Sedang Membaca
Pelabuhan Daeng Manjannangi Sumenep dan Ceritanya Nelayan Saat Covid 19
Avatar
Penulis Kolom

Mahasiswa Semester 1 UNU Yogyakarta.

Pelabuhan Daeng Manjannangi Sumenep dan Ceritanya Nelayan Saat Covid 19

Pelabuhan Daeng Manjannangi Sumenep dan Ceritanya Nelayan Saat Covid 19

Pelabuhan Daeng Manjannangi yang berada di Pulau Pagerungan Besar, Sapeken, Sumenep, merupakan salah satu tempat berlabuhnya para nelayan di pulau tersebut. Para nelayan berlabuh di Daeng Manjannangi untuk menjual hasil tangkapan mereka.

Dihari-hari biasa, para nelayan ramai bertransaksi jual-beli hasil tagkapan mereka di pelabuhan tersebut. Namun, semenjak adanya Covid-19 harga jual ikan menurun drastis dan kuanitasna juga ikut menurun. Hal tersebut dikarenakan para pengepul tidak bisa mengirim ikan ke kota besar untuk di ekspor ke luar negeri.

Turunnya harga ikan di pasaran tersebut membuat para nelayan mengeluh. Salah satunya adalah pak Nasir. Belliau mengatakan bahwa sejak adanya pandemi Covid-19, para pengepul saling mempersilahkan pengepul lainnya untuk membeli hasil tangkapan para nelayan. Padahal, dihari-hari biasa, para pengepul saling berebut untuk membeli hasil tangkapan para nelayan tersebut.

“Covid-19 ini adalah salah satu virus yang berbahaya dan sangat mematikan, maka dari itu para pengepul di kota sangat membatasi dalam membeli ikan dari para pengepul di desa karena waspada penyebaran virus Covid-19” kata Markis salah satu pengepul yang ada di Pulau Pagerungan Besar kepada kami.

Menurut bapak Nasir, menurunnya harga jual ikan tentu memukul para nelayan dan membuat para nelayan di pasar merugi. Padahal para nelayan pergi ke laut saja harus mengeluarkan biaya yang tidak murah. Hal itu terjadi karena para nelayan harus membeli bahan bakar solar dan juga bekal makanan untuk di laut. Belum lagi ketika ombak besar datang, mereka harus bertarung nyawa dan keselamatan di tengah lautan. Sedangkan hasil yang mereka dapatkan dari penjualan hasil tangkapan ikan tidak sesuai dengan ongkos, kerja keras dan bahkan resiko yang mereka lalui saat melakukan penangkapan ikan di tengah laut.

Baca juga:  Gubernur NTB: Kenapa Masjid Ini dinamakan Hubbul Wathan?

Untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari, banyak diantara para nelayan yang terpaksa menangkap ikan hanya sekedar untuk kebutuhan lauk dengan cara dijual ke tetangga mereka sendiri. Mereka enggan menjualnya ke pasar, karena mereka menganggap hasil dan tenaga yang dikeluarkan tidak seimbang. Para nelayan ini merasa bahwa berlayar ke laut hanya membuang-buang tenaga, toh hasil yang didapat juga tidak sesuai dengan kerja keras kita di laut. Bahkan ada diantara para nelayan yang memutuskan untuk tidak berlayar lagi selama masa pandemi Covid-19 ini.

“Saya sangat bersedih dengan turunnya harga ikan di pasaran. Tapi kalau saya tidak berangkat ke laut, anak istri di rumah mau makan apa, dek. Belum lagi biaya sekolah anak yang harus dibayar” keluh bapak Nasir yang sangat sedih dengan menurunnya harga jual ikan di pasaran.

Sementara itu para pembeli ikan lainnya juga ikut memberikan tanggapan mereka perihal turunnya harga jual ikan di pasaran. Para pembeli ini mengaku bigung dengan kondisi ini. Disatu sisi, banyak yang bersyukur dengan turunnya harga ikan karena hal itu membuat hara lauk turun. Tapi di sisi lain ikut sedih merasakan perasaan para nelayan. Salah satunya adalah ibu Damlia

“saya tidak tahu mas, saya harus senang atau sedih. Di sisi lain, saya senang karena kita tidak perlu mengeluarkan uang banyak untuk membeli lauk. Khususnya ikan karena harga ikan menurun, namun disisi lain juga saya ikut prihatin pada para nelayan yang harus menafkahi anak istrinya secara pas-pasan” ucap bu Dahlia kepada kami.

Baca juga:  Diaspora Santri dan Kominfo Kolaborasi Lawan Hoax Covid-19

Keadaan pelabuhan besar saat ini sangat sepi. Pelabuhan hanya ramai oleh para kapal transit antar pulau yang biasanya datang setiap pagi sekitar pukul 05:00. Pada hari-hari biasa, pagi bakda subuh, pelabuhan sudah dipenuhi oleh para warga dan para pengepul ikan yang berlomba-lomba untuk membeli ikan. Namun, saat ini pelabuhan tersebut sudah tidak seramai dulu lagi. Semoga pandemi segera berlalu.

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top