Asmaul Husna mempunyai banyak nama, pada pertemuan sebelumnya telah di uraikan sekilas Ar-Rahman dan Ar-Rahim dan kelebihannya. Pertemuan kali ini akan kita bahas tentang wirid Al—Maliku. Zikir Al-Malik merupakan Asmaul Husna ketiga yang bermakna yang maha memiliki, Raja segala raja,penguasa segala penguasa semua yang ada adalah milik-Nya.
الْمُلْكُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ لِلرَّحْمنِ وَكانَ يَوْماً عَلَى الْكافِرِينَ عَسِيراً
Kerajaan yang hak pada hari itu adalah kepunyaan Tuhan Yang Maha Pemurah. Dan adalah (hari itu) suatu hari yang penuh dengan kesukaran bagi orang-orang kafir. (Al-Furqan: 26).
Pengkhususan sebutan al-mulku (kerajaan) dengan yaumid din (hari pembalasan) tidak bertentangan dengan makna lainnya, mengingat dalam pembahasan sebelumnya telah diterangkan bahwa Allah adalah Tuhan semesta alam, yang pengertiannya umum mencakup di dunia dan akhirat. Di-mudaf-kan kepada lafaz yaumid din karena tiada seorang pun pada hari itu yang mendakwakan sesuatu, dan tiada seorang pun yang dapat angkat bicara kecuali dengan seizin Allah Swt, sebagaimana dinyatakan di dalam firman-Nya:
يَوْمَ يَقُومُ الرُّوحُ وَالْمَلائِكَةُ صَفًّا لَا يَتَكَلَّمُونَ إِلَّا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمنُ وَقالَ صَواباً
Pada hari ketika roh dan malaikat berdiri bersaf-saf, mereka tidak berkata-kata. kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar. (An-Naba’: 38). Ibnu Abbas, bahwa maliki yaumid din artinya “tiada seorang pun bersama-Nya yang memiliki kekuasaan seperti halnya di saat mereka (raja-raja) masih hidup di dunia pada hari pembalasan tersebut”. Pada hakikatnya raja yang sesungguhnya adalah Allah Swt., seperti yang dinyatakan di dalam firman-Nya:
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلامُ
Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera. (Al-Hasyr: 23)
Pengertian Al-Malik
Al Malik (الْمَلِكُ) artinya Maha Merajai. Asmaul Husna ke-3 ini bermakna Allah berkuasa atas segala sesuatu baik dalam hal memerintah maupun melarang. Al Malik juga berarti memiliki sesuatu. Dialah pemilik segala sesuatu di alam semesta ini.
يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ
“Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Raja, Yang Mahasuci, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (QS. Al Jumu’ah: 1). Quraish Shihab dalam Tafsir Al Misbah menjelaskan, Malik (ملك) –dengan mim pendek- artinya raja. Umumnya, pemakaiannya untuk penguasa yang mengurus manusia. Berbeda dengan Maalik (مالك) –dengan mim panjang- yang artinya pemilik. Umumnya pemakaiannya untuk menggambarkan kekuasaan sang pemilik terhadap sesuatu yang tidak bernyawa.
Beberapa makna Al-Malik menurut sebagian ulama:
Pertama, Al Malik artinya Yang Maha Memiliki, Maharaja, dan Maha Menguasai. Dalam Al-Qur’an, banyak disebutkan Asmaul Husna Al Malik di antaranya dalam Surat Al Fatihah ayat 4: {مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (4) } Yang Menguasai hari pembalasan. Telah diriwayatkan sebuah hadis melalui berbagai jalur periwayatan yang diketengahkan oleh Ibnu Murdawaih, bahwa Rasulullah Saw. membacanya maliki yaumid din. Lafaz malik diambil dari kata al-milku, seperti makna yang terkandung di dalam firman-Nya:
إِنَّا نَحْنُ نَرِثُ الْأَرْضَ وَمَنْ عَلَيْها وَإِلَيْنا يُرْجَعُونَ
“Sesungguhnya Kami memiliki bumi dan semua orang-orang yang ada di atasnya, dan hanya kepada Kami-lah mereka dikembalikan.” (Maryam: 40)
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ مَلِكِ النَّاسِ
Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Pemilik manusia. (An-Nas: 1-2).”
Sedangkan kalau maliki diambil dari kata al-mulku, sebagaimana pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya:
لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ لِلَّهِ الْواحِدِ الْقَهَّارِ
Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? Hanya kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (Al-Mu’min: 16)
قَوْلُهُ الْحَقُّ وَلَهُ الْمُلْكُ
Benarlah perkataan-Nya. dan di tangan kekuasaan-Nyalah segala kekuasaan. (Al-An’am: 73).
Kedua, Lafaz malik diambil dari kata al-milku, seperti makna yang terkandung di dalam firman-Nya:
إِنَّا نَحْنُ نَرِثُ الْأَرْضَ وَمَنْ عَلَيْها وَإِلَيْنا يُرْجَعُونَ
“Sesungguhnya Kami memiliki bumi dan semua orang-orang yang ada di atasnya, dan hanya kepada Kami-lah mereka dikembalikan. (Maryam: 40). Juga telah diriwayarkan sebuah hadis melalui berbagai jalur periwayatan yang diketengahkan oleh Ibnu Murdawaih, bahwa Rasulullah Saw. membacanya maliki yaumid din.
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ مَلِكِ النَّاسِ
Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Pemilik manusia. (An-Nas: 1-2).
Ketiga, Sedangkan kalau maliki diambil dari kata al-mulku, sebagaimana pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya:
لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ لِلَّهِ الْواحِدِ الْقَهَّارِ
Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? Hanya kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (Al-Mu’min: 16)
قَوْلُهُ الْحَقُّ وَلَهُ الْمُلْكُ
Benarlah perkataan-Nya. dan di tangan kekuasaan-Nyalah segala kekuasaan. (Al-An’am: 73).
Menurut Momon Sudarma dalam karyanya berjudul “Asma’ul Husna: Pengungkapan Nilai Dari Teosentris Ke Antroposentris” di balik asmaul husna Al-Malik bagi seorang hamba atau khalifah Terdapat sejumlah inspirasi positif dan energy sehat dan hikmah yang dapat dipetik dari Al-Malik. Diantaranya: Pertama, setiap insan memiliki potensi kepemimpinan Rasulullah Muhammad Saw menegaskan bahwa setiap manusia adalah pemimpin (kullu kum roin).
Sabda Rasulullah ini, menunjukkan bahwa pada setiap orang ada potensi kepemimpinan. Perbedaan antara satu dengan yang lainnya, adalah masalah peluang, yakni ada orang yang memiliki peluang terbuka untuk mengembangkan jiwa kepemimpinannya. Dan ada yang hanya memiliki peluang terbatas. Akibat ada perbedaan peluang pengembangan jiwa kepemimpinan itu, kemudian lahir ada keragaman skala kepemimpinan. Ada yang menjadi pemimpin di rumah, di sekolah, di organisasi, di masyarakat dan juga ada yang menjadi pemimpin dalam skala nasional. Hal pasti, setiap orang memiliki jiwa kepemimpinan.
Kedua, setiap insan memiliki kewajiban sosial lanjutan dari kepemimpinan yang dimilikinya, Rasulullah Swt mengatakan “wa kullu mas’ulun an roiyah”, dan kepada setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban terhadap kepemimpinannya. Oleh karena itu, pada setiap orang, ada kewajiban asasi sebagai seorang pemimpin. Merujuk pada sifat al-Malik, seorang pemimpin berkewajiban untuk mengatur, merawat, atau mengelola ruang lingkup kepemimpinanya. Kendatipun bersifat sementara dan terbatas, tetapi tanggungjawab kepemimpinan itu melekat pada setiap individu pemimpin terrsebut.
Ketiga, tugas manajerial jika ditelaah dengan seksama, Allah Swt adalah al-Malik seluruh alam semesta, hari pembalasan (yaumiddin) dan raja manusia (malikinas). Hal itu menunjukkan bahwa ruang lingkup kepemimpinan itu ada tiga, yaitu mengelola sumber daya material (institusi/tempat), mengelola sumberdaya manusia, dan sumberdaya sosial (nilai, norma dan budaya organisasi). Itulah kunci dari seorang pemimpin dalam menggerakkan organisasi. Seorang pemimpin yang baik, adalah pemimpin yang mampu memahami, mengelola dan memanfaatkan sumberdaya material yang dimilikinya. Sumberdaya material itu, bisa berupa sumberdaya alam, sumberdaya organisasi , tempat atau lembaganya itu sendiri.
Pada skala kepemimpinan, kita mengenal Negara, sekolah, perusahaan, dan organisasi. Semua itu, masuk dalam kategori sumberdaya material organisasi. Rumusan untuk aspek yang satu ini, “Organisasi yang baik itu, adalah organisasi yang mampu memberdayakan sumberdaya material secara optimal.” Pemimpin pun harus memperhatikan dan mengembangkan sumberdaya manusia dalam organisasinya (malikinnas). Tanpa ada perhatian dan pengembangan sumberdaya manusia, sebuah organisasi akan rapuh dan mudah runtuh.
Rumusan dalam kategori kedua, “Organisasi yang baik, tidak selamanya ditentukan oleh sumberdaya material, tetapi oleh kemampuannya memberdayakan sumberdaya manusia.” Hal pentingnya lagi, yaitu menciptakan budaya organisasi yang sehat. Budaya organisasi yang sehat itu, diwujudkan dalam bentuk pemberlakukan hokum reward and punishment, dan itulah yang disebut yaumiddin. Dengan adanya budaya organisasi seperti ini, maka setiap orang akan mendapatkan imbalan sesuai dengan amal perbuatan atau karya-karya hidup yang sudah dilakukannya.
Kelebihan Zikir Al-Malik
Setiap wirid atau zikir memiliki kelebihannya tersendiri termasuk al-Malik ini. Dikutip dari beberapa sumber, penulis rangkumkan beberapa kelebihan dari zikir Al-Malik, diantatranya:
Pertama, Barang siapa yang membacanya Tiap-tiap hari atau malam sebanyak 121x maka Alah akan memberinya kekayaan, akan di bukakan pintu kekayaan, dijembarkan hatinya.
Kedua, membangkitkan wibawa dan daya kepemimpinanApabila seseorang mewiridkan membaca” Yaa Malik” sebanyak banyaknya atau minimal 100 x secara rutin setiap hari seudah salat wajib, niscaya Allah akan membangkitkan sifat kepemimpinan padanya. Setiap orang akan merasa segan dan tunduk padanya, gerak geriknya berwibawa, ucapannya mengadung pengaruh yang menyebabkan orang cenderung untuk tunduk dan mematuhinya. Wirid ini sangat baik dilakukan oleh orang yang mempunyai kedudukan, jabatan atau kewenangan dalam sebuah jabatan
Ketiga, memudahkan meniti karir atau meraih jabatan tertentu.Mereka yang memiliki ambisi untuk meraih kedudukan atau jabatan tertentu dalam perusahaan, organisasi maupun pemerintahan, lakukan wirid membaca “yaa Malik sebanyak banyaknya 300, 500 atau 700 kali setelah shalat. Lakukan tehnik penahanan napas ketika membaca ” Yaa Malik ” sebagaimana yang telah dijelaskan dalam artikel ”Dzikir Pernapasan Asma’ul Husna “sebanyak 33x, hembuskan napas perlahan sambil membaca surat Ali Imran ayat 26-27 :
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ ۖ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ ۖ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).” ( Ali Imran 26-27).
Dalam lakukan wirid membaca “Yaa Malik ” dengan kelipatan 33x, gunakan alat bantu tasbih 33×3 untuk menghitung, pada hitungan ke 99 cukupkan menjadi 100. Baca ” yaa Malik dalam hati sebanyak 33x sambil menahan napas, kemudian hembuskan napas sambil membaca surat Ali Imran ayat 26-27, atau diselingi dengan do’a agar Allah berkenan menolong mendapatkan jabatan yang anda inginkan.
Lakukan setiap hari hingga Allah memberi keputusan pada anda mendapat jabatan tersebut, atau menggantikannya dengan jabatan lain yang lebih baik. Serahkan semua keputusan pada Allah, Dia lebih tahu apa yang paling baik untuk anda.
Keempat, Mendapat kemuliaan di hari Akhir.
Mereka yang rutin mewiridkan kalimat ” yaa Malik “, di hari berbangkit atau di Padang Mahsyar kelak akan dijadikan Allah sebagai orang yang mulia dan terhormat, Allah akan memperlakukannya sebagai raja yang mulia, bebas dari kekalutan, kehinaan dan kepanikan yang banyak dialami manusia di hari itu. Allah memuliakannya sebagaimana ia memuliakan Allah selama hidup di dunia.
Jika di dunia ini kita banyak menjumpai orang yang berkuasa dan memiliki kewenangan melakukan sesuatu, maka di Padang Mahsyar Dialah Allah penguasa Tunggal, tidak ada yang berkuasa selain Dia, dihari itu Dia akan memberi kemuliaan dan penghormatan kepada siapa yang dikehendaki. Orang yang selalu mewiridkan yaa Malik sepanjang hidupnya akan mendapat kemuliaan para Raja di hari itu.