Sedang Membaca
Kiai Jadul Maula dan Ekologi Islam Nusantara: Merawat Jagad, Menjaga Peradaban

Alumni UIN Sunan Ampel. Sekarang tinggal di Tangsel.

Kiai Jadul Maula dan Ekologi Islam Nusantara: Merawat Jagad, Menjaga Peradaban

Kiai Jadul Maula dan Ekologi Islam Nusantara: Merawat Jagad, Menjaga Peradaban

Suatu kali, penulis berkesempatan berbincang dengan KH. Jadul Maula, ketua Lesbumi (2021-sekarang). Mulanya, penulis memantik perbincangan tentang Islam Nusantara, yakni yang berhubungan dengan kebudayaan—dan Kiai Jadul mengembangkan obrolan tentang kearifan ekologi. Dalam kepemimpinannya di Lesbumi, Kiai Jadul Maula menekankan bahwa Islam Nusantara tidak hanya berkaitan dengan tradisi dan kebudayaan, tetapi juga memiliki dimensi ekologis yang kuat. Islam Nusantara lahir dari interaksi antara ajaran Islam dengan kearifan lokal, termasuk dalam cara masyarakat merawat lingkungan dan menjaga keseimbangan alam.

Kiai Jadul, yang juga mengasuh Pondok Pesantren Budaya Kaliopak, melihat bahwa leluhur Nusantara telah memiliki hubungan harmonis dengan alam. Ini tercermin dalam berbagai tradisi lokal, seperti penamaan desa yang sering kali merujuk pada pohon, seperti Ampel, Kendal, dan Majalengka. Pohon bukan hanya sekadar flora, tetapi juga simbol spiritual dan sosial dalam kehidupan masyarakat. Dalam pandangan Kiai Jadul, peradaban Nusantara telah lama menerapkan konsep keseimbangan ekologis, jauh sebelum istilah keberlanjutan (sustainability) dikenal secara luas.

Dalam berbagai praktik tradisional, masyarakat Nusantara telah menerapkan konsep konservasi berbasis adat. Contohnya adalah larangan menebang pohon tertentu yang dianggap keramat, seperti pohon beringin di sekitar alun-alun atau pohon trembesi di pekarangan pesantren. Selain itu, ritual sedekah bumi dan sedekah laut yang masih lestari di beberapa daerah juga mencerminkan kesadaran bahwa manusia memiliki tanggung jawab menjaga keseimbangan ekosistem.

Baca juga:  Khuzaifah bin Al-Yaman: Telik Sandi Rasulullah

Gerakan Pohon Pusaka: Menanam Identitas dan Keberlanjutan

Salah satu gerakan konkret yang diinisiasi Kiai Jadul adalah penanaman pohon pusaka. Pohon-pohon pusaka ini dianggap memiliki nilai historis, ekologis, dan spiritual yang tinggi. Menurutnya, gerakan ini bukan hanya tentang penghijauan, tetapi juga upaya merawat warisan peradaban Nusantara yang kaya akan nilai-nilai ekologis.

Dalam berbagai kegiatan Lesbumi, penanaman pohon pusaka dilakukan di lokasi-lokasi bersejarah dan pusat kebudayaan Islam Nusantara. Salah satu momentum penting adalah pertemuan tokoh adat Nusantara di Wonogiri, di mana berbagai pemimpin adat dari seluruh Indonesia berkumpul untuk menanam pohon sebagai simbol keberlanjutan tradisi dan ekosistem Nusantara.

Selain itu, dalam forum R20 (Religion 20) tahun 2022 yang diselenggarakan PBNU beriringan dengan KTT G20 di Bali, Kiai Jadul menginisiasi penanaman 20 pohon pusaka. Ini menunjukkan bahwa gerakan ekologi Islam Nusantara tidak hanya berskala lokal, tetapi juga memiliki relevansi global dalam upaya menjaga keseimbangan dunia.

Gerakan ini juga berupaya menghidupkan kembali kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pohon dalam kehidupan. Kiai Jadul sering mengangkat bahwa manusia tidak dapat hidup tanpa pohon karena pohonlah yang memproduksi oksigen yang kita hirup setiap hari. Dengan menanam dan merawat pohon, manusia tidak hanya menjaga lingkungan, tetapi juga menjalankan ajaran Islam yang menekankan pentingnya merawat ciptaan Tuhan.

Baca juga:  Gus Dur dan Teologi Pembebasan

Ekologi Sebagai Manifestasi Tauhid

Bagi Kiai Jadul, ekologi bukan sekadar persoalan lingkungan, tetapi juga bagian dari tauhid. Ia menegaskan bahwa Islam mengajarkan manusia untuk menjaga alam sebagai bentuk tanggung jawab kepada Sang Pencipta. Konsep ini diwujudkan dalam tema Rakernas Lesbumi (Desember 2022) yang diusungnya: Tauhid Menumbuhkan Kebudayaan, Menyuburkan Pohon Kehidupan.

Pohon kehidupan, yang dalam tradisi Nusantara sering disebut sebagai Kalpataru, menjadi simbol dari keseimbangan spiritual dan ekologis. Dalam kerangka Islam Nusantara, menjaga ekologi berarti menjaga kehidupan, bukan hanya bagi manusia, tetapi juga bagi seluruh makhluk ciptaan Tuhan.

Konsep ini juga selaras dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya hubungan manusia dengan alam. Dalam berbagai hadis, Rasulullah SAW menganjurkan umat Islam untuk menanam pohon, bahkan jika kiamat akan datang. Ini menunjukkan bahwa tindakan menjaga lingkungan adalah bagian dari ibadah yang tidak boleh diabaikan.

Merawat Jagad: Gerakan Ekologi dan Islam Nusantara

Sebagai bagian dari visi besar PBNU dalam merawat jagad dan membangun peradaban, Kiai Jadul menjadikan ekologi sebagai salah satu pilar utama dalam gerakan Lesbumi. Hal ini terlihat dalam berbagai inisiatif, mulai dari penanaman pohon pusaka hingga pendekatan budaya dalam upaya konservasi lingkungan.

Selain gerakan penanaman pohon, Lesbumi juga menginisiasi berbagai diskusi dan seminar tentang ekologi dalam perspektif Islam Nusantara. Diskusi ini melibatkan akademisi, aktivis lingkungan, dan pemuka agama untuk menggali lebih dalam bagaimana ajaran Islam dan budaya Nusantara dapat berkontribusi dalam menghadapi krisis lingkungan global.

Baca juga:  Ijazah Mbah Hasyim Asy’ari kepada Mbah Fadhol Senori

Salah satu fokus utama gerakan ini adalah menyadarkan generasi muda tentang pentingnya konservasi lingkungan. Melalui pendidikan dan kampanye budaya, Kiai Jadul berusaha menanamkan pemahaman bahwa menjaga lingkungan bukan hanya tugas pemerintah atau aktivis, tetapi juga kewajiban setiap individu sebagai bagian dari komunitas Islam Nusantara. Pun, tema Rakornas Lesbumi 2024 masih ihwal ekologi: Menggugah Daya Sinergis, Mengukuhkan Keseimbangan Ekologis.

Melalui berbagai forum, Kiai Jadul mengajak masyarakat untuk memahami bahwa ekologi bukan hanya tentang lingkungan fisik, tetapi juga tentang menjaga keseimbangan sosial, budaya, dan spiritual. Dengan demikian, Islam Nusantara bukan hanya menjadi narasi sejarah, tetapi juga gerakan nyata dalam menjaga kelestarian bumi.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
1
Senang
1
Terhibur
1
Terinspirasi
2
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top