budaya Aceh menyatu dengan syariat Islam. Artinya adat istiadat Aceh itu dalam aplikasinya sesuai dengan syariat Islam. Ini tidak terlepas dari peran ulama dalam mengawal syraiat dan implementasinya kepada masyarakat.
Qanun Aceh yang dirintis dahulunya sesuai dengan syariat Islam. Islam dan budaya adat Aceh menjadi satu paket yang tak terpisahkan. Keduanya menyatu dan sangat berkaitan erat dalam kehidupan masyarakat Aceh. Budaya adat Aceh sangat kental dengan Islam. Sebaliknya, Islam tidak bisa dipisahkan dari budaya adat Aceh.
Salah satu adat kebiasaan masyarakat Aceh saat Ramadhan adanya kanji (ie bu). Aceh yang terletak di ujung Pulau Sumatra, Provinsi Aceh memiliki sumber daya alam melimpah dan juga kaya dengan budaya, adat istiadat, bahasa, kenduri-kenduri serta kuliner khas setiap-setiap kabupaten/kota-nya.
Beragam budaya kenduri yang dimiliknya itu juga menyemat filosofi tersendiri. Dalam catatan sejarah dalam setahun hampir tidak ada bulan yang tidak ada kenduri di tengah masyarakat Aceh. Nama-nama bulan Islam dalam kalender tahun Hijriah diganti nama dalam Bahasa Aceh. Penamaan setiap bulan itu juga ditandai dengan acara kenduri dan termasuk bulan Ramadhan adanya kenduri ie bu (kanji).
Hampir semua masjid atau meunasah di Aceh, kesehariannya Aceh menyajikan kanji rumbi kepada masyarakat setiap sore selama bulan Ramadan. Kanji rumbi ini merupakan makanan khas buka puasa di Aceh dan hanya tersedia saat bulan Ramadan saja. Makanan tersebut biasanya dimasak oleh pengurus masjid sekitar pukul 14.00 WIB selama 2-3 jam. Sekitar pukul 16.00 WIB, anak-anak akan datang ke masjid sambil membawa wadah masing-masing. Kanji rumbi ini dimasak dengan berbagai rempah khas Aceh.
Dari rempah inilah, aroma masakan yang kuat bisa tercium. Rempah yang dipakai di antaranya cengkih, pala, daun sereh dan kayu manis. Sementara bumbu yang dipakai di antaranya, bawang merah dan putih, seledri juga kecap. Kanji rumbi kerap dijajakan saat Ramadan sebagai menu buka puasa.
Sejarah Kanji di Aceh
Pemerhati sejarah Aceh Adli Abdullah mengatakan tradisi memasak bubur Kanji maupun bubur Ie Bu Peudah (bubur lainnya yang hampir mirip) masih dijaga di sebagian wilayah pesisir Aceh. Bubur itu sudah dikenal sejak masa kerajaan, sebagai makanan yang berasal dari India.Menurutnya, makanan itu datang dari Malabar, sebuah distrik di Negara India.
Pada abad ke-16, masa kejayaan Kesultanan Aceh, banyak sekutu yang membantu peperangan mengusir Portugis dari Selat Malaka. Salah satu sekutu Aceh adalah Malabar. Banyak pemuda Malabar yang masuk ke Aceh dan bermukim, umumnya bekerja menjadi tentara dan pembuat kapal perang. “Tentara Aceh saat itu dari berbagai bangsa, mereka membawa adat dan budayanya masing-masing,” ujar Adli.
Pemuda Malabar juga membawa budaya kulinernya, Kanji Rumbi yang menjadi menu mereka sehari-hari. Saat bulan Ramadan, mereka membagi menu itu kepada masyarakat secara umum dan dikenal luaslah kanji rumbi sampai sekarang. “Tradisi seperti sekarang itu, sudah dari dulu. Karena ada sunah membagi makan orang berpuasa.”
Banyak makanan di Aceh yang dipengaruhi oleh Malabar dan Gujarat, yang punya kedekatan dengan Aceh sejak dahulu kala. Begitulah Kanji Rumbi yang kemudian menjadi menu khas berbuka di Beurawe dan beberapa wilayah Aceh lainnya baik Pidie dan lainnya. (Bersambung)
Wallahu Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq.